🌹o

989 142 14
                                    

Sebentar lagi hampir memasuki pertengahan musim dingin di bulan Februari. Itu artinya hari valentine tinggal sebentar lagi -dua hari lagi tepatnya.

Hari valentine selalu menjadi hari yang spesial. Di seluruh penjuru sekolah murid-murid ramai membincangkan mengenai kepada siapa mereka akan memberi cokelat tahun ini.

Yuju dan Eunha, kedua sahabat karibku itu juga tidak luput dari perbincangan semacam itu. Mereka sudah punya seseorang spesial yang akan mereka beri cokelat -Yoongi dan Taehyung idola mereka di kelas sebelah.

Lalu aku? Paling aku hanya akan membuat cokelat wajib dan membagikannya pada teman sekelasku seperti yang selalu kulakukan.

Tahun ini hari valentine jatuh pada hari Selasa. Jadi hari Minggu ini kami bertiga sengaja membeli bahan-bahan untuk membuat cokelat di supermarket lalu membuatnya di rumah Eunha.

"Kau yakin tidak punya seseorang untuk diberi cokelat?" tanya Eunha padaku. Gadis itu masih sibuk memilah cokelat mana yang akan dipilihnya.

"Tidak ada. Memangnya siapa? Ambil cokelat batang yang di bagian bawah itu." Eunha mengikuti perkataanku, mengambil beberapa kotak cokelat lalu memasukkannya ke troli.

"Jongin?"

"Kau gila? Bisa-bisa dia menggodaku habis-habisan setelah itu. Aku dan dia tidak pernah akur di kelas, kalian sangat tahu itu."

"Kalau Jungkook? Bukannya kau suka padanya? Apalagi yang kita perlukan?" tanya Yuju, ia kembali memeriksa daftar belanjaan saat kami berbelok di bagian lain.

"Kurasa tidak. Aku tidak dekat dengannya, kesannya ini lebih dari sekedar cokelat wajib. Aku hanya kagum pada suaranya, catat itu."

Yuju mengedikkan bahu, "Yah siapa tahu nanti kau diterima. Paling tidak Jungkook benar-benar menyadari kehadiranmu, bukan karena kau ini adik kembarnya Jimin."

Kuhela napas, membiarkan mereka berdua berjalan di depanku. Apa peduliku memangnya? Aku hanya kagum, bukan sampai ingin menjalin hubungan dengannya. Oke, dulu aku memang sempat berpikir begitu tapi melihat sikapnya padaku yang biasa saja -hampir menganggapku tiada, jika datang ke rumah membuatku berpikir ulang.

"Hei, Jiae bukankah itu Seokjin dan Jungkook?" Yuju menunjuk ke bagian minuman di lemari pendingin, benar saja ada mereka berdua, lengkap dengan keranjang belanjaan di tangan Seokjin.

Tanpa disuruh Eunha mendorong trolinya menghampiri mereka berdua. Jungkook.... Baru saja menyebutnya, sekarang orangnya ada di sini.

"Seokjin. Jungkook. Kalian di sini."

Kuputuskan untuk berdiam diri  setelah menyapa mereka. Biar saja Yuju dan Eunha yang bicara dengan mereka berdua -atau lebih tepatnya hanya pada Seokjin karena dari sudut pandangku Jungkook sama sekali tidak bersuara.

Pandanganku jatuh pada keranjang belanjaan berwarna merah di tangan Seokjin yang penuh dengan bahan-bahan membuat cokelat.

Aku tidak tahu bagaimana sampai akhirnya kami memutuskan membeli bahan-bahan bersama.

Jika ada Seokjin, aku tidak perlu lagi membantu karena ia bahkan lebih menguasai dapur ketimbang aku yang notabenenya perempuan. Jadi kubiarkan saja mereka bertiga yang mencari bahan sementara aku dan Jungkook yang membawa barang-barang.

"Park Jiae." Jungkook menyebut namaku. Secara refleks aku langsung menoleh padanya, tak menyangka ia akan tiba-tiba menyebut namaku.

"Iya?"

"Arti namamu cantik."

"Te-Terima Kasih."

"Kenapa?"

"Aku... hanya terkejut kau bicara padaku." Jelas saja aku bingung, ini Jeon Jungkook. Tak ada angin, tak ada hujan ia tiba-tiba memujiku -namaku tepatnya.

Jungkook sedikit menarik sudut bibirnya, "Tidak apa. Aku hanya ingin bicara denganmu. Jadi kau akan memberi cokelat pada siapa?"

Aku tidak langsung menjawab. Kubiarkan dulu Yuju meletakkan sesuatu di troli, ketika ia sudah kembali bergabung dengan Seokjin dan Eunha agak di depan barulah aku menjawab. "Keluargaku dan teman sekelasku. Juga pada Bangtan? Seperti biasanya."

Jungkook tidak membalas perkataanku, jadi aku kembali berbicara, "Kau pasti mendapat banyak hadiah dari penggemarmu."

"Aku tidak seterkenal itu."

"Yah, yah. Kau hanya merendah saja. Kalau kau sendiri bagaimana?" Jungkook mengedikkan bahu.

"Kau bilang akan memberi cokelat pada Bangtan seperti biasa. Tapi seingatku, aku tidak pernah menerimanya darimu."

Langkahku terhenti begitu pula pandanganku yang langsung terhenti padanya yang kini beberapa langkah di depanku. "Aku selalu menitipkannya pada Jimin, dia tidak bilang pada kalian?"

"Kalau pada yang lain aku tidak tahu, tapi padaku tidak."

Bagaimana aku bisa percaya jika yang bilang itu Jeon Jungkook yang sering mengabaikan eksistensiku
Kuhela napasku pelan-pelan. Aku tidak tahu apa cuaca dingin memengaruhi sikap Jungkook tapi tingkahnya ini berpotensi memberi efek samping padaku.

"Kalau kau ingin cokelat wajib, aku bisa memberinya sendiri padamu. Tapi kau tahu ... kita tidak sedekat itu, mungkin orang-orang akan berpikir aku memiliki perasaan padamu."

"Memangnya kau tidak menyukaiku?"

"Apa?"

"Sudahlah lupakan saja apa yang kukatakan." Jungkook berjalan lebih cepat, bergabung dengan tiga orang di depan kami dan membiarkanku seorang diri kebingungan.

Dia ... sungguh Jeon Jungkook?

🌼🌼🌼

Note:
Sebenarnya pengen posting ini dari kapan, cuma ada kendala. So yah, happy valentine buat yang merayakan :) And spesial buat si dedek, congrats yah bang udah lulus.

Ara,

16 February 2017

Moments ➳ BTSWhere stories live. Discover now