Perubahan Istana

15.3K 1.2K 20
                                    

PRANG!

Cawan porselen cantik dengan hiasan siluet bunga lotus biru kini berubah menjadi kepingan-kepingan tak berbentuk, berserakan di atas lantai kayu hitam yang tak tertutup permadani.

"Wanita pembawa nasib buruk itu ... mendapat anugerah?!" Selir Yihua bertanya tak percaya. Entah apa yang dilihat Kaisar Li Qiang dari wanita itu sampai ia memberi anugerah bahkan saat mereka baru menghabiskan satu malam bersama. Dulu Selir Yihua bahkan baru mendapat anugerah setelah kehamilannya diketahui, tapi wanita itu mendapatkannya dengan begitu mudah seperti mendapatkan ikan di pasar. Terlebih,  nama yang diberikan Kaisar tidak sederhana.

“Harta yang berharga? Apakah dia layak?!” Memikirkan arti dari nama itu lagi, amarah selir Yihua seperti api yang tidak bisa dipadamkan, membakar jantung dan hatinya.

Menarik napas panjang, Selir Yihua melihat wanita yang masih berlutut di tanah dengan jijik.

"Pergilah!" Selir Yihua mengibaskan tangannya sembari menahan geraman. Sejak pagi ia menunggu pelayannya ini kembali dari Paviliun An dan ia sama sekali tidak puas dengan kabar yang didapatnya. Kalau bukan karena ia masih membutuhkan pelayan setia yang rela melanggar semua aturan demi dirinya, Selir Yihua pasti sudah menghukum Ling karena berani membawa kabar buruk untuknya.

Mengikuti perintah Selir Yihua, Dayang Ling bangkit dari posisi berlutut dan melangkah mundur setelah memberi hormat.

Selir Yihua meremas sapu tangan yang ada dalam genggamannya. Hari sudah menjelang sore dan wanita itu masih menahan Kaisar bersamanya. Sekarang Selir Yihua bahkan ragu kalau Kaisar masih mengingat janji berkunjung ke paviliunnya.

Melihat raut tak senang Selir Yihua, Selir Yanmei segera mendekat dan menyentuh lengannya dengan hati-hati. Dirinya dan Selir Yihua adalah kerabat meski berasal dari rumah yang berbeda dan keberadaannya saat ini di istana wanita Kaisar semuanya juga berkat bantuan Selir Yihua, karena itu Selir Yanmei ikut merasa tak senang untuk kakak sepupunya itu. Ia tak pernah menaruh harapan apa-apa pada Kaisar. Bisa masuk ke istana dan mendapat kehormatan sebagai wanita Kaisar dengan statusnya yang merupakan anak tidak sah saja baginya sudah cukup. Selir Yanmei sudah memutuskan untuk mendukung Selir Yihua sepenuhnya dalam pertarungan di istana ini. Sekarang, muncul wanita yang mengancam Selir Yihua, ia tentu tidak bisa diam saja.

"Perempuan tak tahu diri. Ia pasti sudah berbuat licik hingga Yang Mulia terpengaruh sebegitu jauh. Kita harus segera bertindak, Kakak," ucapnya dengan nada kesal. Ia sedikit menggoyang-goyangkan lengan Selir Yihua untuk mendapat perhatian.

Selir Yihua mengambil waktu cukup lama dan tidak langsung menjawab. Ia menatap kosong pada tiang kayu merah yang berukirkan teratai. Pandangannya begitu dalam dan menusuk.

"Adik, kembalilah ke kediamanmu!"

Setelah menunggu lama, hanya kalimat itu yang didapat Selir Yanmei dari Selir Yihua. Merasa tak puas, Selir Yanmei kembali berkata, "Kakak ...."

"Aku akan mengirim pelayanku padamu besok." Selir Yihua memotong. Ia tersenyum penuh arti pada adik kesayangannya itu. Berbicara dari mata-mata.

Mengerti maksud Selir Yihua, Selir Yanmei segera berdiri dan tersenyum cerah. Wajahnya berbinar seperti matahari yang muncul setelah badai. Ia lalu mundur tiga langkah dan memberi hormat sebelum benar-benar meninggalkan paviliun Selir Yihua.

