1.3 senyum

415K 25.9K 1K
                                    

Aretta menutup pintu mobil, memasang seatbelt dengan senyum yang mengembang.

"Jaket siapa Ta? Perasaan Ayah nggak pernah beliin kamu jaket yang kaya gini?" tanya Ayah sambil mengambil stir ke kanan untuk keluar gedung SMA Greetel.

Aretta menoleh "Jaket Alvino Yah." sahutnya lalu tersenyum pada Ayah.

"Oh, pantesan anak Ayah senyum terus dari tadi, ternyata pake jaket dari Alvino." ucap Ayah sambil mengangguk-angguk.

"Apa sih Ayah, rese!" sahut Aretta sambil memukul bahu Ayah'nya. Pipi Aretta jadi merah kan sekarang.

Setelah sekian lama menunggu untuk sampai dirumah, akhirnya itu tercapai.

Aretta menaruh tasnya asal di ruang tamu, berjalan menuju dapur, membuka lemari es dan mengambil minuman untuk mengisi ion tubuhnya, sedangkan Ayah sedang mengobrol dengan tetangga di depan halaman rumah.

"Udah pulang sayang!" ucap Ibu sambil menaruh botol susu Fatih yang sekarang sedang tidur di ayunan pribadinya.

Aretta mengangguk, meneguk habis minuman yang ada ditangannya lalu salim pada Ibu'nya.

"Jaket siapa yang kamu pake? ... Punya Alvino yah?" ucap Ibu, entah kenapa tebakannya bisa benar. Mungkin ini yang dibilang bahwa Ibu selalu benar karena Ibu adalah seorang wanita.

"Iyaa Bu," sahut Aretta. Sedangkan Ibu mulai melangkah untuk mengambil tas Aretta lalu membukanya. Ibu biasa seperti itu untuk mengecek apakah Aretta berani macam-macam seperti membawa rokok, misalnya.

Walaupun dia yakin hal itu tidak akan dilakukan oleh anaknya. Ya bagaimanapun dia seorang Ibu, selalu khawatir.

"ASTAGA!" jerit Ibu saat membuka tas Aretta.

"Kenapa Bu?" tanya Aretta sambil lari dari dapur menuju ruang tamu.

Dan bisa Aretta lihat sekarang Ibu yang sedang melihat ke arahnya sambil melebarkan baju seragamnya yang kotor. Terdapat bekas siraman air perasan jeruk disana.

"Kamu berantem lagi kan?" tanya Ibu langsung.

Astaga kenapa ibu bener terus dari tadi.

"Dia duluan Bu yang mulai, Aretta nggak ganggu dia sumpah tanya aja temen-temen Aretta nanti, Ibu telfonin satu-satu. Sekalian telfon Alvino dia juga liat tadi." sahut Aretta lalu mengerucutkan bibirnya.

Eh kok Alvino yang gue sebut.

Ibu melangkah mendekat lalu mengambil sesuatu dari kantung jaket yang Aretta kenakan, yaitu ponselnya.

"Eh mau ngapain Ibu?" tanya Aretta, Ibu tak menjawab dia hanya menyodorkan baju seragam Aretta yang kotor tadi. Dan Aretta menerimanya.

Sedangkan Ibunya, dia mendekatkan ponsel ke daun telinga. Sepertinya dia menelfon seseorang.

"Kenapa Ta?"

"Hai Alvino, ini tante!" sahut Ibu sontak membuat mata Aretta membulat. Ibu benar-benar menelfon Alvino.

Aretta mendekati Ibunya berusaha mengambil alih ponselnya sebelum Ibu menanyakan hal yang tidak bermanfaat, maksudnya bukan tidak bermanfaat tapi hal yang bisa ditanyakan ke Teya ataupun teman perempuannya yang lain, bukan Alvino.

"Eh tante, ada apa?"

"Tadi Aretta disekolah berantem lagi ya No?"

Aretta menepuk keningnya, Ibunya benar-benar menanyakan hal ini.

"Mmm ... Iya tante."

"Kata dia kamu ada pas lagi berantem, menurut kamu siapa duluan yang mulai. Aretta atau Sonya? Aretta sih bilangnya Sonya duluan yang mulai." Ibu melirik Aretta sejenak.

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang