31b

213K 19.6K 2K
                                    

Happy Reading...

Typo harap maklum ya!!!


Darka mendekati kerumunan, sebelum itu dia menatap ke lapangan. Di sana ada Fahri dan teman-temannya sedang berkumpul, seperti membicarakan sesuatu. Sedangkan anak IPA 1 yang bertanding dengan mereka tadi juga ikut melihat kerumunan siswi perempuan. Pertandingan sepertinya dihentikan!

Darka menyuruh beberapa siswi mundur kebelakang karena menghalangi jalannya untuk melihat siapa yang terkena lemparan bola. Membuat siswi lain juga ikut-ikutan mundur memberikan jalan kepada Darka dan ketiga temannya.

Mata Darka membulat ketika sekarang dia melihat Chinta terkapar di pangkuan Eca, dengan kening yang berdarah. Apalagi sekarang Chinta sedang menahan sakit yang ada di kepalanya.

Darka berjongkok di dekat Chinta. Darka menepis rambut Chinta yang menutupi luka di keningnya. Membuat Chinta berdesis nyeri. Melihat hal itu Darka semakin marah.

Darka menegakkan tubuhnya kembali.

"Siapa yang ngelakuin?" tanya Darka penuh kemarahan, pada setiap anak yang berada di kerumunan. Tapi mereka semua hanya terdiam takut.

Mendengar nada pertanyaan Darka yang begitu marah. Ketiga temannya yang lain langsung mendekati Darka melihat apa yang telah terjadi. Sama hal nya seperti Darka mereka pun begitu terkejut melihat Chinta yang sudah terkapar lemah.

"Siapa yang ngelakuin gue bilang!" teriak Darka lagi, kali ini bukan pada setiap siswi tetapi kepada anak cowok XI IPA 1 yang diketahui Darka ikut bermain Voli tadi.

"Fahri Dar!" Panji menjawab pertanyaan Darka.

Darka semakin marah mendengar nama yang disebutkan Panji. Dia menggepal erat salah satu tangannya. Darka mengalihkan tatapan melihat keberadaan Fahri di lapangan yang malah asyik berbincang dengan temannya. Seolah tidak memiliki rasa bersalah.

"Bangsat!" seru Darka langsung berjalan mendekati keberadaan Fahri. Darka benar-benar marah. Bahkan ketiga temannya tidak bisa melarangnya sekarang.

"Lo bisa main apa enggak! Lo enggak lihat di situ ada cewek," Darka menarik kerah baju Fahri. Membuat Fahri kebingungan lantas langsung memaksa Darka melepaskannya.

"Siapa suruh dia di situ, risiko nonton pertandingan voli ya kena lemparan bola." Jawab Fahri santai.

Darka mengepal kuat tangannya kali ini kemarahannya sudah memuncak. Apalagi mendengar perkataan Fahri yang tidak mau disalahkan.

"Kalau penonton bisa kena lemparan bola, sampai keningnya berdarah. Kalau pemain bisa gue bikin bocor kepalanya." seru Darka dingin, menatap Fahri penuh kemarahan.

Semua mata kini tertuju ke tengah lapangan melihat Fahri dan Darka.

"Hantam aja Dar, lo bikin jera tu anak." Sahut Vino. Tapi seketika dia langsung terdiam karena sekarang Bima dan Dani menatap tidak suka ke arahnya.

"Sini kepala lo biar gue lempar pake bola, lo belum tau gimana rasanya bola nyasar di kepala lo kan." seru Darka lagi. Lalu dia berbalik menatap ke arah temannya. Menyuruh Vino mengambil bola voli yang masih berada di pinggir lapangan dengan tatapan isyaratnya.

Vino yang mengerti lantas langsung mengambil bola dan membawanya ke Darka.

"Gila lo ya!" jawab Fahri mencoba setenang mungkin. Ketika bola voli sudah berada di tangan Darka sekarang.

"Gila!" Darka melempar keras bola dari tangannya. Tapi tidak mengenai Fahri karena Darka memang tidak ingin melakukannya.

Tapi setelah itu Darka menghantam keras pipi Fahri dengan tinjuannya. "Coba sekali lagi lo bilang gila," sekali lagi Darka memukul Fahri sampai Fahri tersungkur mencium lapangan. Kemarahan Darka tidak bisa dicegah sekarang.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang