Bab 6. Perpisahan

38K 4.3K 62
                                    

Author Playlist : Ambrose Hsu - Xing Fu De Shun Jian

Enjoy! ^-^

***

"Apa pestamu kemarin menyenangkan?" tanya Chao Xing dengan tatapan sinis pada Jian Gui. Dengan gerakan perlahan gadis remaja berusia lima belas tahun itu mengalihkan pandangannya, menatap satu per satu wajah saudaranya yang terlihat salah tingkah saat ini. "Pasti menyenangkan sekali," ujarnya penuh penekanan sementara Jian Gui hanya bisa berdeham untuk menekan rasa bersalahnya. "Kembang apinya bagus sekali, aku bahkan bisa mendengar suara musiknya yang terus mengalun hingga lepas dini hari," cibirnya.

Chao Xing terdiam sejenak, memasang ekspresi datar. "Melihat sikap kalian semua, kalian pasti tahu jika Yang Mulia Raja tidak mengundangku, kan?" tanyanya tajam membuat ketujuh pangeran itu kembali bergerak dengan gelisah.

Gadis remaja itu menghela napas kasar, lalu mendudukkan diri di atas kursi batu di dalam gazebo. Dengan gerakan anggun dia mulai memetik senar kecapi. Irama kecapi yang dimainkan olehnya terdengar lembut, begitu rendah menggambarkan kesedihan hatinya saat ini.

"Maafkan aku!" Seketika Jian Gui menghentikan permainan kecapi Chao Xing. Ia mendudukkan diri di atas kursi batu di samping gadis remaja itu, digenggamnya tangan Chao Xing erat, ditatapnya lurus kedua mata adiknya yang terlihat berkaca-kaca. "Aku tidak memiliki kekuatan apa pun untuk menentangnya," ujarnya dengan nada penuh penyesalan. "Statusku memang seorang putera mahkota, namun pada kenyataannya aku tidak berbeda dengan sebuah boneka yang diatur oleh pemiliknya—ayahanda kita."

Tubuh Chao Xing bergetar, kepalanya menunduk dalam. Jauh dalam hatinya ia tahu jika semua ini merupakan perintah raja. Ia tidak bisa menyalahkan siapa pun atas ketidakberuntungannya ini.

Chao Xing menghela napas panjang lalu merogoh hanfu-nya untuk mengeluarkan sebuah saputangan sutera bersulam emas dengan motif naga dan ukiran tulisan nama putera mahkota. "Selamat ulang tahun!" ujarnya dengan senyum rapuh yang terlihat mengenaskan. "Maaf karena aku tidak bisa memberimu hadiah mewah," tambahnya lirih. Air matanya pun jatuh, membuat hati Jian Gui luluh lantak oleh rasa bersalah.

Pangeran Pertama dari Kerajaan Angin itu merengkuh tubuh adiknya yang bergetar hebat lalu menangis dalam pelukannya. "Maafkan aku!" pintanya lembut seraya membelai rambut hitam adiknya. "Tolong maafkan aku!" pintanya lagi, lirih.

***

"Jadi, kalian semua akan pergi keluar istana untuk waktu lama?" Chao Xing meletakkan sumpit di tangannya. Napsu makannya seketika lenyap saat mendengar berita yang kembali membuatnya merasa kehilangan.

Jian Guang meletakkan sebuah potongan daging ke atas mangkuk nasi Chao Xing dan berkata dengan lembut, "Aku, Qiang dan Renshu akan kembali satu tahun atau dua tahun lagi," hiburnya sama sekali tidak membuat Chao Xing tenang.

"Keadaan Negara sedang genting, karenanya ayahanda memerintahkan kami untuk mengumpulkan informasi di wilayah-wilayah yang sudah ditaklukkan oleh Kerajaan Api," sambung Renshu. "Putera Mahkota juga ditugaskan untuk menjaga perbatasan utara, karena banyaknya pengungsi dari Kerajaan Air yang berniat menerobos masuk dan mencari perlindungan pada Kerajaan Angin."

"Apa kita tidak bisa mengizinkan mereka untuk masuk?" tanya Chao Xing dengan kedua alis bertaut. "Mereka merasa tidak aman di negaranya, karenanya mereka mencari perlindungan di wilayah Kerajaan Angin, apa itu salah?"

Jian Guang menggelengkan kepala pelan, lalu menjawab dengan nada bijak. "Tidak salah namun akan jadi masalah jika sisa anggota Kerajaan Air ikut masuk ke dalam wilayah kita." Ia terdiam sejenak, tersenyum samar karena bisa membahas masalah sepelik ini dengan Chao Xing dengan bebasnya. "Bagaimana jika Kaisar Kerajaan Api menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menyerang kita?"

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang