Bagian 51- Your favorite perfume

3.9K 285 51
                                    

Emily menatap hujan yang turun di luar kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emily menatap hujan yang turun di luar kamarnya. Tetesan-tetesan hujan itu kemudian menyentuh jendela kamarnya tanpa permisi. Ia merasa cemas. Entah mengapa Jantungnya seolah kehilangan semangat untuk berdetak kencang.

Sudah 3 jam, danentah apa yang terjadi di luaran sana.  Ia ragu semua baik-baik saja.

Dan entah bagaimana, ia tiba-tiba memikirkan ada berapa orang yang tengah menatap hujan bersama dengannya kali ini,dari tempat yang berbeda. Apa mereka juga tengah menunggu seseorang sama sepertinya saat ini? Atau sedang bahagia karena sedang terjebak hujan dengan orang yang dicintai.

Tiba-tiba ia merasa hampa. Emily menghentikan aktivitasnya yang mengigit kuku tangannya sejak tadi setelah ia akhirnya sadar ia tidak boleh terus begitu, kukunya bukan makanan.

Emily mondar-mandir di kamarnya tak bertujuan. Hingga kakinya lelah.Dan akhirnya ia memutuskan untuk duduk di pinggir ranjangnya. Memejamkan matanya sebentar, kemudian bangkit lagi.

Beberapa hari yang lalu ia memesan sesuatu yang diantar langsung kerumahnya lewat jasa antar ekspres saat Rangga tidak dirumah. Emily teringat pada benda tersebut. Entah mengapa ia ingin sekali membukanya. Ia melihat sebuah iklan di instagramnya, dan melihat benda tersebut sangat cantik, dan Emily menyukainya, memutuskan untuk membelinya diam-diam.

Meski ketika benda tersebut sampai di tempatnya, ia malu mengenakannya. Seperti wanita penggoda. Emily mengambil kotak tersebut yang ia simpan di bawah gantungan-gantungan pakaiannya, di lemari miliknya.

Itu sebuah one piece Babydoll lingere berwarna hitam dengan renda halus di bagian branya yang menutupi keliling v-neck nya.

Ia tidak yakin denga benda tersebut. Dan tiba-tiba ia merasa takut. Namun beberapa detik kemudian ia tersenyum lembut menatap sepotong kain dari satintersebut. Ia lepas pakaiannya satu satu, hingga akhirnya branya ia lepas, pelan-pelan ia kemudian gunakan lingere tersebut, begitu pas di tubuhnya meski ia tak yakin.

Suara mesin mobil tedengar untuk bebrapa saat kemudian, dan Emily sedikit berlari untuk menoleh ke luar jendela, dan melihat bahwa mobil merah yang dibawa wanita itu sudah pergi.

Untuk hari ini ia ingin lupakan wanita itu lagi, hidup seperti hari sebelum hari ini. Hanya ia dan Rangga, rumah mereka tanpa gangguan apapun. Emily menempelkan telinganya di daun pintu kamarnya. Menunggu langkah kaki itu tiba dan mendekat.

Dan suara itu datang tap.. tap.. langkah cepat yang semakin nyaring kearahnya , mendekat, membuat jantungnya kembali berdetak kencang kali ini cukup keras.

Ia merasa malu, ia akan mundur namun sudah terbuka pintu tersebut lebih dulu, Dan disanalah Rangga. Brdiri menatapnya dengan pandangan terkejut.

Emily mundur perlahan. Tidak ini kesalahan. Bodoh.

Emily merasa pakaiannya sudah cukup seksi, namun pandangan Rangga lah yang membuatnya merasa telanjang. Ia lupa dengan siapa ia bermain. Tatapan itu terpaku pada kain tipis yang membalut pas area privat Emily yang nyaris ia hapal alur di balik kain tersebut.

"Aku..."

Rangga diam di tempatnya untuk Beberapa saat. Mereka saling berhadapan. Bertatapan, tanpa kata-kata untuk dibicarakan.

"Apa kau mencoba menggodaku dengan dada ratamu yang belum tumbuh sempurna, Mil?"

Dari semua kata-kata yang terlintas di kepala Emily, Emily tidak menyangka bahwa kalimat itulah yang di ucapkan Rangga. Ia merasa terkejut.

"Kurasa kau memang menggoda, isteriku. "

Rangga tersenyum sebelum menghabisi Emily dimulai detik setelahnya, hingga beberapa jam kemudian.

*

Emily memeluk Rangga erat sudah pukul 9 malam dan entah apa yang akan mereka lakukan lagi. Rangga sudah memesan chinnese food di restaurant favoritenya dan akan tiba beberapa waktu lagi.

"Apa kau sudah bicara dengannya?"

Emily menatap Rangga yang ternyata pria itu sedang memejamkan matanya.

Rangga hanya berdehem tidak terlalu menanggapi Emily.

"Apa kau masih menyayanginya?" Emily menaruh jari-jarinya di dada Rangga yang tidak memakai kemejanya. Tentu saja, kemeja itu kini sudah berpindah pada tubuh Emily sejak sejam yang lalu.

"Apa isteriku cemburu?" Emily memukul dada Rangga pelan.

"Hanya saja rasanya tidak nyaman melihat Adrianna datang lagi, dia bahkan tidak terganggu dengan kehadiranku. Tidak normal. Seperti ia punya jaminan ia lebih."

Rangga membuka matanya mendengar ucapan Emily. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa ia tidak punya jawaban.

"Bagaimana kalau kita punya anak saja? Aku tidak keberatan. " Emily menenggelamkan wajahnya di sela leher suaminya merasakan seluruh pipi hingga leher miliknya memanas.

Rangga tertawa.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita berusaha lebih keras lagi?" Dan dalam sedetik tubuh kecil Emily sudah berada diatas Rangga.

"Rangga!!"

Dan Rangga hanya tertawa sebelum menurunkan Emily kembali dan memilih untuk mandi kemudian bersiap untuk turun ke bawah mengambil air dingin, dan menyiapkan makan malamnya.

Dan sebelum ia masuk ke kamar mandi Ia tersenyum pedih, tiba-tiba air matanya jatuh. Ia berhenti di depan toilet dan menatap Emilynya yang sedang merapikan ranjang mereka.

♔♔♔♔

Thank you for always here ♡

My (not) Perfect Groom (RE-PUBLISH GMG 2021)Where stories live. Discover now