Matahari dalam Bayangan

15K 1.4K 18
                                    

"Sedang apa kau di sini?"

Xiara mengerutkan kening, tangannya yang sibuk memilah contoh kain yang ada di atas meja seketika berhenti bergerak. Mendengar Selir Meifen berbicara begitu kasar padanya seolah ia adalah pelayan membuatnya sedikit terkejut, meski begitu Xiara tetap berusaha untuk menunjukkan sikap tenang.

Xiara berbalik menghadap Selir Meifen dan melihat wanita itu tengah berdiri sembari menatapnya tak suka. Sembari tersenyum ia menjawab, "Tidak menyangka bertemu Kakak di sini, Adik ada di sini karena Ibu Suri memerintahkan untuk mengambil beberapa pakaian baru untuk musim dingin."

Selir Meifen tersenyum sinis dan seketika itu juga ekspresi Dayang Yuan yang berdiri di samping Xiara berubah cemas. Ia sudah menghabiskan separuh hidupnya tinggal di istana dan ia tahu Selir Meifen ini sangat senang membuat masalah dengan penghuni Istana Timur lain. Bahkan ia pernah terlibat masalah dengan Selir Yihua yang membuat Ibu Suri Juan memberikan hukuman untuk tetap tinggal di kediaman selama sebulan pada mereka berdua.

"Ibu Suri memang selalu benar. Menghabiskan musim dingin sendirian, kau tentu membutuhkan pakaian yang lebih tebal agar tidak kedinginan."

Menyadari maksud perkataan Selir Meifen, Xiara kembali tersenyum. Ekspresinya tetap setenang biasa, tidak menunjukkan kekesalan meski hanya sedikit.

Melihat itu, Dayang Yuan tanpa sadar menghela napas berat. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana Xiara bisa tetap bersikap tenang padahal dirinya saja sudah sangat marah saat ini. Selir Meifen telah menghina junjungannya secara terang-terangan di depan para pelayan yang derajatnya lebih rendah. Andai saja wanita itu tidak memiliki gelar sebagai selir istana, Dayang Yuan pasti sudah menarik lidahnya saat ini.

"Adik sudah selesai, sebaiknya Adik pamit agar Kakak bisa mengurus urusan Kakak tanpa adanya gangguan." Bukanya membalas Selir Meifen, Xiara justru memilih untuk memutus pembicaraan mereka sampai di sana. Mungkin hal itu akan membuatnya terlihat seperti pengecut, tapi bagi Xiara itu jauh lebih baik daripada ia harus terlibat masalah dengan Selir Meifen dan berakhir dengan mempermalukan diri sendiri nantinya.

Tanpa menunggu jawaban dari Selir Meifen, Xiara menunduk memberi salam perpisahan dan berjalan melewatinya begitu saja.

"Lao Yuan, aku ingin pergi ke suatu tempat sebelum kembali ke kediamanku," ucap Xiara setelah mereka cukup jauh dari ruang pembuatan pakaian.

"Ya, Mingxing."

***

Xiara memutar pandangan ke sekitar taman tempatnya berada saat ini. Taman luas yang berada langsung di bawah paviliun utama Istana Yang ini dipenuhi dengan pohon-pohon bunga plum.

Xiara memejamkan matanya. Menikmati aroma musim gugur dan semilir angin yang siap menyambut musim dingin. Tanpa sadar ia tersenyum saat membayangkan bagaimana indahnya tempat ini saat musim semi nanti. Saat bunga-bunga plum itu bermekaran dan warna merah mudanya menyembul keluar menghiasi ranting-ranting kecokelatan yang kini terlihat gersang.

Saat Xiara membuka matanya, pandangannya tertuju pada bangunan indah nan megah yang berdiri kokoh di atas sana. Tempat di mana Kaisar tinggal, tempat yang sangat sulit dijangkaunya.

Tiba-tiba terdengar suara di dekat pohon bunga plum besar yang tidak jauh dari tempatnya, Xiara berubah waspada. Saat ini dirinya hanya seorang diri karena ia meminta Dayang Yuan dan keempat dayang muda yang tadi mengikutinya untuk menunggu di seberang taman.

"Siapa di sana?"

Tidak ada jawaban.

Ragu-ragu, Xiara mendekati sumber suara itu. Suara kersik yang ditimbulkan gaun kuning lembut yang ia kenakan saat bergeseran dengan daun-daun yang berguguran memenuhi tanah terdengar jelas di tengah keheningan yang tiba-tiba mengambil alih.

My DestinyWhere stories live. Discover now