7. Disorder

4.2K 384 39
                                    

Hi, long time no see ^^

Zarya telah mengenakan dress santai usai membersihkan tubuhnya. Langkah kakinya mengantarnya ke arah meja di mana sarapannya telah tersedia. Ann, sang pelayan masih tetap di kamar ini. Ia berdiri di dekat sofa yang akan digunakan sebagai tempat duduk Zarya ketika menyantap makanannya.

"Ann, duduklah." Zarya menyuruh Ann duduk di sofa bersama dengannya. Zarya memang setiap hari mengajak Ann sarapan bersama. Memang pada awalnya sulit untuk menyuruh Ann menemaninya, tetapi akhirnya Ann menyerah juga dan menuruti perintah Zarya.

Ann, seorang pelayan wanita berumur 30 tahun yang sudah empat tahun bekerja di kediaman Raja Zeus. Ia memiliki suami dan seorang anak laki-laki berusia belasan tahun. Suaminya merupakan pekerja bangunan dengan penghasilan minim. Karena kebutuhan ekonomi semakin hari semakin banyak dan biaya hidup semakin mahal, ia memutuskan untuk menjadi pelayan guna menambah pendapatan suaminya.

"Rencana Nona jadi?"

Zarya mengangguk sambil memasukkan satu suapan bacon ke dalam mulutnya.

"Tuan akan membunuh saya dan keluarga saya." Ann menatap Zarya dengan sorot mata kesedihan.

"Aku tidak akan melibatkanmu. Kau cukup memberitahuku di mana saja tempat yang dijaga. Mulai dari penjagaan yang sangat ketat sampai tidak ketat. CCTV di setiap ruangan juga harus kau beritahukan,"—Zarya berpikir sejenak—"mmm ... pintu belakang atau jalan tikus juga."

"Jalan tikus? Nona ingin mencari tikus?"

Zarya tersedak karena terkejut mendengar respon dari Ann. Ia segera mengambil air putih dan meneguknya dengan cepat.

"Nona, pelan-pelan." Ann beranjak dari tempatnya mendekati Zarya sambil menepuk-nepuk kecil punggung Zarya.

"Kau ini. Maksudku jalan pintas atau jalan rahasia yang jarang dilewati orang." Zarya menjelaskan maksud dari jalan tikus yang ia katakan tadi, setelah makanan yang menyangkut di kerongkongannya luruh.

Ann hanya tersenyum malu saat tahu yang dimaksud jalan tikus di sini adalah jalan pintas, bukan jalan para tikus.

"Bagaimana?"

Ann mengangguk. "Saya akan mengusahakan itu semua, tapi...." Ann menatap ragu-ragu pada Zarya.

"Kau takut dengan sang iblis?"

Ann menelan ludahnya. Ia mengangguk perlahan. Ia memang takut dengan majikannya itu. Dia mendengar cerita dari pelayan lain bahwa majikannya adalah iblis kejam yang akan membasmi siapa saja yang mengusik hidupnya.

"Kau serahkan saja semua itu padaku. Aku sudah menyiapkan rencana agar dia tidak tahu kau terlibat di dalamnya."

"Saya mengerti."

Zarya tersenyum. Ia meletakkan sendok dan garpunya pada piring yang sudah kosong. "Baguslah. Sekarang kerjakan tugasmu."

Ann menata peralatan makan yang telah kosong, meletakkannya di atas nampan kemudian membawanya keluar dari kamar majikannya.

Setelah Ann keluar dari kamar, Zarya berjalan mendekati laci tempat penyimpanan dasi dan jam tangan milik Raja Zeus. Ia berjongkok, tangannya merogoh bagian bawah laci. Ia mencoba untuk mencongkel sela-sela lantai kayu yang menempel pada dinding.

Lantai kayu terbuka, menampilkan sebuah pensil dan selembar kertas dalam posisi terlipat. Segera diambilnya kertas dan pensil itu, membawanya ke dekat sofa.

Zarya memilih duduk di balik sofa, lebih tepatnya ia duduk beralaskan lantai kayu dan tubuhnya terhalang oleh sandaran sofa. Ia memilih tempat ini dikarenakan, ia bisa mengawasi keadaan sekitar, khususnya pintu kamar. Namun, sesorang yang berada di dekat pintu kamar tidak bisa mengetahui keberadaan Zarya. Orang itu harus telungkup dulu agar tahu apa yang ada di balik sofa tersebut.

Kertas dan alat tulis tersebut ia dapatkan dari Ann beberapa hari lalu. Ia dibantu oleh Ann juga membongkar lantai kayu yang berada di bawah laci tempat penyimpanan dasi dan jam tangan. Dengan begitu, Raja Zeus tidak akan tahu bahwa Zarya menyimpan alat penunjang untuk membuat rencana melarikan diri dari rumahnya.

Zarya membuka kertas tadi lebar-lebar dan meletakkannya di atas lantai. Kertas itu berukuran A3 dan menampilkan sebuah gambar. Jika diperhatikan lebih dekat, gambar tersebut merupakan denah sebuah rumah.

Zarya mengamati kotak-kotak yang menandakan ruangan pada denah tersebut. Ia menggunakan pensil untuk menggambar lingkaran kecil pada bagian luar salah satu kotak. Kemudian tangannya mengambil penghapus untuk menghapus dua lingkaran kecil yang berada pada sisi lain kotak tersebut. Lebih tepatnya dua lingkaran tersebut berseberangan dengan lingkaran yang baru saja digambarnya.

Lingkaran kecil yang digambar oleh Zarya menyimbolkan para penjaga di rumah Raja Zeus. Satu lingkaran kecil yang digambar oleh Zarya di luar kotak menandakan bahwa ada satu penjaga di luar ruangan. Lingkaran tersebut berada di luar kotak bertuliskan master room yang berarti penjaga tersebut berada di luar kamar yang saat ini ditempati oleh Zarya, sedangkan dua lingkaran yang dulunya di gambar oleh Zarya dihapus karena dua penjaga itu sudah tidak ada.

Pagi tadi ketika Raja Zeus membuka pintu, Zarya sempat memperhatikan keadaan di luar kamar. Tak ada seorang pun penjaga di depan pintu, padahal biasanya ada dua penjaga yang ditugaskan oleh Raja Zeus untuk menjaga pintu.

Setelah Raja Zeus pergi, Zarya bangkit dari tempat tidur. Ia bergegas membuka jendela dan melongokkan kepalanya keluar. Dapat dilihat seorang penjaga di luar sana. Ini sama seperti minggu pertama saat ia berada di rumah ini. Seorang penjaga di tempatkan di luar sana tepat di bawah jendela kamar ini. Setelah minggu pertama terlewati, Zarya tidak lagi menemukan adanya penjaga di luar sana. Namun, saat ini penjaga itu muncul lagi.

Apa di rumah ini ada pergantian penjagaan?

Jika memang seperti itu, ia harus membuat beberapa rencana untuk kabur dari rumah ini. Ia menutup jendela kamar, kemudian dengan cekatan ia melipat kertas tersebut dan menyimpannya kembali bersama dengan alat tulis di balik lantai kayu.

***

Raja Zeus mengamati reaksi korbannya yang kini merintih kesakitan. Wajah korbannya sudah tak terlihat karena dipenuhi darah. Kedua lengan bawah korbannya juga telah tergeletak di lantai.

"Bagaimana? Kau masih tetap tidak mau bicara?" Orang itu hanya diam sambil menggelengkan kepalanya.

Raja Zeus menancapkan pisaunya pada paha sang korban. Kemudian diputarnya pisau tersebut hingga mengoyak kulit dan daging paha sang korban.

"Arrrgghhhhh...." jeritan pilu terdengar memenuhi ruangan.

Raja Zeus mencabut pisaunya dengan paksa hingga meninggalkan lubang dengan darah yang merembes keluar disertai potongan kecil daging. Ia menunggu respon sang korban. Namun, setelah menunggu beberapa detik sang korban tidak mengeluarkan sepatah kata. Hanya erangan lirih kesakitan yang ia dengar. Tangannya bergerak lagi, menancapkan mata pisau pada paha satunya.

"Jangan!" Sang korban akhirnya bersuara.

"Katakan!"

"Abraham."

Senyum miring tercetak di paras tampan sang malaikat kematian. Ia mendapatkan jawaban yang sangat sesuai dengan dugaannya. Abraham si pengusaha licik yang merusak kegiatan ekspor senjata ilegalnya hingga polisi menangkap anak buahnya yang melakukan pengiriman senjata ilegal di pelabuhan Tilbury.

"Ada kata terakhir?"

"Apa?" Sang korban terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh iblis di hadapannya.

"Hanya satu kata? Baiklah." Raja Zeus dengan cepat menghunuskan pisaunya tepat ke arah jantung sang korban.

Rasa sakit mendera rongga dada sang korban. Napasnya tiba-tiba terasa sesak hingga akhirnya oksigen tak mampu masuk ke paru-parunya. Pandangannya mengabur dan lama-lama menjadi gelap. Hanya dua kata yang mampu ia dengar sebelum kesadaran lenyap.

Selamat tinggal....

Melamel14
27 April 2017

rev: 5 Oct 2021

Raja Zeus ✔Where stories live. Discover now