Cermin 8

43 1 1
                                    

Fantasi

Deborah

"Sui, stop it! Ini nggak akan berhasil." Pir terus mengikuti Sui dari belakang. Walaupun langkahnya terseok-seok saat melewati belukar hutan, dia terus mencoba memperingati sahabatnya itu.

"Jangan ganggu aku, Pir. Biarkan aku membalas apa yang telah mereka lakukan." Sui semakin memperlebar langkahnya ketika melihat undakan tugu batu di depan. Semak belukar semakin tajam dan pohon-pohon semakin menjulang tinggi setiap langkahnya mendekati tugu batu itu.

"Kutukan itu terlalu kuat untuk suku Ming, Sui. Tubuhmu bakal terkoyak dan aku tidak akan membiarkannya terjadi." Pir terus memperingatkan, dia masih mencoba menyusul Sui. Memiliki tubuh serupa kelinci, memudahkan Pir melewati belukar dan daun-daun tajam sekitarnya, sekarang jaraknya hanya tinggal lima langkah dari Ming bertubuh landak di depannya itu. Sebagai suku Ming yang memiliki fisik serupa hewan, membuat mereka memiliki kelebihan yang berbeda-beda.

"Hentikan ocehanmu, Pir. Just sit and see what can i do. Aku akan membalaskan dendam semuanya."

Sui menaiki tugu batu yang memiliki altar di atasnya. Meletakkan kitab yang dibawanya, dia mulai membuka halaman-perhalaman, mencari apa yang sudah ditandainya. Sui tersenyum dan pandangannya berubah menjadi tajam.

"Seiso Den Mushi No Shazam. Seiso Den Koro Na Nikam. Seiso Den Jiwa ..."

Selagi Ming laki-laki itu mengucapkan mantra, awan hitam mulai berkumpul di atas tugu batu. Angin bertiup kencang membuat pohon-pohon bergoyang seakan mau roboh. Pir meringkukkan badannya di bawah patung kecil sekitaran tugu. Mencari perlindungan dari terjangan ranting pohon dan sambaran petir yang tiba-tiba muncul. Ini salah, dia harus menghentikan Sui. Seharusnya dia tidak memberitahu perihal kitab itu kepada sahabatnya dan sekarang sudah terlambat untuk menyesali itu semua.

Sui telah selesai membaca mantra, awan hitam masih berputar di atas langit, tapi angin kencang itu sudah hilang.

"Sui?" Pir menegakkan kepalanya, melihat ke atas tugu batu mencari keberadaan Sui. Ming berambut mohawk dan memiliki bintik-bintik merah di sekitar tubuhnya itu tidak ada di sana, sementara kitab itu masih terbuka.

"Sui! Kamu baik-baik saja?" Pir mulai menaiki tugu batu dengan melompati tumpukan batu dengan cepat. Dia itu tidak memedulikan kaki kirinya yang terluka dan mengucurkan darah akibat terkena salah satu dahan pohon saat hembusan angin tadi.

"Sui. Apa yang ..." Pir tidak dapat melanjutkan kata-katanya, dia menutup mulut menahan erangan suara yang akan keluar saat melihat kengerian yang telah terjadi. Pohon-pohon di sekitarnya tumbang, namun meninggalkan bekas tebangan di bagian pangkalnya, seperti dilakukan dengan sengaja.

"Pir. Bagaimana? Apa kamu sudah melihat kemampuanku? Dengan armor dan kutukan ini aku dengan mudah membalaskan kematian kedua orang tuaku."

Dari arah jam delapan, Sui berdiri tegak. Tubuhnya tidak lagi kecil, melainkan tinggi Ming berbentuk landak itu hampir sama dengan tugu batu yang sedang dipijaki Pir. Di sekitar badannya melekat sebuah armor warna perak. Armor berbentuk robot dengan piringan cakram di kedua lengannya.

"Sui ..." Tanpa disadari Pir, air yang mengenang di pelupuk matanya mulai membanjiri pipi tirus Ming bermata sayu itu. "Ini semua salah, Sui. Kamu akan menghancurkan semuanya. Hutan ini, Suku Deborah bahkan kampung kita Sazam juga bakal hancur."

"Diam dasar wanita lemah." Tanpa aba-aba, Sui melemparkan cakram di tangan kirinya ke arah tugu, membuat tubuh Pir terlempar dan bawah dan kepalanya terbentur salah satu batu, membuat gadis Ming itu mengerang kesakitan. Ada rasa kecewa karena sahabatnya itu tidak mengerti apa yang dirasakannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan CerminWhere stories live. Discover now