1.1 harapan

446K 25.8K 471
                                    

Aretta mengetuk-ngetuk'kan pulpennya ke atas meja, di wajahnya terukir senyuman karena sekarang yang ada di pikirannya adalah Alvino.

Bel istirahat berbunyi, Aretta dkk buru-buru berjalan menuju kantin. Kayaknya Aretta ingin cepat-cepat bertemu Alvino.

Aretta mengantri bersama Kyna untuk membeli bakso, hal ini disebabkan karena kantin terlihat lebih ramai di jam istirahat pertama. Walaupun mata Aretta tak henti menatap ke tengah meja kantin, tempat biasa Alvino dkk nongkrong di kantin.

Senyum Aretta mengembang saat melihat kebisingan yang ditimbulkan oleh Amzar, Ravin yang sedang mengolok Theo. Tapi senyumannya pudar karena Alvino tidak ada di antara mereka.

Dimana dia?...

"Na, gue ke sana sebentar ya!" ucap Aretta lalu berjalan menuju meja tengah kantin, meninggalkan Kyna mengantri sendirian.

"Ravin!" panggil Aretta, membuat ketiganya menoleh bersamaan.

"Ada apa bidadari ... Eh maksud gue ada apa Aretta?" sahut Ravin. Sempat-sempatnya dia modus.

"Alvino dimana?" tanya Aretta sambil melihat sekeliling kantin, berharap mata coklatnya bertemu mata hijau milik Alvino.

"Oh, Alvino hari ini nggak masuk Ta." sahut Ravin.

Aretta terdiam sejenak "Oh—nggak masuk ya. Kalo gue boleh tau kenapa dia nggak masuk?"

"Dia itu ada urusan keluarga gitu lah." ini Amzar yang menyahut, karena biasanya Ravin suka lupa atau keceplosan kalau sudah bicara dengan seorang cewek.

Mendengarnya Aretta hanya ber 'oh' ria lagi.

"Yaudah, thanks ya!" ucap Aretta yang dibalas anggukan serta senyuman manis dari ketiganya.

Lalu dia berjalan menuju meja yang dipenuhi ketiga temannya saat melihat Kyna yang ternyata sudah kembali dari tempat mengantri.

"Lo abis nanyain soal Alvino ya?" tanya Teya dan Aretta mengangguk.

"Kita perlu ngomong deh kayanya." ucap Kyna sambil menaruh sendoknya ke dalam mangkuk bakso.

"Bukannya dari tadi udah ngomong yah?" sahut Kayla sambil mengaduk kuah baksonya.

"Ini soal perasaan Aretta." ucap Kyna, membuat Aretta serta yang lainnya serempak menoleh.

"Gue?" sahut Aretta sambil menunjuk dirinya sendiri, lalu Kyna mengangguk membuat kedua temannya menatap Aretta intens.

"Alvino?" ucap Kyna, membingungkan.

Aretta menautkan alisnya, walaupun setelah itu dia sadar dan mengerti apa yang dimaksud oleh Kyna.

"Oh, gue ngerti." kemudian Aretta berdeham, membenarkan posisi duduknya agar ke tiga temannya dapat mendengar perkataan yang akan keluar dari mulutnya dengan jelas.

"Perasaan gue ... Rasa penasaran gue ke Alvino, udah berubah haluan. Gue suka—gue suka sama Alvino." ucap Aretta, ketiga temannya serempak menggebrak meja. Membuat beberapa pasang mata tertuju pada mereka.

"Gue tau ini akan terjadi!"

"Firasat gue bener!" ucap Teya dan Kyna bersamaan.

"Tapi bukannya emang dari awal Aretta udah suka sama Alvino ya?... Hehe iya nggak sih?" kalian pasti tau siapa yang mengatakan ini. Kayla.

"Tapi Ta, lo yakin Alvino akan bales perasaan lo?" ucap Kyna dipelankan agar tidak ada yang mendengar selain dia dan kawan-kawannya.

Aretta memberinya tatapan kosong lalu menggelengkan kepala.

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang