49

221K 10K 1.5K
                                    

Ponsel Darka bergetar. Cowok itu menghentikan goyangannya langsung mengambil ponsel di saku celana.

Pesan masuk dari Chinta. Darka tersenyum samar, lantas membukanya.

Chinta: Kita putus.

Jantung Darka berdesir hebat. Semua kegiatannya berhenti sejenak. Cukup lama Darka menatap layar ponselnya, otaknya cukup tidak bekerja memaknai pesan Chinta. Darka tersenyum kecut lalu berusaha mencari sosok cewek yang baru saja mengiriminya pesan di semua sudut aula.

Usai mengirimi Darka pesan, Chinta dengan cepat meninggalkan sekolah. Untungnya hari ini tidak ada guru yang masuk kelas, semua guru sedang melakukan rapat. Semua anak Chandrawasih mendapatkan kebebasan hari ini.

Chinta berjalan keluar aula, mengambil tasnya kembali di kelas. Setelah itu berjalan meninggalkan sekolah. Dia tidak ingin berlama-lama di sekolah, dia tidak ingin bertemu Darka. Hari ini terlalu menyakitkan untuknya.

Chinta menyusuri koridor sekolah, saat itu juga dia di kejutkan dengan langkah seseorang yang mengikutinya dari belakang. Darka, cowok itu berada di belakang Chinta sekarang. Chinta mencoba setenang mungkin, saat sekarang Darka berhasil menyamai langkahnya.

Darka merangkul pundak Chinta."Hai bawel," sapa Darka tersenyum manis, seolah tidak terjadi apapun.

"Aku kangen banget sama kamu." Sambung Darka.

"Mau balik ya?" tanya Darka melihat tas ransel Chinta. Chinta tidak menjawab, cewek itu mengalihkan pandangannya dari Darka.

"Aku juga mau balik sih, nggak betah di sekolah. Udah kelamaan libur, jadi rada aneh di sini." Oceh Darka lagi.

Lagi. Tidak ada respons dari Chinta.

"Kita ke taman kompleks aja, nanti aku beliin eskrim," Darka tersenyum kecut saat Chinta belum juga membalas ucapannya.

Chinta mengadahkan kepalanya melihat Darka, menatap rangkulan tangan Darka di pundaknya, lalu kembali melihat Darka.

"Lepas!" ucapnya dingin.

Darka tersenyum samar, menahan darah yang berdesir hebat di dalam tubuhnya. Lantas melepaskan rangkulannya.

"Coba buka handpone lo, baca pesan gue di sana. Gue rasa otak lo cukup jalan untuk maknain maksud kata itu." sela Chinta cukup ketus.

Darka cukup mengerti maksud perkataan cewek itu, tapi dia mengabaikannya. Darka kembali merangkul pundak Chinta dengan santainya.

Chinta menatap Darka tajam.

"Lepas, lo nggak baca pesan gue, atau lo nggak ngerti maksud dari pesan gue!" ketus Chinta.

"Perlu gue ulangi di sini?" sela Chinta.

Perkataannya bisa ketus, dingin di telinga Darka. Tapi hati Chinta siapa yang tahu? cewek itu sedang menahan gejola di dalam hatinya, dia coba berdusta sekarang. Mulutnya bisa menyakiti Darka, tapi hatinya lebih terasa sakit sekarang.

Darka tersenyum lagi, kali ini sambil terkekeh. "Gue udah baca, gue cukup ngerti maksudnya."

Chinta terkekeh kejam. "Bagus!"

Darka melepaskan rangkulannya. Menatap cewek itu tajam. Amarahnya terpancing karena sikaf dingin Chinta. "Memang lo pikir gue mau tau?"

"Tiga hari nomor lo nggak aktif. Terus hari ini gue dapet pesan yang nggak jelas itu!" Darka terkekeh kecil. Berusaha menutupi rasa yang berkecamuk di hatinya.

Chinta tersenyum miring, menahan ritme jantung yang menandakan ke sakitan di hatinya.

"Serah, lo mau tau apa enggak. Nyatanya gue udah putusin itu!"

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang