21

3.4K 192 15
                                    

Dandan yang cantik ya pukul tujuh malam aku jemput, tak ada penolakan.

Casey menghela nafas setelah membaca pesan chat dari Edric. Ia melirik jam yang menggantung di dinding kamar Casey, ini baru pukul lima sore, berarti masih ada waktu dua jam sebelum Edric menjemputnya.

Tiba-tiba saja pintu kamar Casey terbuka, memunculkan sosok Fareel yang baru saja pulang latihan eskul futsal di sekolahnya. Baju tanpa lengannya basah oleh keringatnya, juga rambutnya yang acak-acakkan bercampur dengan peluhnya. Meskipun begitu tak sedikitpun mengurangi kadar ketampanan seorang Fareel.

Namun itu rasanya tidak demikian dengan Casey ia justru jijik menatap Fareel. "Pulang latihan harusnya segera mandi, bukan malah ke kamar orang!" cibir Casey.

Fareel hanya menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kau ikut ke acara makan malan nanti kan?"

"Hah, acara makan malam keluarga? Astaga aku lupa, aku sudah ada janji." Casey menepuk dahinya, ia benar-benar lupa jika nanti malam ada acara makan malam keluarga.

"Janji dengan siapa?" wajah Fareel berubah serius. "Dengan Edric?" serigainya tak suka.

"Iya," jawab Casey singkat.

"Batalkan saja, kau lebih memilih dia daripada acara keluarga?" saran Fareel.

"Tapi, aku tak enak saja jika harus membatalkannya." desah Casey bimbang.

"Dengar, Edric itu bukan siapa-siapamu. Apa kau lebih mementingkan dia ketimbang keluargamu sendiri? Hah?" nada suara Fareel meninggi. Entah sejak awal dirinya memang tidak menyukai Edric, apalagi kali ini ia tahu Casey lebih mementingkan janjinya dengan Edric ketimbang menghadiri acara makan malam keluarga.

"Mau bagaimana lagi?" Casey mengangkat bahunya.

Fareel menatap datar pada Casey. "Terserah kau saja, aku hanya menasehatimu jangan terlalu dekat dengannya. Dia hanyalah orang asing, bisa saja dia menyakitimu." ucap Fareel beranjak meninggalkan kamar Casey.

Casey menahan lengan Fareel, "Apa maksudmu?" tanya Casey tak mengerti.

"Pikirkan saja sendiri. Aku tak suka kau lebih memilih pergi bersama orang yang baru kau kenal, daripada datang ke acara makan malam keluarga." Fareel menghentakkan lengannya membuat jemari Casey yang tadinya tertaut terlepas begitu saja.

Casey terdiam, tak biasanya Fareel begitu posesif dengan Casey karena orang yang ia kenal.

∽介∽介∽介

Balutan dress hijau tosca sudah melekat di tubuh Carey. Selesai memakai kalungnya, ia berjalan menuju kamar Casey lalu mengetuk pintu.

Dari celah pintu yang terbuka, Carey bisa melihat saudari kembarnya itu memakai sweater dan celana jeans. Carey menatap heran pada Casey sampai-sampai sebelah alisnya tertaut.

"Kau belum siap?" tanya Carey heran.

"Aku tak ikut." jawab Casey singkat namum dapat membuat ekspresi Carey berubah. "Kenapa? Kau tahu kan ini acara yang penting, sebuah acara makan malam keluarga yang pertama kali setelah Bunda menikah dengan Ayah."

"Aku sudah terlanjur berjanji dengan Edric, dia tak menerima penolakan. Aku harus bagaimana?" tanya balik Casey. Carey berkacak pinggang.

"Harusnya kau beri alasan padanya, sudah tahu ini acara penting." decak Carey.

Casey menarik tangan Carey. "Tolong aku beralasan jika nanti ditanya kenapa aku tak datang. Aku tak bisa bekerja sama dengan Fareel, sepertinya ia marah karena aku tak ikut hanya karena sudah berjanji dengan Edric." ucap Casey seraya memohon pada Carey.

Carey menghela nafas. "Baiklah, tapi hanya untuk saat ini saja ya." wajah Casey langsung sumringah, bahkan ia tak sadar memeluk Carey erat.

"Terima kasih," Carey hanya mengangguk sambil melepaskan pelukannya dengan Casey.

