37

2.5K 134 0
                                    

Mata Casey terbuka perlahan, karena ia terganggu oleh sinar matahari yang menerbs dari sela kelopak matanya, ia tersadar tidak sedang berada di kamarnya. Tetapi di ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat.

Ia menengok ke samping dan mendapati Gavin yang sedang tertidur pulas di sofa. Kepalanya mendongak dan tangannya menyilang di depan dada. Padangan Casey kembali ke atas, ia menatap plafon ruangan tempat dia berada. Saat Casey akan mengambil posisi duduk, Casey merasakan nyeri yang luar biasa di bagian perutnya, hingga ia merintih. Ia meraba bagian perutnya yang terasa nyeri dan baru menyadari bahwa perutnya diperban.

Gavin yang tadinya masih tertidur, langsung terbangun karena mendengar rintihan Casey tadi. Ia langsung menghampiri Casey. “Akhirnya kau sadar, Casey.” Ucap Gavin penuh syukur. Casey yang kebingungan akhirnya bertanya pada Gavin. “Apa yang terjadi, Gavin? Kenapa aku bisa di sini dan kenapa perutku diperban?” Gavin diam. “Kataka  padaku apa yang terjadi, Gavin!” desak Casey.

“Apa kau tidak ingat kejadian tadi malam?” ingatan Casey langsung terputar saat kejadian tadi malam. Ia memejamkan matanya, kini ia ingat apa yang terjadi tadi malam. Ketika preman-preman menghampirinya dan perutnya ditusuk oleh salah satu preman-preman tersebut.

Fareel masuk tiba-tiba ke dalam ruang inap Casey. Casey memang sudah dipindahkan ke ruang VIP, sesaat setelah dilakukan operasi. Keadaan Fareel sangat kacau. Rambutnya acak-acakkan, ada guratan kantong mata yang terlihat sangat jelas karena semalam ia tidak tidur, juga pakaiannya nampak berantakan dan kusut.

“Kakak kenapa?” tanya Casey yang terkejut meliat penampila Fareel yang sangat kacau. Bukannya menjawab pertanyaan adiknya itu, Fareel malah memeluk Casey perlahan. “Apa yang terjadi? Kenapa keadaan Kakak begitu kacau?” Casey bertanya kembali karena Fareel ta kunjung menjawabnya. Fareel melepasan pelukannya. “Apa kau sudah sarapan? Ini sudah pukul sembilan lebih.” Lagi lagi Fareel malah mengalihan pembicaraan. Casey memukul pelan bahu Fareel, ia kesal karena pertanyaannya tak juga dijawab Fareel. “Tolong jangan mengalihan pertanyaan, Kakak darimana saja? Kenapa keadaanmu begitu berantakan?”

Fareel menghela nafas perlahan. “Aku telah menyelesaikan masalah yang seharusnya sudah selesai dari dulu. Tapi, aku gagal...” Casey terdiam barusaha mencerna perkataan Fareel tadi. Fareel mengusap lembut puncak rambut Casey. “Aku mohon kepadamu, Casey. Jangan pernah berhubungan lagi dengan Edric. Dia sengaja membalaskan dendamnya padaku dengan cara melukai dan mencelakaimu Casey. Aku tak mau ada orang yang melukai dan menyakitimu, Casey. Kakak sangat menyayangimu.”

Casey terdiam begitu mendengarkan penjelasan Fareel. Air mata mulai menetes di pelupuk matanya. Ia begitu bodoh mempercayai Edric. Ia seakan buta melihat seluruh pengorbanan dan kasih sayang yang Fareel berikan padanya. Tapi, Casey tak bisa membohongi perasaannya sendiri bahwa ia memang jatuh cinta pada Edric, bukan hal yang mudah untuk mengakhiri hubungan dengan Edric.

∽介∽介∽介∽

Seminggu kemudian, Casey sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Dan besok Casey dan masuk sekolah. Ia tak tahu harus berbuat apa jika ia bertemu dengan Edric. Beberapa hari lalu, Edric sempat mengunjunginya di rumah sakit. Ia menyesal karena kemarin ia melupakan janjinya bertemu dengan Casey.

Flashback on

“Casey," ucap Edric yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua sedang berada di taman runah sakit dan duduk di sebuahbangku yang ada di taman itu. Casey hanya berdehem, ia enggan mengeluarkan suaranya.

“Maafkan aku.” Ucap Edric menunduk. “Untuk apa?”tanya Casey datar. “Karena melupakan janjiku untuk bertemu denganmu.” Casey menghela nafas, “Aku maafkan.” Edric langsung mendongak dan menatap Casey. Secepat itukah Casey memaafkannya begitu saja? “Aku memang memaafkanmu, tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini.” lanjut Casey sambil bangkit dari posisi duduknya. Edric langsung mencekal pergelangan Casey.

“Kenapa?” tanya Edric seakan tak percaya dengan ucapan Casey barusan.Casey berbalik memandang Edric. “Kau pikir memaafkanmu begitu saja adalah hal yang mudah? Setelah apa yang kau lakukan padaku dan Fareel? Setelah permainan bodohmu untuk membalaskan dendam pada Fareel dengan cara menyakitiku?” Casey langsung melepaskan paksa pergelangan tangannya dan meninggalkan Edric begitu saja.

