2. Remember My Name!

11.1K 667 80
                                    

Malam minggu Internet lola :(
Selamat membaca
Happy Saturday Night ^^

Kesan yang ia dapat saat hari pertama mengajar sangat menyenangkan. Ia bertemu dengan anak-anak kecil yang paras dan tingkahnya lucu. Ia tersenyum sambil membayangkan tingkah laku konyol muridnya saat tadi mengajar. Ah, betapa menyenangkan menjadi guru TK.

BRUUKK

Tanpa sadar ia menabrak tubuh seseorang. Sedikit meringis karena yang ia tubruk sangatlah keras. Ia mendongakkan wajahnya menatap sosok yang tadi ditabraknya. Mata hitam setajam elang adalah pemandangan pertama yang ditangkap oleh indera penglihatannya. Kemudian turun menuju hidung mancung. Agak ke bawah menuju bibir seksi milik orang itu. Kembali lagi ke atas.

Ia menelan ludah, sedikit takut. Sosok yang ada di hadapannya kini adalah seorang pria dewasa berbalut jas Armani berwarna hitam sehitam bola matanya. Aura yang terpancar dari pria itu sangat menakutkan. Kejam, lebih tepatnya.

"Je suis désolé, Monsieur—Maaf, Pak. Aku tidak sengaja." Cicitnya seraya menunduk. Ia takut bila menatap mata pria itu.

"Tidak apa. Kau tidak terluka, kan?"

Ia menatap wajah pria itu. Sedikit mengerutkan kening. Bagaimana bisa terluka jika ia hanya menabrak sesorang tanpa jatuh?

"Hey, Nona!" pria itu mngibaskan tangan di depan wajahnya.

"A..aku tidak apa-apa. Tidak terluka sedikitpun."

Pria itu tersenyum. Senyuman misterius tanpa ada yang tau maksud dari senyum itu kecuali dia sendiri. Untuk saat ini memang tidak, tapi nanti luka itu akan menykitimu hingga kau menyerah untuk hidup.

"Permisi tuan, saya mau pulang."

"Kau pulang naik apa?"

"Aku bawa sepeda." Ia tersenyum, kemudian beranjak pergi. Namun, sebuah tangan menahan lengannya sebelum langkah kedua.

"Boleh tau siapa namamu?" Pria itu menyunggingkan senyum. Namun, matanya menyiratkan sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

"Zarya. Zarya Artemis." Jawabnya agak ragu.

"Nama yang indah." Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Raja Zeus. Ingat namaku baik-baik." Ujarnya sebelum melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Zarya.

Setelah lengannya terlepas, Zarya buru-buru pergi meninggalkan pria dengan aura gelap yang baru saja ditemuinya. Ia sedikit ngeri mengingat perkenalan singkatnya dengan pria bernama Raja Zeus. Apalagi, pria itu memintanya untuk mengingat namanya. Ia sedikit menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikirannya tentang Raja Zeus.

Dikayuhnya sepeda yang telah ia naiki menuju rumahnya. Saat melewati tempat pertemuannya dengan Raja Zeus, ia sudah tak melihat lagi keberadaan pria itu. Dihembuskannya nafas lega karena bisa terhindar dari pria menyeramkan itu. Ia melanjutkan mengayuh sepedanya sambil menyanyikan lagu favoritnya.

***

"Permisi, Tuan. Ada laporan terbaru tentang pemasaran produk." Adelfo memasuki sebuah ruang kerja sambil meletakkan sebuah laporan di meja kebesaran Tuannya.

Tuannya, Raja Zeus, segera mengambil laporan itu. Membuka lembar demi lembar dan membacanya secara cepat. Diletakkan kembali laporan itu di atas meja seperti sedia kala.

"Kerja bagus. Pihak kepolisian tidak ikut campur kan?"

"Tidak, Tuan. Mereka akan bertindak jika kontrak kerja sama Tuan dan mereka sudah habis."

"Ah, payah sekali mereka. Pantas saja mencari keadilan sangat sulit jika pihak berwajib tidak becus dan malah enak-enakan menikmati uang suap." Adelfo mengangguk menyetujui ucapan Raja Zeus. "Tetapi bekerja sama dengan orang-orang bodoh itu membuat bisnisku semakin berkembang pesat."

Raja Zeus ✔Where stories live. Discover now