Bab 3. Kembalinya Sang Puteri

45.4K 4.5K 117
                                    

Author playlist : Wanting - You Exist in My Song  

Enjoy! ^^

***

Untuk waktu yang lama permaisuri terpaku, duduk di atas kursi riasnya dengan tatapan kosong. Wanita nomor satu di Kerajaan Angin itu lagi-lagi hanya bisa pasrah saat suaminya—Yang Mulia Raja Jian Guo memutuskan jika Chao Xing akan tinggal di Paviliun Taman Barat.

Ming Xia menghela napas berat, ekspresinya terlihat sedih saat menatap satu-satunya benda peninggalan dari ibunda Chao Xing—Selir Mei Rong. Ia meremat sapu tangan sutra bersulam emas di tangannya, seolah-olah ingin meluapkan kesedihannya yang teramat dalam saat ini. Terkadang Ming Xia merasa dirinya amat sangat tidak berguna. Dengan kedudukannya saat ini seharusnya ia bisa memberikan pengaruh pada Raja, namun sebaliknya—kekuasaannya seabagai seorang permaisuri mandul.

"Andai saja aku bisa lebih kuat," bisiknya mengejek dirinya sendiri. "Apa yang harus kulakukan, Rong?" tanyanya disambut oleh keheningan ruangan mewah yang didominasi oleh warna emas serta merah itu.

Pikirannya kembali melayang jauh. Lima belas tahun sudah berlalu namun sepertinya Sang Raja masih belum berubah pikiran mengenai Chao Xing.

Menempatkan Chao Xing di Paviliun Taman Barat sama saja mengisolasi gadis remaja itu. Raja bahkan terang-terangan mememrintahkan permaisuri agar Chao Xing tidak diizinkan untuk berkeliaran di wilayah-wilayah istana yang sering didatangi oleh Raja.

Raja tidak menginginkan keberadaan Chao Xing terlihat olehnya. Sebuah perintah tegas yang sayangnya sama sekali tidak bisa dibantah oleh Ming Xia.

"Tolong maafkan aku!" Ming Xia berkata lirih dengan suara tercekat. "Aku bahkan tidak bisa membuat putrimu berada lebih dekat dengan Yang Mulia," tambahnya sendu.

***

Ming Xia tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum saat iring-iringan rombongan yang membawa Chao Xing tiba di istana. Wanita itu menunggu di atas anak tangga teratas dengan tidak sabar. Kedua bola matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak saat sosok yang dinantinya selama lima belas tahun ini akhirnya turun dari dalam kereta kuda.

Permaisuri Kerajaan Angin itu terkesiap, dadanya bergemuruh hebat saat mendapati jika sosok Chao Xing seperti sosok Mei Rong muda yang masih diingatnya dengan baik.

Dibantu oleh dayang kepercayaannya, permaisuri menuruni satu per satu anak tangga yang terbuat dari batu pualam terbaik. Wanita itu sudah sangat tidak sabar untuk merengkuh Chao Xing ke dalam pelukannya.

"Akhirnya kau kembali," ucapnya sedikit terbata. Ming Xia merengkuh tubuh Chao Xing ke dalam pelukannya, lalu memejamkan mata larut dalam haru yang terasa menyesakkan dada setiap detiknya. "Maaf karena kau harus menunggu begitu lama," ujarnya parau.

Sambutan hangat permaisuri saat ini jelas mengagetkan Chao Xing. Gadis remaja itu sama sekali tidak menyangka jika ia akan disambut begitu hangat oleh wanita nomor satu di kerajaan ini. Sejenak Chao Xing merasa bimbang, sedikit meragu sebelum akhirnya ia membalas pelukan itu dengan sama eratnya.

Chao Xing menghirup aroma wangi yang menguar dari tubuh Ming Xia. Apa seperti ini aroma seorang ibu? Tanyanya di dalam hati. Hatinya menghangat karenanya, dan perasaan tidak rela pun muncul saat pelukan itu berakhir.

"Selamat datang kembali, Dayang Ju!" sambut permaisuri dengan senyum ramah pada Ju Fang yang kini membungkuk takzim, memberi hormat. Permaisuri mengulurkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya dipakainya untuk menggenggam tangan Chao Xing. "Terima kasih karena kau sudah menjaganya dengan sangat baik!" lanjutnya penuh haru.

Ju Fang sama sekali tidak bisa menjawab. Ia hanya mengangguk kecil dan akhirnya ikut larut dalam tangis bahagia ini. Sungguh, ia sama sekali tidak menyangka jika akhirnya nona mudanya akan kembali dipanggil ke istana. Ju Fang merasa jika status dan gelar 'Puteri' adalah hak Chao Xing sejak gadis remaja itu dilahirkan, dan sudah sewajarnya jika majikannya mendapatkan kembali apa yang telah menjadi haknya.

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang