Bab 5. Punggung Rapuh nan Sepi

42K 4.4K 92
                                    

Author Playlist : Soyou - I Miss You

Mungkin ada beberapa pembaca yang bertanya-tanya kenapa Chao Xing bisa update super cepat? Itu dikarenakan saya sudah membuat draftnya sampai dengan chap 6, tinggal revisi dan menambahkan di beberapa bagian saja. Nah gimana untuk update-an chapter 7 dan seterusnya? Yah... seperti biasa, updatenya harus gantian sama yang lainnya. Hehehe... #Maafkan

Enjoy!

***

"Hamba mohon ampun, Putera Mahkota, tapi Puteri Chao Xing saat ini tidak bisa diganggu." Ju Fang menundukkan kepala dalam, memohon maaf karena tidak bisa mengizinkan putera mahkota beserta enam orang pangeran lain yang datang berkunjung ke Paviliun Taman Barat untuk menemui Chao Xing. "Tuan puteri tengah beristirahat. Puteri terkena flu parah," lanjutnya sangat sopan.

Jian Gui menyempitkan mata, lalu bertanya dengan dagu terangkat, "Kau pikir keberadaan kami akan mengganggunya?"

"Mohon ampun, Putera Mahkota, hamba tidak bermaksud seperti itu," sagut Ju Fang tenang. "Puteri hanya takut jika penyakitnya akan menular pada para pangeran, karenanya beliau menolak untuk menemui pangeran."

"Bahkan menolakku?" Jian Guang bergerak maju, melirik ke arah pintu kamar Chao Xing yang tertutup rapat. "Aku yang sudah menyelamatkannya, tapi dia juga menolakku?" tanyanya membuat Ju Fang serba salah.

Di satu sisi Chao Xing meminta Ju Fang untuk mengusir halus ketujuh pangeran yang tiba-tiba saja datang berkunjung tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Jika dia menolak kedatangan kita kenapa kita harus memaksanya?" Jian Ying sengaja menaikkan nada suaranya agar Chao Xing bisa mendengarnya dari dalam kamar. Pangeran Kelima dari Kerajaan Angin itu tahu jika Chao Xing sudah membaik dan hanya malas untuk bertemu dengan mereka. Ah, mungkin adiknya itu masih malu atas apa yang terjadi dua hari yang lalu.

"Sebaiknya kita bawa pergi semua makanan lezat ini dan menikmatinya sendiri—"

"Biarkan mereka semua masuk!" teriak Chao Xing dari dalam kamar, memotong ucapan Jian Ying, membuat ketujuh pangeran itu tertawa kecil karenanya.

"Dia benar-benar lemah terhadap makanan enak." Renshu berkata lirih sembari menggelengkan kepala pelan, lalu dengan hati-hati ia membuka pintu kamar Chao Xing. "Mana Tuan Puteri yang terkena flu?" tanyanya dengan nada menggoda sementara gadis remaja yang dimaksud memasang ekspresi cemberut, lalu mendudukkan diri di atas ranjangnya yang nyaman.

Chao Xing bergerak pelan, menahan rasa sakit di kepalanya yang kembali datang untuk sekejap. Setelah merasa lebih baik, ia pun turun dari ranjang, dibantu oleh Jian Guang untuk duduk di atas sebuah kursi sementara para dayang mulai meletakkan makanan-makanan lezat yang dibawa oleh Pangeran Pertama di atas meja.

"Kalian benar-benar perhatian," seru Chao Xing penuh haru sementara Jian Guang menyampirkan sebuah mantel di atas pundak Chao Xing.

"Pakaianmu terlalu tipis," ujarnya saat Chao Xing menatapnya dengan sorot terima kasih.

"Pakaian tidur tentu saja harus tipis," jawabnya cuek. "Lagipula apa yang harus kukhawatirkan, kalian semua saudaraku," kilahnya membuat ketujuh pangeran itu menghela napas keras. Dengan santainya Chao Xing mengambil sebuah sumpit, lalu menyuapkan makana-makanan lezat itu ke dalam mulutnya. "Makanan enak memang obat mujarab untuk sakit flu," kilahnya dengan senyum lebar. "Aku sayang kalian!" tambahnya riang membuat mulut Renshu terbuka lebar, tak percaya. "Lei, ayo makan denganku. Aku tidak mungkin menghabiskan semuanya seorang diri," tawarnya yang segera disambut Lei dengan anggukan semangat.

"Dia begitu mudahnya mengatakan 'sayang' hanya karena disuap dengan makanan enak?" Jian Qiang berdecak, menunjuk ke arah Chao Xing dengan tatapan garang. "Apa kau akan mengatakan hal yang sama pada setiap pria yang memberimu makanan lezat?" tanyanya ketus.

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Where stories live. Discover now