Menanam Jarum

15.4K 1.1K 13
                                    

"Yang Mulia, Panglima Huang menunggu untuk bertemu dengan Anda."

Memberi isyarat pada para dayang yang membantunya berpakaian untuk pergi, Kaisar Li Qiang merapikan jubah hitam bersulam benang emas yang ia kenakan. Ia berputar menghadap cermin dan dengan suara tenang berkata, "Biarkan masuk!"

"Ya, Yang Mulia." Prajurit penjaga pintu kediaman Kaisar itu berdiri, mengambil tiga langkah ke belakang dan berbalik pergi.

Kaisar Li Qiang berjalan keluar ruang tidur menuju ruang kerjanya. Ia akan menemui Panglima Huang di sana seperti biasa.

"Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia."

Suara berat nan tegas milik sang Panglima membuat Kaisar Li Qiang mengalihkan pandangan dari hiasan kayu ribu yang ada di atas meja yang sebagian sisinya dipenuhi gulungan-gulungan kertas. Ia mengamati laki-laki yang berlutut dengan kepala menunduk hormat padanya dan tersenyum tipis.

"Bangunlah, Liang!" perintah Kaisar Li Qiang dengan suara ringan.

"Apa yang membawamu kemari saat burung bahkan belum mulai berkicau?" Kaisar Li Qiang bertanya setelah Panglima Huang berdiri dengan sempurna. Ia tahu Panglima sekaligus sahabatnya sejak kecil ini tidak akan mengganggunya di pagi buta sebelum waktu makan jika tidak ada hal yang sangat penting.

Menjawab Kaisar Li Qiang, Panglima Huang mengeluarkan sebuah gulungan kertas berserat tebal dari saku lengannya dan menyerahkannya dengan ekspresi dingin.

"Kami telah menemukan tempat persembunyian pemberontak yang menyerang Anda kemarin," jelas Panglima Huang. Selanjutnya ia hanya diam dan menunggu tanggapan dari Kaisar Li Qiang yang masih memusatkan perhatian pada isi laporan.

Kaisar Li Qiang membuang napas kasar. Ia menggulung kembali kertas itu dan meletakkannya di meja samping tempatnya berdiri.

"Kau tahu, Liang? Aku sedang tidak ingin meninggalkan istana saat ini ... namun apa boleh buat." Kaisar Li Qiang tersenyum miring. Ia lalu melewati Panglima Huang menuju ruang utama dan membiarkan pria itu mengikutinya.

"Siapkan semuanya, Liang! Kita akan pergi ke desa Shui siang ini juga."

"Baik, Yang Mulia." Panglima Huang menjawab cepat. Ia dengan setia mengikuti Kaisar sampai ke meja bulat besar di tengah ruang utama yang sudah dipenuhi sajian makanan.

Setelah Kaisar Li Qiang duduk di salah satu kursi, Panglima Huang memberi hormat dan beranjak pergi dengan senyum tipis. Setelah melihat Kaisar berada dalam kegelapan untuk waktu yang lama, ia bersyukur sahabatnya itu akhirnya menemukan kebahagiaan lagi. Ia harap kebahagiaan kali ini tidak akan direnggut secepat yang dulu.

***

Seperti yang Xiara perkirakan, harinya tidak lagi bisa setenang dulu. Ia bahkan baru saja menaruh sumpitnya saat Jingmi memberitahukan kedatangan Selir Yanmei.

Sebenarnya Xiara bisa saja menolak untuk menemuinya, tetapi itu akan membuatnya tampak tinggi hati dan tak berbudi. Orang-orang akan mulai beranggapan bahwa dirinya menjadi sombong karena anugerah yang diberikan Kaisar.

Xiara sendiri sejujurnya tidak terlalu peduli pada apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain. Akan tetapi, ia harus menjaga nama baik demi kerajaannya dan juga demi Ibu Suri Juan. Alhasil, Xiara tidak punya pilihan lain selain menjamu semua tamunya dengan baik, bahkan yang datang tanpa diundang sekalipun.

Xiara meletakkan cangkir tehnya dengan gerakan lambat. Lamat-lamat terdengar suara kicauan burung dari luar kediamannya. Ini jelas masih terlalu pagi untuk mengunjungi seseorang, tetapi sepertinya Selir Yanmei tidak berpikir demikian.

"Kakak, kuharap teh Paviliun An tidak terlalu mengecewakan." Xiara memutuskan untuk terlebih dahulu menyulut pembicaraan dengan cara yang paling sopan. Melihat Selir Yanmei hanya diam, Ia mulai merasa bosan dan berharap wanita itu juga merasakan hal sama sehingga memilih kembali ke kediamannya.

My DestinyWhere stories live. Discover now