"Jangan sampai Bunda tahu kau tak datang karena alasan sepele. Aku akan membantumu agar tak ketahuan Bunda." tiba-tiba suara bel rumah berdentang, keduanya refleks menenengok ke arah pintu depan.

"Itu pasti Edric," tebak Casey. Tiba-tiba Carey menarik tangan Casey. "Ikut aku." Carey membawa Casey ke pintu depan lalu ia membukakan pintu depan. Benar saja, muncul sosok Edric yang sedikit terkejut melihat Carey.

Tanpa basa-basi Carey mendorong Casey keluar. "Edric, harusnya aku tak mengizinkanmu pergi dengan Casey saat ada acara yang penting, tapi kali ini kubolehkan." Carey menunjuk Edric dan telunjuknya kini berubah menuju arah Casey. "Dan kau harus pulang sebelum jam sembilan malam, karena acaranya akan selesai pukul sembilan." Casey mengangguk-angguk mengerti.

"Sudah, cepat kalian pergi sebelum ada yang melihat kalian. Dan jangan berbuat macam-macam." perintah Carey sebelum ia menutup pintu depan.

Casey dan Edric berlari menuju jalanan depan rumah Casey, tepatnya tempat Edric memarkirkan motornya. Mereka langsung naik ke jok motor dan meninggalkan rumah Casey. Edric sebenarnya tak terlalu paham dengan ucapan Carey, namun ia urung bertanya sebelum mereka berada di tempat yang akan dituju.

Casey dibawa ke salah satu cafe yang tak terlalu jauh dengan rumah Casey. Casey sedikit terkejut saat ia turun dari motor Edric, pikirannya bertanya-tanya mengapa Edric membawanya ke cafe.

Edric menggenggam tangan Casey dan menuntunnya masuk ke dalam cafe itu. Edric membawa Casey ke lantai dua cafe tersebut. Dan ternyata hanya ada sebuah meja lengkap dengan dua buah kursi di sana. Lantas Edric menyuruh Casey duduk di salah satu kursi itu.

Edric memanggil seorang pelayan, mereka memesan makanan dan minuman lalu pelayan itu pergi lagi. "Memangnya tidak apa jika kita menempati meja ini?" tanya Casey sedikit ragu.

Edric tertawa, "Memangnya kenapa? Kau tenang saja aku pemilik cafe ini. Dan ruangan ini sudah aku atur untuk makan malam denganmu." mulut Casey hanya membentuk huruf 'o' diikuti kepalanya yang mengangguk.

Selang beberapa menit setelah itu, Edric bangkit dari tempat duduknya. "Kau mau kemana?" tanya Casey dengan kepala sedikit mendongak.

"Aku ke toilet sebentar, jika pelayan sudah mengantarkan makanannya kau makan saja dulu jangan tunggu aku." lalu Edric berbalik arah hingga bayangannya hilang di antara anak tangga.

Casey membuka ponselnya, hanya mengecek sosial medianya hingga ia tak sadar seorang pelayan sudah berdiri di sampingnya membawakan hidangan pesanan Edric dan juga Casey.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada pelayan, Casey menutup ponselnya dan memasukkannya ke tas selempang yang ia bawa.

Ia menimbang-nimbang apakah harus menunggu Edric atau makan terlebih dahulu. Sekitar lima menit berselang Casey memutuskan makan terlebih dahulu tanpa menunggu Edric. Belum saja sepertiga makanannya habis, lampu cafe tersebut padam. Casey terkejut dan menghentikan acara makannya. Ia buru-buru mencari ponselnya di tas selempang.

Namun tiba-tiba di sekeliling ruangan itu menyala lampu berbentuk hati yang berwarna pink. Casey mengamati sekitarnya, lalu ia mendengar suara bariton lelaki yang ia kenal. Benar saja, ketika matanya menyorot ke arah tangga, Edric tengah bernyanyi sambil membawa mic, tangan kirinya menggengam rangkaian bunga aster berwarna pink. Iya, itu bunga kesukaan Casey. Casey saja terkejut karena tak banyak yang mengetahui gadis seperti Casey bisa menyukai bunga. Apalagi bunga aster, perlambang dari cinta, kecantikan dan pesona.

Edric berjalan sambil membawakan sebuah lagu There for you by Martin Garrix ft. Troye Sivan. 

Dan di akhir lagu Edric memegang tangan Casey. "Will you be my girlfriend?" Casey membelalakan matanya terkejut mendengar Edric barusan.

∽介∽介∽介

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now