Bagian Empat Belas • Husband's wish

43.1K 3.1K 117
                                    

Pedofil laknat.
Otak kotor
Kepala berkarat.

Pantasnya dirinya mendapat perawatan keras di Rumah sakit jiwa. Atau mungkin di pertemukan dengan dokter spesialis bagian kepala. Agar
Masalah di otaknya selesai.

Aku yakin, sesuatu sudah terjadi padanya. Membuat otak kotornya sedikit bergeser dari tempat seharusnya. Hingga pikirannya menjadi seperti itu.

Pria dewasa, dan seorang remaja yang bahkan masih menyusun rapih mimpi-mimpinya sebelum menikah.

Astaga, apa dia tidak berpikir luas sekali saja?

Lalu, sekarang pria itu mulai memikirkan untuk segera memiliki anak, begitu? Dia berpikir untuk 'melakukan' denganku?

"Emil." Aku membanting pintu mobilnya dengan keras. Mengabaikan suara layunya yang sejak tadi merayuku agar setuju dengan rencana kotornya itu.

Pria gila.

Demi apa pun, aku sangat kesal sekarang. Aku sedang marah. Marah sekali. Aku turun dari mobil dengan wajah kesalku lalu melangkah cepat memasuki rumah. Pria itu sangat egois. Entah apa salahku padanya dia dengan ringannya menghancurkan kesenanganku.

Parfumku! Aku ingin sekali rasanya menangis di bawah guyuran shower saat ini juga. Sungguh.

"Emil." suara dingin evil itu menganggu pendengaranku dengan teramat sangat. Membuatku ingin menangis.

Kuabaikan.

Aku memasuki kamar. Mengganti seragamku, lalu duduk di pinggir ranjang. Rangga mengikutiku, hingga membuatku sangat kesal.

"Aku ingin bicara." Aku diam saja. Hanya melirik sekilas padanya lalu kembali memperhatikan novel di tanganku. Seperti yang biasa dia lakukan padaku. Melihatnya mondar-mandir mengikutiku membuatku tak lagi berniat masuk ke kamar mandi mengingat pria ini yang bisa saja mendobrak pintu kamar mandi.

"Emil."

Aku masih diam menanggapinya waktu itu.

"Aku ingin kita bicara." Katanya, menjelaskan tujuannya.

"Liburan semestermu bulan depan,"

Aku hanya diam mendengar kalimat per kalimat yang pria itu ucapkan.

Kudengar pria itu menarik napas lalu menyebutkan kata-kata selanjutnya dengan sekali tarikan napas. "kita akan ke Paris untuk bulan madu."

Bulan depan.
Liburan.
Paris.
Bulan madu!

"Apa katamu?" langsung saja saraf-sarafku tidak menerima kalimat tersebut. Tubuhku mulai membeku mendengar pria itu.

"Kita akan 'bulan madu'. Jika hitunganku tepat, anak kita akan berusia empat bulan saat kau tamat."

'Dia ingin menghamiliku?'

**back to normal

Aku menghela nafas sebelum melangkah masuk ke gerbang. Aku mulai lelah sekarang. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti dosa apa yang orang tuaku dulu lakukan ketika sedang mengandungku-hingga aku harus mendapat takdir seperti ini.

Ruangan kelas sudah ramai ketika aku tiba di tempat dudukku. Bersamaan dengan guru fisika yang masuk ke kelas tepat setelah aku duduk.

Jika saja mood itu seperti awan yang mengikutiku seperti payung, maka percayalah awan yang ada di kepalaku sudah mengeluarkan hujan yang sangat deras dengan guntur yang tidak berhenti menyambar.

Malang sekali bukan.

"Emil." Aku mengerutkan dahiku tak mengerti. Barusan, bu Eliska memanggilku dengan lembut dan sangat manis. Tidak pernah seperti ini, sebelumnya.

My (not) Perfect Groom (RE-PUBLISH GMG 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang