Halaman 18 : Terlalu Menyakitkan

4.9K 321 21
                                    

Picture : Celluen.

✺✺✺

Disakiti lalu dikecewakan, kadang hidup sebercanda ini.

✺✺✺

<Author's POV>

"Dia adalah kakakmu? Kukira ibumu."

"Hei, dia kakak ku! Coba lihat, mungkin saja dia sedang berjalan-jalan disekitar sini atau mungkin disampingku. Entahlah, bahkan aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kakak. Aku..." Tubuh Vian bergetar karena menahan air matanya.

Vale pun menghampiri Vian dan memeluk tubuhnya. "Tenanglah, kakakmu pasti sedang mengawasimu. Jika aku bisa membantu, pasti aku akan melakukannya."

Pelukan Vale terasa hangat. "Bolehkah kita seperti ini lebih lama?" Vian berbisik.

"Kau bicara apa?"

"Em, tidak-tidak. Kau bisa menolongnya?"

"Aku..." Vale berpikir keras. "ah, aku ingat. Aku bisa mengobatinya dengan tumbuhan herbal milikku."

Vale pun menggerakkan jemarinya seperti menari. Kemudian tumbuhan hijau bercak putih tumbuh didekat ranjang* Revanda.

*Ranjangnya Revanda terbuat dari batu, sama seperti milik Vian dan kaum Siren Terkutuk lainnya.

Vale memetik beberapa daun kemudian diremas. "Caranya seperti ini, sebisa mungkin jangan sampai hancur lalu masukkan kedalam mulutnya perlahan."

"Apakah ini akan berhasil? Daun apa itu?"

"Kurasa iya, mungkin tiga sampai empat hari Ratu akan pulih. Ini adalah daun herbal, entah apa namanya yang kutahu bisa menyembuhkan luka pada tubuh Ratu yang mulai membengkak. Jangan lupa, beri Ratu remasan daun ini setiap pagi dan malam."

Vian mengangguk. "Terimakasih Vale, aku berhutang padamu."

"Sama-sama. Kita 'kan teman?"

Vian tersenyum getir. "I-iya, kita teman...."

Semua yang Vian bayangkan justru menjatuhkannya dalam kenyataan. Siapa lelaki yang disukai Vale, bukan dirinya? Lalu untuk apa rasa ini muncul? Tentu menyakitkan.

Vale pamit mencari Sea. Tubuh kokoh itu jatuh ke tanah, kepalanya menunduk sedang tangannya menangkup wajah.

Hanya teman ya?

✺✺✺

Mereka berdua sampai di Kerajaan dengan selamat. Ketika membuka pintu mereka mendapati Neptune yang tengah menatap luar di jendela kamar Sea.

"Sedang apa Ayah kemari?" tanya Sea terang-terangan. Pasalnya, Sang Raja jarang sekali untuk berkunjung ke kamarnya.

"Tadi aku baru masuk untuk menemui menantu. Kukira ia sendiri disini maka aku berniat untuk menemani Vale dan bercerita. Apakah kau mengajak Vale kesana?"

"Ya... kurasa begitu."

"Sea, sudah kubilang jangan ajak Vale. Kau tidak tau, bahaya apa yang menanti kalian disana."

"Aku tetap ingin bersama Vale."

"Apa guna pengawal diluar? Tempat itu bahaya, sudah berapa kali Ayah bilang padamu!?"

Vale terdiam. Ini salahnya. Mengapa tetap mengikuti Sea padahal ia juga bisa menolak.

"Maaf, ini salahku." Vale tiba-tiba menunduk setengah badan sebagai tanda maaf.

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now