40a

281K 14.1K 3.3K
                                    

Darka dan Chinta, dua manusia berlawan jenis. Bukan hanya berlawan jenis tapi keduanya memiliki perbedaan pendapat yang sering sekali membuat hubungan keduanya menjadi retak. Darka, cowok yang terlalu memiliki sifat gengsi tinggi. Melakukan suatu hal yang menurutnya tepat walaupun harus menyakitkan hati seseorang yang dia sayangi. Chinta, cewek keras kelapa yang tidak akan mudah menerima alasan orang lain jika tidak sesuai dengan pikirannya. Hal itu lah yang membuat hubungan Darka dan Chinta menjadi rengang dua hari ini.

Akibat kesalahpahaman Darka yang tidak memilih Chinta menjadi perwakilan debat antar sekolah, membuat Chinta masih mendiami Darka sampai hari ini. Setiap kali mereka bertemu di sekolah ataupun Darka yang menghubungi Chinta via ponsel, Chinta hanya menjawab pertanyaan cowok itu dengan sangat singkat. Setiap Darka bertanya "Kamu masih marah?" Chinta hanya menjawab "Enggak."

Chinta bisa bilang tidak marah, tapi nyatanya! Sifatnya yang mendiami Darka dua hari ini sudah cukup menjawab. Cewek itu masih marah.

Seorang cewek punya hati yang lebih halus dari seorang cowok. Dia sangat mudah bilang enggak papa, aku nggak marah kok. Tapi hatinya menangis, hanya karena luka kecil. Sekalipun seorang cowok telah mengatakan maaf! Darka harus tahu itu!

***

Persiapan debat hampir siap di dalam aula, susunan meja dan bangku yang tertuliskan nama masing-masing sekolah memenuhi ruangan itu. Semua anak OSIS terlihat begitu semangat menata ruangan, memberi kenyamanan untuk setiap mata yang akan memandang ruangan tersebut.

Bima, Dani dan Vino sedang sibuk menggeser meja, mengangkatnya ke tempat yang pas. Hanya Dani dan Vino, karena Bima hanya memerintah saja.

"Depan lagi cuy!" perintah Bima, di depan Dani dan Vino.

Dengan sigap, Dani dan Vino mengangkat meja sesuai perintah Bima.

"Et, mundur-mundur dikit," protes Bima lagi.

Dani dan Vino mengikuti lagi. "Dikit aja gue bilang, majuin lagi." Protes Bima, memutari meja.

Vino dan Dani menghela napas, sedikit kesal sama Bima tapi mengangkat mejanya lagi.

"Nggak deh, mundurin aja! Kayak tadi lebih pas kayaknya," sela Bima di samping Vino. Lantas Vino menatap kesal ke arahnya.

"Ribet banget, hidup lo tai." Kesal Vino menjatuhkan pegangannya pada meja, tepat mengenai kaki Bima.

Seketika muka Bima yang tampan, berubah menjadi memerah menahan sakit di kakinya.

"Kenapa lo Bim, ke cirit lo?" tanya Dani, bingung.

Dengan kekuatan tangannya, Bima menggeser kaki meja yang mengenai kakinya.

"Kampret lo Vin, kaki gue kena njir." Kesal Bima, sambil mengangkat- angkat kakinya yang masih sakit.

Dengan polosnya Vino, melihat kaki Bima lalu melihat wajah Bima kembali. "Gue pikir itu sepatu Bim," celetuk Vino.

Dani menggeleng, dia bahkan bisa melihat Bima sangat kesakitan. Tapi Vino, malah mengajaknya bercanda. Memang Vino rada aneh.

"SEPATU! TAPI DI DALAMNYA KAKI GUE CURUT!" kesal Bima. Dia ingin memutar kepala Vino sekarang.

"Sensian amat sih lo Bim, nanti gue bawa tukang urut buat lo." Cetus Vino.

Bima memberi pelototannya, dia ingin menendang pantat Vino sekarang kalau bukan karena kakinya yang masih sakit. Vino malah membalas tatapan Bima dengan tenangnya.

Kalau ketiga cowok tampan sedang berdebat di sana, lain halnya dengan Darka yang berada di tengah ruangan. Cowok itu sedang melihat persiapan yang dilakukan anak buahnya bersama Eca di sampingnya yang sedang fokus melihat lembaran kertas.

"Gue rasa persiapannya udah sembilan puluh persen, tinggal di rapiin aja lagi. Mikropon aja sih yang kurang," jelas Eca memperhatikan sekeliling, lalu menatap Darka.

Darka menopang tangannya di pinggang.

"Mikropon bisa nanti pagi aja, kita mulai acara jam sembilan, gue rasa masih sempet." Sahut Darka, membalas tatapan Eca.

Eca mengangguk mengiyakan. "Asal besok kita nggak pada telat aja,"

Darka tersenyum tipis, "Nggak bakal lah, gue juga kalau mau telat liat-liat situasi."

Eca ikutan tersenyum. "Ya mana tau, apapun bisa terjadi besok." Jawab Eca.

"Tapi masalah snack, makan siang, udah rampung kan?" tanya Darka lagi.

Eca mengangguk, Darka juga ikut-ikutan mengangguk.

"Makanan itu paling penting, sepintar-pintarnya orang! Kalau enggak makan, bisa bodoh juga." Celoteh Darka.

"Berarti lo kurang makan, makanya bodoh terus." Celetuk Eca, mengatai Darka.

Darka menaikkan alisnya. "Dasar, emang lo pintar?" kesalnya, tapi tersenyum ke arah Eca.

Eca mengedikkan bahunya. "Jelas lah, gue IPA 1 kali." Eca membela diri, yang diiringi tawanya.

"Memang anak IPA 1, tapi bisa aja masuknya dari jendela." Ledek Darka.

Eca mengerutkan keningnya, mengerti dengan maksud perkataan Darka. "Enak aja, lo pikir gue anak sogoan apa!" Eca memukul lengan Darka menggunakan lembaran kertas di tangannya.

Darka jadi menghindar, sambil tertawa. Diiringi tawa Eca, yang terus berusaha memukuli Darka.

***




Semua Informasi melalui ig : khairanihasan

skrg akunnya ini @ecantsya.difollow ya!!! yg lama di hapus aja.....

kak kpn part selanjutnya??? bsk pagi, sebenarnya mau skrg!!! tapi disini hujan, sinyalnya suka ngulah:(:(

jdi bsk aja ya!!!

khairanihasan

09 juni 2017

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang