Bab 7. Hari Sial Chao Xing

39.3K 3.9K 143
                                    

Author Playlist : Wanting - Best Plan

The day that you left, my soul sank into eternal sleep.

In the seasons of lethargic sleep, there is no breathing. 

Only you can rouse me.

I often imagine the scene of your reappearance.

On a sunny day, rain suddenly starts pouring, washing away all the grievances of these years.

***

Enjoy!

***

Dua tahun kemudian

Wajah Chao Xing berseri-seri, ia bersenandung riang saat kereta kuda yang ditumpanginya terus berjalan keluar, menjauh dari komplek istana. Setelah kepergian ketujuh saudaranya, ia memohon pada permaisuri untuk diizinkan keluar istana secara teratur setiap bulannya. Ia harus membuat dirinya sendiri bahagia atau berakhir gila karena merasa kesepian.

Perlu usaha keras untuk meyakinkan permaisuri perihal ini, namun Chao Xing tidak menyerah, ia melakukan segala cara termasuk merengek-rengek pada permaisuri untuk diizinkan keluar istana. Ah, sepertinya merengek menjadi salah satu keahliannya saat ini.

Terkadang ia pergi seorang diri dengan menyamar, mengenakan pakaian pria walau hal itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan kecantikannya. Kulitnya terlalu putih, tangannya terlalu halus, sementara wajahnya dan tubuhnya terlalu kecil untuk ukuran seorang pria, namun Chao Xing tidak peduli, dengan tenang dan penuh percaya diri dia berjalan di pusat kota, terkadang dia berdiri lama untuk menikmati pertunjukan seni jalanan, atau mampir ke rumah makan yang menghidangkan makanan lezat di kota ini.

Di usianya yang sudah tujuh belas tahun, Chao Xing terlihat semakin cantik. Wajah kekanakannya sudah hilang, karenanya terkadang baik permaisuri maupun Ju Fang bersikeras jika gadis itu harus pergi dengan pengawalan ketat.

Namun bukan Chao Xing namanya jika ia tidak pandai bersilat lidah. Berkali-kali Chao Xing mengatakan jika ia bisa menjaga diri, dan hal itu benar-benar dibuktikannya, namun sayangnya keberuntungannya berakhir hari ini.

"Apa kau mau mati?" teriak seorang pria berperawakan besar kasar. "Berani sekali kau membelanya!" Pria itu melotot marah, sementara tangan kanannya menarik kasar rambut seorang wanita muda berpakaian lusuh yang terus meronta-ronta di atas tanah, memohon untuk dilepaskan. "Keluarganya memiliki banyak hutang padaku, apa kau bisa membayarnya, hah?!!!" teriaknya marah pada Chao Xing.

Chao Xing menghela napas. "Berapa banyak hutangnya padamu?" tanyanya tenang.

"Sepuluh tael emas," teriak pria berwajah garang itu dengan dengusan kasar. Seketika keributan itu menarik perhatian, menjadikannya tontonan gratis untuk penduduk yang kebetulan tengah berada di sana. Bisik-bisik pun mulai menjalar dengan cepat membuat kerumunan itu semakin besar.

"Dusta! Tuan, dia berdusta!" ujar wanita muda itu dalam ringisan kesakitannya. "Keluargaku tidak berhutang sebanyak itu," tambahnya cepat membuat pria jahat itu gemeretak lalu menarik rambut wanita itu semakin keras. Sepertinya wanita muda yang tengah diselamatkan oleh Chao Xing belum menyadari jika penyelamatnya seorang wanita.

Chao Xing merogoh saku hanfu­-nya lalu melemparkan sebuah tas kecil berbahan kain sutra berisi uang ke atas tanah. "Di dalamnya terdapat dua puluh tael emas, ambil dan bebaskan dia!" perintahnya tenang membuat penjahat itu tertawa senang.

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Where stories live. Discover now