Bab 40 : Overflows

24.5K 3.2K 141
                                    

Enjoy!

***

Zian tersenyum saat Chao Xing menyandarkan kepala di bahu bidangnya. Pria itu tidak menolak saat kekasihnya mengalungkan tangan pada tangan kirinya, hingga membuatnya sedikit kesulitan bergerak bebas untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Apa kau mengantuk?"

Chao Xing mengangguk kecil. Wanita itu mengulum senyum samar saat Zian mendaratkan sebuah kecupan ringan tepat di pucuk kepalanya.

"Kalau begitu kembali ke ranjangmu dan istirahatlah!" Zian menyenderkan pipinya pada sisi kepala Chao Xing. "Kau mau aku mengangkatmu dan membaringkanmu?" tanyanya dengan nada sensual hingga Chao Xing berdeham, terlihat salah tingkah dengan kedua pipi memerah karena malu.

"Tidak. Aku hanya ingin berada di sisimu lebih lama," jawabnya membuat Zian kembali mendaratkan satu kecupan ringan, kali ini pada pipi kiri Chao Xing. "Aku tidak akan mengganggu."

"Tapi kau membuatku susah bergerak," balas Zian dengan -ekspresi serius yang dibuat-buat. Pria itu sedapat mungkin menahan tawa saat Chao Xing melirik ke arahnya dengan ekspresi cemberut. "Jika kau terus bergelayut padaku, aku tidak yakin bisa mengerjakan semua pekerjaan ini tepat waktu."

Sebuah desahan napas keras terdengar dari mulut Chao Xing. Saat ini ia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Zian karena keduanya akan berpisah entah untuk berapa lama.

"Jadi kau ingin aku tidur?"

Zian berpura-pura memfokuskan pikirannya pada perkamen yang tengah dibacanya dengan ekspresi serius. Pria itu mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan Chao Xing.

"Apa kau tidak akan merasa kesepian jika aku tidur?" Chao Xing masih berusaha untuk meyakinkan Zian untuk tidak mengusirnya tidur.

Zian menggeleng samar. Kedua matanya masih terpusat pada perkamen yang ada di tangannya.

"Yang Mulia, apa Anda sadar jika kita akan segera berpisah?" tanya Chao Xing tanpa menatap pria yang tengah menatapnya lekat. Wanita itu kembali mendesah berat. "Mungkin kau tidak merasa perpisahan ini tidak penting, tapi bagiku rasanya aku akan sulit untuk berpisah denganmu," akunya.

Chao Xing menekan rasa malunya. Jika ayahnya atau kakak-kakaknya mendengar hal ini, sudah pasti mereka akan mengomelinya karena tidak seharusnya seorang wanita bicara seterbuka itu mengenai perasaannya.

Wanita muda itu melirik sekilas pada Zian yang masih mengamatinya lekat. "Rasanya aku ingin mengikatmu di sini bersamaku."

Zian kembali dibuat terkejut. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak tertawa keras. Perasaannya emmbuncah. Egonya melayang tinggi di udara. Wanita yang duduk di sampingnya ini secara terang-terangan mengatakan perasaannya.

"Apa kau tahu jika apa yang kulakukan sekarang demi masa depan kita?" tanya Zian setelah memastikan nada bicaranya terdengar normal.

Chao Xing mengangguk. "Ya. Karenanya untuk kali ini aku akan memenuhi keinginanmu dan bersabar hingga kau menjemputku untuk kembali ke Istana Kekaisaran Api."

"Sebagai Putri Chao Xing." Zian melanjutkan dengan senyum hangat yang menular cepat. Namun senyuman itu dengan cepat menghilang saat ia sadar jika ada satu rahasia besar yang masih belum diungkapkannya pada Chao Xing.

"Kenapa ekspresimu seperti itu, Yang Mulia?" tanya Chao Xing. Wanita itu menangkup pipi Zian dengan kedua telapak tangannya. "Apa yang Anda pikirkan?"

Zian tidak langsung menjawab. Pria itu sejenak terlihat meragu. Digenggamnya kedua telapak tangan Chao Xing. Perlahan ia membawa kedua telapak tangan itu ke dada kirinya.

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Where stories live. Discover now