Chapter 7. Mengenalnya

20 0 0
                                    

'Mandy, kau mau kemana ?' tanya Mom heran.

Aku sedang mengenakan jaketku dan melilitkan syal saat Mom keluar dari kamarnya. Tentu saja tindakanku membuatnya terpana.

'Aku pergi sebentar, Mom. Ada yang harus kulakukan.' jawabku tenang.

'Tapi kau kan belum sembuh benar. ' sanggah Mom.

Aku hanya tersenyum lalu mengecup keningnya. 'Aku tidak akan lama.'

Sebelum Mom sempat berkata apa-apa aku segera pergi dan meninggalkan gedung apartemen.

Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku untuk menghalau rasa dingin. Kupercepat langkahku agar lebih cepat mencapai perpustakaan. Tempat yang kutuju itu pasti dapat memberikan jawaban mengenai pria yang kemarin malam menciumku.

Aku perlu informasi mengenai Bill Wyman.

                                                                                   ***

Tidak butuh waktu lama untuk menemukan buku yang kuperlukan. Dalam sekejab, aku mendapati beberapa buku mengenai Rolling Stones. Aku lalu membawanya dan duduk di sebuah pojok yang sepi.

Satu demi satu kubuka buku-buku itu. Aku menemukan banyak foto-foto lawas Rolling Stones. Agak aneh melihat Bill dan teman-temannya dari masa ke masa. Apakah dia nyata? Benarkah dia pria yang sama? Pria yang akhir-akhir ini memenuhi benakku ini terlihat begitu berbeda dari apa yang kulihat di foto-foto itu.

Aku akhirnya tahu mengapa kakekku melarang Mom dan adik-adiknya untuk menyenangi Rolling Stones. Di tahun 60an mereka semua memiliki gaya yang lain dari kebanyakan band di masanya. Rambut mereka tidak tersisir rapi dan menyentuh kerah kemeja. Selain itu, mereka mengenakan kemeja dan celana panjang  dengan gaya yang urakan dan arogan.  Jarang ada senyuman di wajah para anggota band itu. Seakan sengaja menantang orang-orang untuk mencibir dan membenci mereka.

Bill terlihat paling normal diantara teman-temannya. Dia.... ya seperti pria kebanyakan di masa itu. Namun lucunya, wajahnya justru terlihat lebih tua dibanding Bill yang kukenal sekarang! Nampaknya seiring berjalannya waktu, wajahnya berubah. Dia termasuk orang yang terlihat semakin tampan di usia matang.

Tahun 70an merupakan puncak kejayaan  dan keliaran Rolling Stones. Mereka tidak lagi malu-malu untuk mengenakan beragam pakaian yang unik dan berani. Tidak hanya Jagger, bahkan pria dengan gaya konservatif seperti Bill pun mengikuti trend fashion waktu itu. Celana kulit, kemeja dengan manik-manik atau warna menyala, ikat pinggang berduri dan syal bulu-bulu seakan menjadi benda-benda wajib bagi anggota Rolling Stones. Sesekali aku terkikik geli melihat foto-foto mereka, terutama pada saat melihat Bill.

Oh Bill... siapa yang menyangka dia dulu pernah tampil begitu.... flamboyan.

Setelah puas menatap foto-foto yang ada di buku-buku itu, aku kemudian memutuskan untuk pulang. Aku tidak akan membaca buku-buku tersebut. Aku tidak mau penilaianku terhadap Bill dipengaruhi oleh pemikiran para penulisnya. Lebih baik aku mengetahuinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba terbersit sebuah ide dalam benakku. Mengapa aku tidak sekalian melihat apa saja karya Rolling Stones? Akhirnya kuayunkan kakiku menuju sebuah toko musik. Untung saja letaknya tidak jauh dari perpustakaan. Setidaknya, aku tidak akan mati membeku di udara yang tidak bersahabat ini.

Begitu sampai di toko musik, aku langsung menuju bagian musik cadas. Disanalah aku menemukan banyak sekali piringan hitam album Rolling Stones. Bukan hanya satu atau dua saja, namun setidaknya ada belasan album yang tersedia disana.

In Another Land (Sebuah Kisah Fiksi Rolling Stones)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang