44a

201K 10.2K 701
                                    

Darka menghentikan motornya di kediaman Chinta. Lantas cewek yang berada di belakangnya langsung turun dari motornya.

"Makasih ya." Ucap Chinta. Cewek itu tersenyum lebar ke arah Darka.

Darka melepaskan helmnya, lalu mengangguk dengan senyum yang terukir indah di sudut bibirnya.

"Yaudah masuk gih," suruh Darka, menggunakan dagunya.

Chinta mengangguk, lantas berjalan meninggalkan Darka menuju gerbang rumahnya.Tapi cewek itu menoleh lagi, dengan tangan yang berada di tiang pagar. Darka jadi menaikkan alisnya.

"Nanti malam ke rumah aku ya!" ucap Chinta sedikit berteriak.

Darka menatap Chinta bingung. "Ngapain?" tanyanya. "Mau kasih oleh-oleh?" celetuk Darka, "Buah apa roti!" Darka malah bercanda.

Chinta berdecak malas. Dia tahu cowok itu sedang meledeknya.

"Dateng aja, aku tunggu loh."

Darka jadi penasaran.

"Mau ngenalin sama calon mama mertua ya?!" canda Darka lagi. Cowok itu tersenyum lebar. Chinta jadi menatapnya aneh.

"Dateng aja pokoknya. Awas kalau nggak dateng, aku diemi kamu seminggu." Ancam Chinta. Menatap Darka seserius mungkin agar Darka percaya.

Darka jadi terkekeh kecil. "Ancamannya serem banget neng." Ledek Darka.

"Biarin, coba aja nggak dateng." ketus Chinta lagi.

"Iya deh," seru Darka. Sambil memasang helmnya. Didiami Chinta dua hari aja Darka sangat kepikiran, apalagi sampai seminggu. Mungkin Darka bisa stres.

"Nanti malem, bukan nanti pagi!" Chinta mengingatkan lagi dengan menekan setiap katanya.

Darka mengangguk mengerti, setelah itu menghidupkan mesin motornya. Berlalu meninggalkan kediaman Chinta. Selepas itu Chinta tersenyum samar, langsung menutupi pagar rumahnya.

***

Pukul 9 malam, Darka keluar dari rumahnya. Dia sedang menepati janjinya untuk datang ke rumah Chinta. Padahal dia sudah memiliki janji dengan ketiga temannya. Tapi karena Chinta yang meminta, dia terpaksa membatalkan janjinya. Demi menempati janjinya dengan cewek itu. Bukan janji tepatnya, tapi Chinta memaksa Darka dengan mengancamnya.

Darka menyusuri jalanan kompleks dengan ponsel yang bersuara di telinganya.

"Woi curut, lo nggak bisa batali janji seenak jidat lo!" suara nyaring dari ponsel Darka. Siapa lagi kalau bukan Vino. Vino terdengar sangat kesal. Darka sampai refleks menjauhkan benda tipis itu dari telinganya.

"Besok masih ada waktu njir, nggak usah lebay." Sahut Darka dengan santainya.

Bima, Dani dan Vino. Ketiga cowok tampan itu sedang berada di sebuah cafe. Vino sedang beradu mulut dengan Darka melalui ponsel, dia sampai bermundar-mandir di depan meja. Dani sedang menata makanan di atas meja. Sedangkan Bima menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memperhatikan Vino.

"Woi oncom, enak banget mulut monyong lo ngomong." Teriak Vino lagi. Dani yang sedang sibuk menata makanan pun sampai memperhatikannya.

Di suatu sisi, Darka dengan pasrahnya hanya menaikkan satu alisnya.

"Biasa aja tuh bibir, curut!" ketus Darka.

Setelah itu Vino yang berada di cafe, hanya bisa berdecak frustasi.

"Bim," Panggil Vino. "Lo aja yang ngomong sama nih curut, puyeng kepala gue." Suara Vino lagi.

Bisa dipastikan sebentar lagi suara Bima menghiasi ponsel Darka. Karena cowok itu sedang berjalan mendekati Vino, siap mengambil alih ponsel.

"Woi Dar, lo nggak bisa gitu dong." Suara Bima. Darka hanya pasrah mendengarnya.

"Kita udah nyiapin semuanya di sini! Booking tempat, kue, makanan, Semuanya udah ada. Masa lo batali gitu aja," Bima berucap dengan santai. Sangat beda dengan Vino.

Darka berdecak, "Heran gua, siapa yang annive? Segitu hebohnya," celetuk Darka.

"Lo udah taken sama Via ya?" celetuk Darka lagi.

Bima menggerutu, "Lo dateng aja! Cowok lo kan?" Bima malah bertanya. Darka hanya bisa menggerutkan keningnya.

"Kalau lo cowok, tepati janji lo buat dateng ke sini." Bima menggunakan cara ampuh untuk menaklukan keegoisan Darka.

Darka hanya bisa diam sambil memainkan lidahnya di bibir. Mencari alasan agar temannya mengerti.

"Gini Bim, CHINTA PACAR GUE!" Darka menekankan ucapannya. Seolah menjelaskan pada Bima, kalau Chinta itu miliknya.

Bima tersenyum miring, seolah mengerti.

"Dia maksa gue dateng ke rumahnya malam ini. Pas banget jadwal gue main sama kalian, nah! Masalahnya..." Darka menghentikan ucapannya. "Sebagai pacar yang baik, yang pengertian sama ceweknya. Gue harus ke sana malam ini, jadi..."

"Jadi, lo nggak bakal ke sini." Potong Bima. Cowok itu tidak ingin berlama-lama.

"Nggak. Unduri aja jadi besok. Kue sama makanan yang udah di pesen, dipanasi aja buat besok." Sahut Darka asal.

Bima sendiri yang sudah bersabar jadi naik pitam. Cowok itu langsung memanggil kembali Vino, secepat kilat ponsel kembali di tangan Vino.

"Mau nih curut Bim?" tanya Vino sebelum berbicara dengan Darka. Bima hanya melambaikan tangannya. Vino yang mengerti, jadi bertambah kesal. Siap memaki Darka dengan kata-kata indahnya.

"WOI CURUT, ONCOM, ONENG, TAI NGAMBANG!!! LO NGGAK BISA GITU NJIR, KUE NYA MAU DIAPAIIN NIH." Ocehan Vino terhenti. Karena baru saja Darka memutuskan sambungan ponselnya. Vino menggerutu sangking kesalnya sampai ingin melempar ponsel. Tapi Dani menghentikannya.

"DARKA TAI." Erang Vino ingin melempar ponselnya.

"Tai mah tai, tapi itu ponsel gue curut." Protes Dani. Sangking kesalnya Vino langsung melempar ponsel ke arah Dani. Untung Dani penangkap yang handal, kalau tidak ponselnya bisa terlepas dari cassingnya.

"Jadi ni kue gimana?" tunjuk Dani. Ke arah bolu tar beroles cream hitam dan putih di atas meja.

"Si curut suruh tu kue dipanasi aja." Kesal Bima.

"Gila. Yang bener aja!" sahut Dani.

"Nggak masalah, gue panasi nih kue. Besok gue sumpeli ke mulut Darka!" kesal Vino. Dia siap memainkan aksinya besok.

***

Khairanihasan

23 Juni 2017

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang