50- ONLY HER

4K 890 825
                                    

***

Bisakah kamu datang kemari?

Melvern mengetikkan sebaris kalimat dengan was-was di layar ponselnya. Beberapa kali ia sampai mencuri lihat ke arah Jay yang sedang disuapi oleh pengasuh, takut kalau putranya akan membuat ulah.

It's okay kalau kamu tidak mau bertemu denganku. Tapi bisakah kamu datang demi Jay? Sudah dua hari ini dia mogok makan karena ingin bertemu denganmu.

Melvern menunggu selama beberapa waktu, namun setelah setengah jam berlalu, belum juga ada balasan dari Ellena. Telepon tidak diangkat, puluhan sms dan whatsapp tidak direspon. Melvern menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi, jika Ellena tidak mau datang ia juga tidak bisa memaksa.

Suara mangkuk plastik dan sendok yang jatuh ke atas lantai, mengalihkan perhatian Melvern. Ia buru-buru menghampiri putranya yang baru saja menjatuhkan makan siang dengan sengaja dari tangan Suster Yati.

Melvern menatap makanan yang ditumpahkan Jay dengan tatapan speechless lalu beralih menatap putranya. Dengan sikap yang penuh ketenangan, ia menatap Jay tajam dan berkata. "Memangnya apa salah nasinya sampai kamu buang-buang begitu?"

Jay menunjuk pengasuhnya dengan tatapan benci. "Ini nih si suster. Sudah tahu aku tidak mau makan, masih saja dipaksa-paksa suruh makan!"

Melvern melirik suster baru putranya. "Maaf ya, Yati. Tolong beresin dulu. Biar Jay saya yang urus."

"Baik, Pak." Suster Yati mengangguk patuh. Ia kemudian membersihkan tumpahan makanan di atas lantai dan secepatnya pergi dari sana.

Sepeninggal Yati, Melvern melirik Jay. Bocah berusia empat tahun itu masih duduk di bangku meja makan dengan posisi memunggunginya karena sedang merajuk. Melvern mengambil tempat duduk di depan Jay dan memulai nasihatnya. Ini adalah pertama kalinya ia kembali menasehati Jay setelah sekian lama anak itu tidak lagi membuat masalah karena selama ini Ellena yang selalu menangani semua kelakuan ajaibnya.

"Dua hari ini sudah kamu begini. Hari ini bahkan membuang makanan. Kamu tahu itu dosa?" Tanya Melvern.

"Aku tidak mau makan, dad!" Jay menoleh menatap Melvern. "Aku maunya Ellena! Dad selalu bilang dia akan kemari, tapi Ellena tidak pernah datang."

"Dad sudah bilang ke Ellena, tapi dia sedang sibuk jadi tidak bisa datang."

"Ellena tidak pernah sibuk, dad." Kata Jay. "Dia bisa memarahi orang di telepon, main komputer, dan buatin aku makan siang. Why she doesn't want to come here any more? What's wrong?"

"Jay..." Melvern mencoba membujuk putranya lagi, namun suara bel terdengar mengalihkan perhatiannya.

"Itu pasti Ellena!" Jay berseru antusias. Ia melompat turun dari kursi dan berlari ke arah pintu. Melvern di belakangnya hanya bisa mengerutkan dahi. Benarkah Ellena datang? Padahal dia sama sekali tidak mau merespon panggilan dan pesannya.

"Ellena!" Jay berseru riang ketika membuka pintu, akan tetapi senyum sumringahnya meredup begitu melihat siapa wanita yang muncul di hadapannya.

"Halo, Jay!" Amanda menyunggingkan senyum terbaiknya kepada Jay, sementara Jay mematung di tempat.

"Amanda?" Melvern menyusul Jay dan menemukan Amanda berada di muka pintu bersama putranya.

Tiba-tiba saja Jay berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan Amanda bersama Melvern. Anak itu bahkan tidak menoleh sama sekali walaupun Amanda memanggilnya berkali-kali.

"Jay bahkan tidak ingin melihatmu, sia-sia saja kamu kemari."

"Dia tidak mau bertemu aku, tidak berarti aku tidak boleh menemuinya. Sesuai putusan pengadilan, aku masih boleh menemui dia kapan pun aku mau." Tanpa dipersilahkan lagi, Amanda menenteng dua plastik besar berisi makanan dan mainan masuk ke dalam rumah.

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now