4 - Bos Kere

7.5K 779 39
                                    

"Non Ellen, bangun non.." Suara Bi Nam terdengar di pagi yang indah. Asisten Rumah Tangga yang sudah dua puluh lima tahun mengabdi pada keluarga Sridjaja itu tampak mengguncangkan pundak nona mudanya dengan pelan, namun setiap dia membangunkan nona mudanya dengan cara yang lemah lembut seperti itu, bukannya segera terbangun, Ellena justru kembali terlelap.

Wanita paruh baya itu mendesah pelan, teringat ucapan nyonya besarnya kalau Ellena tidak mau bangun juga, nyonyanya mengijinkan Bi Nam untuk menggunakan cara kasar seperti yang majikannya lakukan seminggu lalu, menyiram putrinya sendiri dengan air dingin seember. Tapi kembali lagi Asisten Rumah Tangga itu tidak tega melakukannya dan memilih membangunkan nona mudanya dengan cara yang halus, walaupun ia tahu pasti cara yang halus tidak akan berhasil pada seorang Ellena. Ellena memang jagoan jika menyangkut masalah tidur, dia akan tidur pulas seperti kerbau dan tidak akan terbangun walaupun gempa bumi.

"Non, bangun!" Panggil Bi Nam untuk yang kesekian kalinya. Kali ini dia mengguncang pundak Ellena dengan kasar, memaksa wanita mungil itu membuka mata dan dia berhasil. Ellena membuka matanya sedikit dan menatapnya dengan wajah melas meski masih dalam posisi memeluk guling.

"Aduh bi, ngapain sih? Ellen ngantuk!" Dumel Ellena dengan mata yang terpejam kembali.

"Non harus bangun sekarang, kalau tidak nyonya bisa marah." Ucap Bi Nam. "Hari ini hari pertama non kerja kan?

Bekerja? Mendengar ucapan ART-nya, rasa malas kembali melanda Ellena. Dia malas bekerja, apalagi harus bekerja di tempat yang seperti itu.

"Ah, Ellen ,malas kerja. Kantor itu jelek, tidak ada cowok gantengnya!" Jawab Ellena dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nyonya bisa marah, non." Ucap Bi Nam. "Nyonya sampai nyuruh saya menyiram non dengan air seember kalau non tidak mau bangun."

Tapi Ellena tidak ambil pusing akan hal itu, dia tahu betul Bi Nam tidak akan tega kasar padanya meskipun mamanya mengijinkan . Tanpa menghiraukan ucapan Bi Nam lagi, Ellena menarik selimut menutupi tubuhnya sampai sebatas leher dan menutupi telinganya dengan bantal.

"Pokoknya Ellena mau tidur!" Teriak Ellena. "Bilang sama mama, Ellen tidak mau kerja kalau kantornya tidak semewah kantornya Wilson ataupun Shanly! Kalau mau Ellen kerja, suruh mama carikan Ellen kantor yang penuh cowok ganteng!"

"Ya ampun, non. Kalau mau cowok ganteng jangan cari di kantor dong, cari di biro jodoh. Bibi bisa bantu carikan kalau mau." Jawab Bi Nam polos.

"Yaelah bi. Selera bibi sama selera saya jauh beda. Kalau menurut bibi aki-aki jualan bakso yang lewat depan rumah ganteng, menurut saya gantengan tiang bendera." Celetuk Ellena asal dan kembali bergelung manja di dalam selimutnya.

"Yang penting sekarang non bangun dulu, kalau tidak nyonya..." Ucapan Bi Nam langsung terhenti.

Ellena pikir, diamnya Bi Nam adalah tanda bahwa wanita itu menyerah membangunkannya. Namun dia salah, karena di detik berikutnya wanita itu tiba-tiba mengguncang lengannya lebih kuat daripada sebelumnya.

"Non, non, bangun. Ada nyonya!"

"Apa sih, bi? Bibi tidak pintar bohong, tahu!" Ellena menepis tangan wanita itu dan kembali membenamkan kepala ke dalam bantalnya yang empuk.

"Tapi, non... Beneran ada nyonya!" Bi Nam berkata dengan nada yang cukup meyakinkan, tapi usahanya sia-sia karena Ellena tidak mempercayainya.

Tiba-tiba seseorang menarik selimut Ellena dengan paksa dan melemparkan bantal yang menutupi kepala Ellena ke sembarang arah. Ellena hendak menggerutu pada Bi Nam, akan tetapi sebelum wanita itu sempat mengeluarkan sumpah serapah untuk Bi Nam yang dia kira mengganggu tidurnya, sebelah tangan sudah menjewer telinganya sampai Ellena terpaksa menegakkan tubuhnya karena kesakitam.

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now