Flashback off

“Casey?” Casey terlonjak kaget ketika Diana sudah duduk di sampingnya. “Kau kenapa, Nak?” Casey hanya menggeleng. “Anak gadis tidak boleh terlalu sering melamun.” ujar Diana sambil menyelipkan anak rambut Casey ke belakang telinga. “Ayo kita makan, Bunda sudah menyiapkan makanan kesukaanmu.” Casey mengangguk dan mengikuti Diana yang menuntunnya.

Makan malam kali ini, terasa hangat. Semua anggota keluarga berkumpul. Bahkan sesekali mereka melempar candaan. Tetapi kehangatan mereka tidak membuat Casey bergabung, ia malah terperangkap dengan pikirannya.

Makanan yang ada di hadapannya juga hanya diaduk-aduk oleh Casey. “Casey, ada apa?” tanya Eric yang melihat Casey hanya diam dan tidak melahap makanannya. Casey menatap ke arah Eric seraya menggeleng.

“Tidak ada apa-apa. Ayah.” Diana menatap putrinya dan mengusap anak rambut Casey. “Apa kau tidak suka makanannya ya?” tebak Diana. “Aku menyukainya,” tepis Casey. Fareel meletakkan sendok dan garpunya di atas piringnya yang sudah kosong, lalu bangkit dari tempat duduknya. Fareel tiba-tiba saja menarik kursi yang diduduki Casey dan mengangkat tubuh Casey ala bridal-style. “Bunda, biarkan Fareel menyuapi Casey, sudah lama Fareel tidak menyuapi Casey.” lalu Fareel beralih ke salah satu pembantu. “Bi, tolong bawakan makanan Casey ke taman belakang.” Setelah pembantu itu mengangguk, barulah Fareel berjalan sambil menggendong Casey ke taman belakang. Fareel mendudukkan Casey di salah satu bangku ayunan yang berada di taman belakang.

“Kenapa Kakak membawaku kesini?” tanya Casey setelah Fareel mendudukkannya di bangku ayunan. “Kakak akan menyuapimu dan sekaligus bertanya padamu.” Casey mengangguk. “Apa yang ingin Kakak tanyakan padaku?” Fareel duduk di ayunan sebelah Casey, ia menatap lekat iris mata Casey. “Benarkah kau memutuskan hubunganmu dengan Edric?’ ketika pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Fareel, Casey merasa pasukan oksigen di sekitarnya berkurang drastis. “Itu benar.” jawab Casey singkat tanpa melihat manik mata Fareel. “Apa kau memutuskannya karena aku?” Casey menggeleng.

Baginya ini bukan hanya tentang permintaan Fareel untuk tidak berhubungan lagi dengan Edric. Tetapi ia menyadari bahwa dirinya hanyalah diperalat oleh laki-laki itu, bukannya Edric benar-benar mencintainya dengan tulus. Selain itu, Casey juga tak ingin dirinya membuat khawatir Fareel. “Ini bukan tentang Kakak saja, ada banyak alasan kenapa aku memutuskan hubungan dengan Edric.” Casey menatap sendu Fareel. Fareel langsung memeluk Casey, ia tahu bagi Casey sangatlah sulit untuk meninggalkan Edric, karena Fareel menyadari Casey begitu mencintai Edric. Casey menangis dalam pelukan Fareel, Fareel mengusap punggung Casey untuk memberikan ketenangan pada gadis itu. “Aku tahu kau sangat mencintai Edric, sayangnya dia bukanlah orang yang tepat untuk menjadi sepotong hatimu. Kumohon Casey berhentilah menjadi gadis pendiam, itu akan melukai dirimu sendiri, biarlah semuanya berlalu dan kelak kau akan benar-benar melupakan Edric, aku yakin kau pasti bisa walaupun prosesnya memang tidaklah mudah.”

“Tuan,” panggil salah seorang pembantu, yang membuat Fareel melepas pelukannya pada Casey. “Ini makanan untuk Non Casey,” ujar pembantu itu sambil membawa nampan. “Letakkan saja di meja itu, Bi.” Pembantu itu mengangguk dan meletakkan nampan di atas meja. “Nona Casey kenapa, Tuan?” tanya pembantu itu yang baru menyadari mata Casey yang sembab.” Fareel melihat Casey dan mengusap bahu Casey. “Tidak apa, Bi. Dia hanya kelelahan.” Pembantu itu langsung mengguk dan pergi meninggalkan mereka berdua. “Nah sekarang,kau makan dulu ya, perlu aku suapi?” tawar Fareel. “Casey langsung tersenyum seraya mengangguk. Fareel hanya menggeleng melihat adiknya yang tiba-tiba menjadi manja.

∽介∽介∽介∽

Di tempat lain seseorang menggebrak meja bar. Ia frustasi karena rencananya hancur untuk kesekian kalinya. “Casey, kau pikir akan semudah itu terlepas dari perangkapku? Tidak... tidak, kau salah Casey. Dan Kau Fareel kita lihat saja nanti apa yang akan kulakukan lagi. Ini belum ada apa-apanya...” ucap Edric lalu menenggak gelas minuma alkohol untuk kesekian kalinya.

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now