Bab 1 : Putri yang Patah Hati

52.7K 4.7K 146
                                    

Author Playlist : Xīng yuè shén huà

Enjoy! ^-^

***

"Yang Mulia Permaisuri tiba!" seru seorang prajurit penjaga pintu kediaman Raja. Kedua orang prajurit itu segera berlutut, memberi hormat takzim saat permaisuri berjalan anggun, gaun kebesarannya gemerisik saat melangkah pelan, masuk ke dalam ruang kerja sang raja.

"Ming Xia memberi hormat. Yang Mulia panjang umur hingga ribuan tahun!" Permaisuri memberi hormat, membuat sang raja yang duduk di atas kursi kerjanya untuk sejenak meletakkan kuas di tangannya, menatap permaisurinya lurus.

"Apa yang membuatmu datang menemuiku selarut ini, Permaisuri?" tanya Jian Guo dengan suara beratnya yang berwibawa. Raja Jian Guo merupakan raja ke-6 yang telah berkuasa selama dua puluh tahun lamanya untuk memimpin Kerajaan Angin. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Angin sangat makmur dengan kekuatan militer yang begitu disegani oleh kerajaan-kerajaan di sekitarnya.

Jian Guo terdiam sejenak, menarik napas dalam dan kembali bicara dengan tenang. "Tidak biasanya kau datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu."

"Mohon ampun, Yang Mulia!" Permaisuri Ming Xia jatuh berlutut, membuat kedua alis Jian Guo bertaut karena heran. "Hamba mohon maaf jika apa yang hamba sampaikan nanti menyinggung perasaan Anda."

"Katakan apa maksudmu!" titah Jian Guo. Pria berusia empat puluh tahun itu kini terlihat serius menatap istrinya yang masih berlutut dengan kepala menunduk dalam.

Ming Xia tidak langsung menjawab. Tubuh wanita itu sedikit bergetar. Dia tahu jika apa yang akan dikatakannya nanti bisa menyulut amarah raja, namun hal ini harus dilakukannya demi memenuhi janji yang pernah diucapkannya pada Selir Mei Rong—bahwa dia akan menjaga Chiao Xing dan membesarkannya seperti putrinya sendiri.

"Hamba mendengar kabar jika Putera Naga yang baru dari Kerajaan Api memerintahkan penyerangan terhadap Kerajaan Awan," Ming Xia mulai kembali bicara dengan kemantapan hati. "Hal tersebut membuat hamba sangat khawatir, Yang Mulia," lanjutnya sendu. Wanita cantik berusia tiga puluh delapan tahun itu mendongakkan kepala dengan gerakan pelan, lalu kembali menunduk dalam saat tatapannya bersirobok dengan Jian Guo.

"Lalu apa masalahnya?" Jian Guo balik bertanya. Pria itu menaikkan satu alisnya dan kembali berkata dengan nada mengancam, "Apa kau meragukan kemampuanku untuk melindungi negaraku?"

Mingi Xia menggelengkan kepala cepat. "Hamba tidak berani. Hamba tidak berani, Yang Mulia!" serunya berkali-kali, penuh permohonan ampun.

"Lalu apa yang menjadi kekhawatiranmu?"

Permaisuri tidak langsung menjawab. "Chao Xing," jawabnya lirih. "Puteri Chao Xing yang menjadi kekhawatiran hamba," tambahnya parau. "Yang Mulia, bukankah puteri berada begitu dekat dengan wilayah perbatasan Kerajaan Angin dan Kerajaan Awan?" tanyanya hati-hati saat Jian Guo berekspresi gelap. "Bagaimana jika statusnya diketahui oleh musuh? Hamba takut sesuatu terjadi padanya."

"Kau pikir aku peduli akan keselamatannya?" balas Jian Guo terdengar murka.

"Anda seorang raja yang sangat adil," balas Ming Xia lembut. "Anda seorang ayah yang baik untuk putra dan putri yang anda miliki."

Permaisuri kembali terdiam sejenak, menarik napas untuk mengumpulkan kembali keberaniannya yang tadi sempat menguap dengan cepat. "Chao Xing, dia putrimu, Yang Mulia. Putri dari selir yang paling anda sayangi. Sudah hampir lima belas tahun dia pergi, tumbuh dewasa di luar istana, bukankah sudah saatnya dia kembali ke tempatnya berasal? Sudah saatnya Chao Xing mengenal saudara-saudaranya."

Jian Guo memandang permaisuri lurus, rahangnya mengeras oleh amarah yang menjalar cepat di dalam pembuluh-pembuluh darahnya. Berani sekali permaisuri mengingatkannya mengenai hal tabu itu! Pikirnya geram.

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang