Halaman 21 : Belanja Bersama Marcel

4.4K 291 1
                                    

Picture : Valleria Lukyanova.
<><><><><><><><><><><>
Author Pov.

Jemari Vale menari keatas. Cukup sulit karena membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Membuatnya agak frustasi, Vale terus berpikir keras.

Percaya, tumbuhan akan itu hidup.

Marcel menatap Vale dengan cemas. Semburat kekekhawatiran muncul dalam hatinya. "Vale, sudah jangan dipaksakan!"

Marcel menghampiri Vale dengan hati-hati. Tapi hawa panas terasa saat berada disisi Vale. Cahaya merah yang redup terus keluar dari tubuh Vale. Marcel menyesali ucapannya karena sudah memerintahkan Vale untuk mencobanya.

Vale mengepal tangannya dengan erat. Pikirannya terus melayang kemana-mana. Kekuatan ini seperti menyatu dalam tubuhku. Hatiku seperti terlilit sulur- kekuatanku. Ini begitu menyakitkan!--batinnya.

Engkau adalah siren. Hidupmu didalam air. Daratan bukanlah tempatmu. Jika kau memaksa, maka tenggelamkam kakimu didalam air agar menetralkan suhu tubuhmu. Air laut dapat mengubahmu, fisik maupun takdirmu. Jika manusia mengetahui keberadaan siren, maka terancamlah kaum siren. Ingat, takdir adalah pilihan. Bahagia karena pilihanmu atau menangis karena telah memilihnya. Karena disetiap pilihanmu akan berakibat fatal.

Bisikan lembut yang terdengar menyakitkan terus terdengar sampai gendang telinga Vale. Ia tidak bisa menjawab bahkan untuk bergerak sedikitpun. Hal ini membuat Vale berkeringat dingin dan tubuhnya bergetar.

BYUURR!
Kemudian sebuah guyuran air membasahi tubuh Vale. Pelakunya adalah si Marcel. Antara marah dan berterimakasih. Sekujur tubuh Vale menjadi lemas. Cahaya merah itu akan keluar jika Vale sedang marah atau memaksa dirinya untuk berkontraksi secara berlebihan.

Menyadari kejadian tersebut, Vale langsung menangkap Vale yang hendak mencium tanah. "Marcel, aku lelah!"

"Baiklah, kuantar kekamarmu, yah? Kau kuat berjalan?"

"Ya-ya,..." Vale langsung tersungkur ketika mencoba bangun dan berjalan. Tanpa aba-aba, Marcel mengangkat tubuh Vale dengan ringannya. "Ti-tidak perlu, Marcel. Aku ma--"

"Tadi kamu jatuh. Aku gak mau liat kamu terluka, Vale. Tenanglah, ada aku disini." Marcel tersenyum manis dengan lesung pipi yang menyempurnakan wajahnya.

Marcel menidurkan Vale dikamarnya. Sensasi laut sangat terasa walau dikamar. Marcel menutup kaki Vale dengan selimut. "Apakah kau ingin bercerita tentang kejadian tadi?"

"..."

Matcel tersenyum kembali. "Aku mengerti, jika kau belum siap untuk menceritakannya. Nanti sore, aku akan kembali dengan air laut yang kau pesan, oke?"

Marcel berjalan keluar melewati pintu. "Marcel!" orang yang disebut naanya pun menoleh.

"Thank's," rona merah terlihat dipipi Vale.

Lagi-lagi Marcel tersenyum. "Anything for you." lantas pergi.

Vale menunduk kecil. Matanya tertutup dengan secuil kenangan yang menyakitkan. Ia jadi teringat oleh Sea. Yah, siren yang mencampakannya begitu saja. Apakah Vale yang merasa egois? Bukan, mereka berdualah yang egois. Sea yang melupakan Vale, sedangkan Vale yang merasa sakit hati dan akhirnya pergi. Mementingkan ego masing-masing, bukan?

Sepertinya, Vale akan melamun, seperti biasa.
-_-

Sore hari yang begitu tenang. Pergantian waktu sedang terjadi. Matahari yang ingin tertidur dibalik awan. Sedangkan bulan menggantikan posisi matahari dilangit.

Tok, tok, tok, "Vale?"

"Sebentar," balas Vale dari dalam. Rambutnya disisir dan sengaja terurai bebas. Baju santai dengan setelan modern, membuat Marcel cukup terkesan. "Hei, hei, Marcel?" Vale menjentikan jarinya diwajah Marcel.

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now