12 - Lupa Tujuan Awal

5.3K 625 13
                                    

***

Pembicaraan di chat antara Miranda dengan Ellena ternyata belum juga cukup. Esok harinya ketika Ellena baru saja datang, ia sudah di tarik Miranda dengan heboh ke sudur ruangan. Pertanyaan Miranda sangat klasik, ia menanyakan bagaimana keseruan Ellena saat mengasuh Jay kemarin.

"Dia membuang spaghetti buatan aku ke dalam tempat sampah, dan akhirnya aku bikini dia mie instan."

"Gila, Len." Miranda geleng-geleng kepala. "Anak sekecil itu kamu kasih makan mie instan? Anak bos pula? Kalau dia sampai bodoh, kamu tanggung jawab tuh.

"Dia itu terlalu pintar untuk ukuran bocah umur empat tahun, aku benar-benar berharap dia bisa sedikit 'bodoh'," Ellena menjauhi Miranda, duduk di tempatnya dan menyalakan komputer.

"Jahat kamu, gitu-gitu Jay itu anak yang manis."

"Manis apanya? Anak itu sikapnya benar-benar beda jauh sama bapaknya," Ellena menyeletuk. "Sikapnya nggak semanis wajahnya."

"Masa sih? Tapi dia baik banget loh ke aku. Kok bisa yah dia berdebat terus sama kamu?"

"Memangnya kamu sering ketemu sama si bocah?" Ellena jadi penasaran juga, terpancing untuk banyak bertanya.

"Sering. Kalau dia kemari, aku selalu bikinin dia susu coklat. Dia suka sekali susus coklat."

Ellena menggaruk dagunya yang tidak gatal dan bergumam, "Aneh. Kok dia bisa baik ke kamu ya? Tapi dia nakal pada pengasuh dan juga aku?"

Miranda diam sejenak mengamati Ellena yang tampak bingung, dan tak lama kemudian dia pun kembali buka suara. "Len, jujur deh. kamu ngincer Pak Wijaya ya?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hah? Apaan?" Ellena yang kaget ditanya seperti itu pun mendadak kikuk dan wajahnya bersemu merah. Miranda tersenyum penuh arti melihat perubahan wajah Ellena. Tanpa dijawab pun, Miranda sudah tahu jawabannya.

"Ternyata benar ya, kamu suka sama Pak Wi?" Goda Miranda. "Terang saja Jay begitu ke kamu."

"Tapi kenapa dia bisa baik ke kamu saja, sementara semua pengasuhnya dia buat sampai nangis bombay? Memangnya kamu tidak ngincer si bos juga?" Ellena tidak punya pilihan lain selain mengaku dosa.

Miranda terkekeh mendengarnya, "Bicara apa kamu? Aku ini sudah menikah dan punya anak. Anakku setahun lebih tua daripada Jay, tapi masih kalah pintar sama dia."

Ellena melongo. Dia sama sekali tidak menyangka Miranda sudah punya anak, selama ini dia bahkan pernah menduga Miranda menjadi saingannya untuk mendapatkan Melvern, tapi ternyata semua dugaannya salah total.

"Dan kamu mau tahu kenapa Jay bisa seperti itu pada orang lain?" Tanya Miranda.

Ellena buru-buru mengangguk.

"Seperti yang aku bilang di chat kemarin, Jay tidak punya ibu. Pak Wijaya yang membesarkan putranya seorang diri dengan bantuan pengasuh, intinya anak itu kurang kasih sayang. Mungkin dia tidak suka pada orang yang sengaja mendekatinya dan juga ayahnya." Jelas Miranda.

"Ya, namanya juga kurang kasih sayang, Len. Dia masih terlalu kecil untuk merasakan yang namanya kehilangan."Miranda memutar badannya menghadap Ellena yang berada tepat di seberangnya. "Lalu, Ellena... Boleh aku bertanya? Apa kamu serius suka pada Pak Wi?"

"..." Ellena diam, tidak tahu harus mengaku atau tidak.

"Kalau kamu tidak mau menjawab, tidak apa. Tapi sebagai rekan kerja yang baik, aku hanya ingin mengingatkan sebelum kamu terlampau jauh dan jadi serius suka pada Pak Wi..."

"..."

"Kamu harus ingat, Ellena... Istri Pak Wi boleh pergi, tapi mereka belum berpisah secara resmi."

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now