47- HIS BIG SECRET

4.3K 778 226
                                    

***
NOTE: VERSI WATTPAD BERBBEDA ALUR DAN ENDING DENGAN VERSI NOVEL. SELAMAT MEMBACA
***

"Aku tidak akan menyanggahnya, karena pada kenyataannya aku memang memperalat kamu." Ucapan Melvern tersebut seolah membuat waktu terhenti.

"Tapi itu dulu, Ellena." Tambah Melvern. "Rasanya menarik sekali ketika mengetahui adik dari orang yang menghancurkan rumah tanggaku ternyata sama matrealistisnya seperti Amanda."

"Tapi..." Melvern menoleh menatap Ellena. "Ketika aku mengenal kamu lebih jauh, aku merasa bahwa aku tidak seharusnya menilai seseorang hanya dari satu sisi."

"Jadi maksudmu dulu kamu memang ingin balas dendam, tapi sekarang tidak lagi?" Tanya Ellena, berusaha mencerna penjelasan Melvern yang rumit dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti.

"Ya."

Ellena tidak tahu harus merasa senang atau sedih mendengarnya. Bohong jika ia berkata bahwa ia tidak marah, tapi kalau pun ia marah, rasanya kurang adil. Bukankah pada awalnya ia berniat menjadikan Melvern sebagai pohon uang? Bukankah itu artinya mereka berdua sama saja?

"Lalu apa maksudnya dengan hutang PT. Borneo yang lunas?" Ellena mendongak menatap Melvern. "Mengapa kalian pindah ke gedung baru dan aku tidak tahu? Siapa orang-orang ini, dan apa maksud dari papan itu bahwa tanah dan bangunan itu menjadi milik Wintara Group?"

"Sekarang ini aku sedang sangat sibuk, masalah itu kita bicarakan nanti malam." Ujar Melvern lalu berbalik mendekati pengacaranya.

Dia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya terhadap Ellena. Melvern yang dulu memang hanyalah seorang pria culun yang hobi memakai pakaian rumahan di kantor, tapi dia adalah orang yang super humble. Bukan eksekutif muda yang sekarang tampak arogan di mata Ellena.

Saat ini adalah saat dimana perasaan Ellena terasa sangat kacau balau dan terombang ambing, tapi bosnya ini justru mau menunda penjelasannya sampai malam.

"Tinggal jawab satu atau dua kalimat saja, memangnya apa susahnya? Apa bedanya sekarang dengan nanti?" Pertanyaan Ellena membuat langkah Melvern terhenti.

"Ellena, please." Pinta Melvern.

"Perasaanku sedang kacau dengan semua kenyataan ini. Membuatku menunggu untuk sebait penjelasan sama saja dengan memberi aku kebebasan untuk berpikir yang tidak-tidak tentang kamu," jawab Ellena.

"Ini masalah privacy di antara kita, kita akan bicara empat mata." Tukas Melvern. "Tapi tidak di waktu aku sedang bekerja. Ada masalah urgent yang harus aku selesaikan."

Tapi Ellena tidak mau mengerti. Ia merasa sudah cukup mengerti dengan kondisi Melvern selama ini, dan sekarang ia membiarkan jiwa egoisnya keluar begitu saja.

"Kalau begitu, biarkan saya mengutarakan apa yang ada di pikiran saya tentang anda sekarang." Ellena mengangkat dagunya menatap Melvern dengan tatapan penuh ketenangan yang seperti biasa patut diacungi jempol.

Melvern tidak berkomentar dan hanya menatap Ellena. Ia merasa terusik ketika Ellena kembali berbicara formal dengannya.

"Semua orang itu terlihat segan kepada anda, apa itu artinya anda pemilik dari Wintara Group? Semua karyawan anda tahu tentang masalah kepindahan perusahaan kecuali saya, bukankah anda memang memiliki rencana untuk membalas dendam kepada kakak saya sampai sekarang?"

Lagi-lagi Melvern hanya diam.

"Diam berarti iya." Ellena menyimpulkan.

"Jangan mengambil kesimpulan sendiri," Melvern buka suara.

MY MONEY TREE (TELAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now