Epilog

5K 166 2
                                    

Dua tahun kemudian...

“Nih, es krimnya.” ucap Gavin seraya menyodorkan es krim pada Casey. Dengan senyuman yang merekah, Casey mengambil es krim itu. Gavin menggeleng sambil duduk di sebelah Casey. “Apa kau tidak pernah diajari berterima kasih pada orang lain?” Casey yang tengah asyik memakan es krimnya langsung menoleh ke arah Gavin.

“Itu kan untuk orang lain. Kalau dengan pacar sendiri, tidak perlu mengucapkan terima kasih.” Gavin langsung mencubit pipi Casey dengan gemas, “Kau ini walaupun status kita pacaran atau berteman mana mau kau menurunkan sedikit ego-mu itu hanya untuk mengucapkan terima kasih.” Casey kembali menoleh ke arah Gavin.

“Memangnya aku pernah menganggapmu sebagai temanku?” ucap Casey seraya menjulurkan lidahnya dan berlari menjauhi Gavin.

Gavin mengejar Casey yang lebih dahulu berlari darinya. Hingga akhirnya Casey dalam keadaan terjabak dan Gavin menangkapnya dari belakang lalu membawanya ke bibir pantai. Ya, mereka berdua sedang menikmati suasana pacaran mereka di pantai. Setelah dua tahun berlalu semenjak kejadian itu, banyak hal yang terjadi, seperti pada hubungan Gavin dan Casey. Mereka telah menjalin hubungan selama enam bulan. Memang awalnya bukanlah hal yang mudah untuk menghilangkan trauma yang Casey alami dulu, ia selalu rutin berkonsultasi pada psikeater hingga akhirnya ia bisa menghilangkan traumanya dan selama itu juga Gavin selalu menemaninya. Hati Casey luluh karena perhatian yang selama ini Gavin berikan.

I love you, pacar.” ucap Gavin di sela-sela candaan mereka, Gavin mencium dahi Casey lembut. “I love you too, pacar.” ucap Casey lalu dengan sengaja menggelitiki pinggang Gavin. Casey kembali berusaha kabur dari Gavin. Tetapi percuma saja, Gavin selalu bisa mengejarnya dan mengggelitii pinggang Casey hingga Casey jatuh ke pasir pantai karena tak bisa menahan rasa gelinya.

∽介∽介∽介∽

“Kau jadi akan menengok Edric hari ini?” tanya Ulya, Fareel mengangguk sambil melahap baksonya. Mereka berdua kini sudah menjadi mahasiswa, dan kebetulan mereka satu kampus.

“Apa kau yakin?”  Fareel mengangguk lagi. “Memangnya kenapa? Kau mau ikut?” Ulya menggeleng. “Tidak bisa, aku ada acara keluarga.” Fareel hanya ber’oh’ria.

“Kenapa kau tidak mencari kekasih saja, Fareel?” Fareel langsung tersedak saat mendengar pertanyaan Ulya, hingga Ulya menyodorkan minuman ke hadapan Farrel. “Aku harus fokus menjaga Casey. Bila aku punya pacar, bisa-bisa pacarku aku campakkan atau aku malah tidak  bisa mengontrol Casey.” Ulya mengangguk mendengar jawaban Fareel.

“Tetapi misalnya kalau aku yang menjadi pacarmu aku akan mengerti kau menjaga Casey.” Fareel tertawa. “Memangnya kau akan mengerti? Memangnya kau ingin dicampakkan kalau jadi pacarku?” Ulya malah memukul bahu Fareel. “Tentu saja! Ah sudahlah, aku harus kembali ke kelas, ada kuliah lagi. Sampaikan salamku pada Edric!” Ulya meninggalkan Fareel begitu saja.

∽介∽介∽介∽

Dua orang lelaki saling menatap satu sama lain tanpa ada yang berusaha membuka suara terlebih dahulu. “Aku... aku minta maaf atas semua yang kulakukan padamu selama ini, Fareel.” Edric membuka suaranya terlebih dahulu.

Fareel menghela nafas. “Aku sudah memaafkanmu, Edric.” jawab Fareel seraya tersenyum pada Edric. Edric menatap Fareel tak percaya. “Benarkah kau mau memaafkanku? Aku sudah merenggut nyawa Kylie dan hampir saja merenggut nyawa Casey juga.” Fareel mengangguk.