Mendapati dirinya kini hanya seorang diri, Selir Yihua berdiri dari kursi malasnya dan berjalan keluar. Ia melihat sekeliling kediamannya dan tersenyum saat mendapati orang yang dicarinya. Ia menghampiri salah seorang pelayan tukang sapu berwajah bulat dengan pakaian lusuh dan dengan suara pelan berkata, "Apakah kau membutuhkan uang?"

***

"Mingxing ...."

Mengalihkan pandangan dari buku yang ia baca, Xiara tersenyum pada Dayang Yuan yang berdiri di ambang pintu ruang tidurnya, menunggu izin untuk masuk.

"Kemarilah, Lao Yuan?" ucapnya lembut seperti biasa. Dayang Yuan menegakkan tubuhnya dan berjalan masuk dengan senyum menghiasi wajah. Ia lalu berdiri di dekat ranjang di mana Xiara tengah duduk setengah berbaring.

"Ibu Suri mengundangku ke kediamannya?" tanya Xiara yang kembali sibuk dengan bacaannya. Ia membalikkan halaman kertas kusam dengan jemari putihnya yang lentik. Menimbulkan suara yang nyaring di tengah hening malam.

Dayang Yuan mengangguk dan menjawab dengan suara rendah, "Undangan untuk minum teh, Mingxing."

"Lao Yuan sudah menerimanya?" Xiara sudah tahu ini akan terjadi, karena itu ia sudah berpesan agar langsung mengiyakan saja jika undangan dari Ibu Suri Juan datang. Bahkan Xiara sangat tahu kalau undangan itu bukan hanya sekedar undangan untuk minum teh. Setelah mendengar kabar mengenai anugerah yang diberikan Kaisar padanya siang tadi, harapan Ibu Suri Juan pasti menjadi semakin besar.

"Seperti yang Mingxing perintahkan."

Menutup buku Rubah Berbudi Luhur yang dibacanya, Xiara menarik napas panjang dan memejamkan mata seolah menikmati aroma yang teramat wangi. Saat membuka mata kembali, ia meletakkan bukunya di sisi ranjang yang kosong dan menatap langit-langit ranjang yang dihiasi ukiran awan dan burung api.

"Apa Lao Yuan bahagia atas anugerah Kaisar padaku?" Xiara bertanya dengan ekspresi tenang seperti biasa. Ia menyamankan diri dan menatap langsung pada Dayang Yuan.

"Tentu saja. Kebahagiaan pelayan ini ada pada kebahagiaan Mingxing." Dayang Yuan menjawab dengan penuh minat. Ia bahkan tersenyum seperti saat mendengar berita kunjungan Kaisar.

Xiara tersenyum hangat dan dengan tenang berkata, "Orang pandai dari dinasti lama mengatakan, semakin banyak perhatian yang didapat maka semakin banyak pula kebencian yang mengikuti. Mengapa Lao Yuan begitu yakin kalau aku bahagia?"

Dayang Yuan terdiam, tidak menyangka Xiara akan bertanya demikian. Melihat wajah Xiara yang tampak lebih cerah sejak kemarin, rasanya tidak mungkin kalau junjungannya itu tidak bahagia. Terlebih Dayang Yuan sering melihat Xiara bertindak selayaknya gadis muda yang jatuh cinta setiap bersama Kaisar. Itu sangat berbeda dengan kepribadian tenang dan dewasa yang biasa.

Mengerti Dayangnya tidak akan menjawab, Xiara kembali melanjutkan, "Aku hanya ingin mengingatkan Lao Yuan, aku pun begitu bahagia sampai rasanya ingin terbang ke awan, tapi tidak peduli sebesar apa kebahagiaan ini, menjadi lupa diri tidaklah benar."

Dayang Yuan kembali tersenyum. Xiara memang masih sangat muda, tapi pemikirannya begitu dalam, bahkan pengendalian dirinya pun amat mengagumkan. Ia bersyukur datang ke paviliun ini dan memiliki Xiara sebagai junjungannya.

"Saya mengerti, Mingxing," jawab Dayang Yuan pada akhirnya.

Xiara mengangguk puas dan kembali membuka buku yang baru dibacanya setengah. Ia ingin menyelesaikan buku itu malam ini juga mengingat ia mungkin akan mendapatkan ketenangan setelah matahari terbit besok pagi.

•••

My DestinyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora