🌼

1.1K 632 58
                                    

Bian berlari menyusul Syifa ke kelasnya. Ia langsung keluar kelas, tanpa izin ke guru yang sedang mengajar dan lagi-lagi guru itu cengo untuk yang kedua kali.

Pertama kalinya ia cabut dari kelas. Dan ini hanya karena Syifa! Hanya karena perempuan itu Bian rela bolos! Baginya Syifa adalah teman dekat yang harus dia jaga.

"Woi ada Bian si most wanted itu!" teriak Tiara.

"Cakep banget anjir," sahut Hesti.

"Duh ciwi-ciwi ketimbang liat cowok ganteng dikit langsung rame," ujar Afima membuang upil sembarangan.


Namun, Bian hanya memandang mereka dengan mimik datar. Udah kayak Arya aja!

"Tolong panggilkan Syifa," ujar Bian.

Mereka bertiga saling pandang. Lalu manggut-manggut.

"Dia ada di dalam. Lo masuk aja." suruh Afima.

Bian masuk, menemukan Syifa yang asik membaca bukunya. Seisi kelas heboh dengan kedatangan Bian. Tak jarang kelas lain ikut mengintip dari jendela.

"Syip," panggil Bian. Syifa hanya diam tidak merespons.

"Gue udah bilang kalau bukan gue pelakunya, gue gak tau apa-apa." ujar Bian, nadanya pelan.

"Keluar Bi." ujar Syifa pelan tapi tajam.

Bian terkejut. Tidak ada suara lembut lagi yang terdengar dari mulut perempuan itu.

"Lo harus dengerin gue!" Bian keukeuh.

Kini semua mata tertuju padanya. Satu kata, greget.

"Lo doang Bi yang tau. Lo. Doang." ucap Syifa logis.

"Udahlah Bi. Gue males. Buat sekarang kita menjauh dulu."

Bian mengangguk. "Oke." cowok itu pun beranjak pergi.

Usai Bian pergi, semua teman-teman sekelasnya langsung mengerubungi Syifa. Melontarkan berbagai pertanyaan.

"Sejak kapan lo dekat sama Bian?"

"Tolol lu bukannya gak percaya."

Syifa tak menggubris pertanyaan teman-temannya itu. Baginya itu tidak lah penting.

Disisi lain, Teguh menyenggol bahu Arya. Geng Arya melihat semuanya. Anak 8-9 juga turut keluar mendengar suara ramai dari luar.

"Itu adek kelas yang lo maksud dekat sama Syifa? Bian? Anjir most wanted! Kalah saing lo sama dekel!" ucap Teguh menggebu-gebu.

"Bukan urusan gue!" tajam Arya.

"Nyenyenye jilat ludah sendiri tawain!" kompak teman satu geng nya.

✅✅✅

Syifa bercerita dari awal hingga kenapa dia berantem dengan Bian setelah dipaksa satu kelas. Maklum, kepo.

Satu kelas heboh. Bahkan ada yang sampe guling-guling di lantai.

"Oh jadi lo satu SD dan satu jemputan ya? Pantes."

"Whuattt!! Lo berantem sama Bian karena menurut lo dia yang cepu-in? Gak waras!" Aca bersidekap.

Syifa mendengus kesal. "Jadi gue harus apa? Asma Aul kumat Hes!"

Hesti memegang bahu Syifa. "Gini ya. Dengerin gue. Dari yang gue liat. Bian sayang sama lo. Dia gak mungkin ngadu."

"Kenapa? Pasti dia tau kalau lo sayang banget sama temen-temen lo. Dan kalau dia cepu. Sama aja cari mati," ucap Hesti lagi.

"Tapi yang tau cuma dia doang Hes." ujar Syifa. Walau hatinya menolak jika Bian yang aduin. Syifa tau Bian seperti apa, dia gak mungkin melakukan hal seperti itu.

"Emangnya lo udah pastiin kalau gak ada orang lain yang liat? Gak kan? Siapa tau ada yang diem-diem cepu."

Kalah telak. Ucapan Hesti ada benarnya juga.

"Otw gue jadikan rujak yang cepu." ucap Razan, mempletekin tangan.

"Iya anjrit pegel gue berdiri terus." tambah Zidan.

Syifa melekukan senyuman sinis. Siapa pun yang sudah cepu dan membuat dia berantem sama Bian. Syifa tak akan segan menghajarnya.

Bersambung-

Hai

Jangan lupa vote dan komen

Thank u

Kelas 88 [SUDAH TERBIT] [END] Where stories live. Discover now