“Tak ada gunanya balas dendam, tidak akan berhenti sampai kapanpun. Lagipula kau sahabatku, Edric. Dan maaf juga karena telah mencebloskan kau ke penjara. Edric tertawa. “Kalau aku tidak berada di sini, tentu saja aku masih membalaskan dendam padamu.” ujar Edric bergurau.

“Oh ya, bagaimana keadaan Casey? Apa dia baik-baik saja?” Fareel mengangguk. “Ia baik-baik saja, ini dia tengah menjalin hubungan dengan Gavin.” Edric mengangguk-angguk.

“Syukurlah, ia telah mendapatkan lelaki yang baik dan bisa dipercaya.” Fareel mengangguk. “Aku minta do’a padamu.” ucap Fareel. “Do’a? Untuk apa?” tanya Edric heran. “Do’akan Ulya mau menerimaku menjadi pacarnya.” Edric terkejut lalu tertawa.

“Jadi kau akan menjadikan Ulya sebagai kekasihmu?” Farrel mengangguk. “Tentu saja, Ulya pasti akan menerimamu. Sudah sejak lama ia menyukaimu.” ujar Edric. “Kau serius?” tanya Fareel tak percaya. Edric mengangguk, “Iya, good luck brother!”

∽介∽介∽介∽

Sedari tadi Fareel jemari Fareel tak bisa diam, jemarinya terus saja mengetuk-ngetuk meja. “Kau nampak lucu saat gugup, Kak.” Casey menertawai ekspresi Fareel. “Apa yang aku harus lakukan kalau ternyata Ulya menolakku, Casey?” Casey menggeleng tegas.

“Kau harus optimis, setidaknya kau harus menyatakan perasaanmu dulu. Masalah diterima atau tidak itu urusan belakang.” ucap Casey memberi semangat. “Aku ingin Kakak bahagia, karena selama ini Kakak selalu menagaku dan tidak mementingkan kebahagiaan Kakak sendiri.” Casey memeluk Fareel. “Aku melakukannya karena aku menyayangimu Casey. Aku tak mau melihatmu sedih apalagi terluka. Makanya selama ini aku melindungimu.” Casey menggeleng.

“Aku sudah besar, Kak tidak perlu dijaga terus-menerus. Aku bisa menjaga diri sendiri, tugas Kakak hanya perlu mencari kebahagiaan Kakak sendiri. Thank you for everything you give me and thank you for being my amazing brother.” Casey kembali memelu Fareel, Fareel pun membalas pelukan Casey.

“Sebentar lagi Kak Ulya tiba, bisakah kalian menghentikan acara peluk-memeluk, dulu?” suara Gavin mengintrupsi. Kedua saudara tidak sedara tersebut langsung melepas pelukan satu sama lain. Yah, Gavin dan Casey hari ini turut membantu Fareel mempersiapkan segalanya untuk menembak Ulya.

Benar saja, beberapa menit kemudan Ulya terlihat datang. Ulya sedikit terkejut ketika melihat restoran yang sepi dan hanya ada Fareel di sana. Padaal Ulya berjanjian dengan Casey, bukan dengan Fareel.

“Kenapa kau bisa ada di sini, Fareel? Dimana Casey?” tanya Ulya heran sambil duduk di hadapan Fareel. “Surprise.” ucap Fareel singkat. “Sebenarnya kau tidak berjanjian dengan Casey, tetapi denganku Ulya. Oh ya, aku sudah memesankan makanan, bukalah penutup makanan itu.” ujar Fareel. 

Walau awalnya keheranan, Ulya tetap mengikuti perataan Fareel. Dan saat Ulya membuka penutup makanan, ia bia melihat tulisan ‘will you be my girlfriend?’ Ulya langsung melihat ke arah Fareel dan ternyata Fareel memberikan bunga padanya. “Seperti kalimat yang ada di piring itu, will you be my girlfriend?” Ulya menutup mulutya seakan tak percaya. Ulya mengambil bunga itu. Fareel sudah tak sabar mendengar jawaban dari Ulya, sedari tadi jantungnya sudah berdetak sangat kencang. Ulya mengangguk seraya tersipu malu. Fareel langsung bangkit dari kursinya dan memeluk Ulya.

Gavin dan Casey yang bersembunyi dari tadi langsung menyambut mereka berdua. “Ciee... jadian uhuyy....” goda Gavin dan Casey serempak. Ulya dan Fareel hanya tertawa.


~TAMAT~

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now