35

2.6K 143 9
                                    

Seorang laki-laki duduk di salah satu meja cafe, dengan ditemani secangkir cappucino. Ia memegangi kepalanya yang terasa penat sekali akhir-akhir ini.

Seorang gadis berjalan di dekat kaca cafe tersebut lalu menyadari ada sesosok lelakii yang ia kenal. Tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung masuk ke dalam cafe dan menghampiri orang itu.

"Fareel?" panggil gadis itu ketika sudah berdiri di hadapan laki-laki itu. Yang dipanggil namanya langsung mendongak ke arah gadis yang berdiri tepat di depannya.

"Ulya." ucap Fareel datar.

Ulya langsung duduk di hadapan Fareel, tanpa disuruh. Ia tahu benar jika Fareel sekarang masih dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Ada apa, Fareel? Kau baik-baik saja?" tanya Ulya langsung. Fareel menggeleng. Dugaan Ulya benar, Fareel tidak baik-baik saja.

"Ceritakan padaku, Fareel. Aku akan berusaha membantumu." Ulya meyakinkan.

"Casey kembali menjalin hubungan dengan Edric. Dan dia tak mempercayaiku lagi." terang Fareel.

"Apa?" tanya Ulya tak percaya. "Kau belum mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Casey?"

Fareel menggeleng. "Aku belum siap mengatakan semuanya. Lagipula, ia takkan percaya pada ucapanku. Dia terlanjur percaya pada perkataan omong kosong, Edric."

"Katakan saja kepadanya, Fareel. Percaya atau tidak dia, itu urusan nanti. Yang penting kau sudah menjelaskan semuanya." usul Ulya.

Fareel menunduk menumpukan kepalanya di meja cafe. "Aku tak apa, jika memang Casey tak percaya lagi padaku. Hanya saja aku takut Casey terluka karena ulah Edric."

"Aku tak habis pikir, dendam Edric akan mencelakakan orang yang aku sayangi. Jika memang dia ingin membalaskan dendamnya kenapa tidak padaku saja? Aku muak dengan semua tindakan bodohnya untuk membalaskan dendam." sungut Fareel.

"Aku tak percaya dengan semua kelakuan Edric. Dan aku tak bisa membayangkan persahabatan kita sedari kecil akan berubah menjadi permusuhan."ucap Ulya menggelengkan kepalanya.

"Semua salahku. Jika saja aku selalu ada saat Clara kritis, dia tidak akan pergi meninggalkan kita semua. Dan Edric tidak akan dendam padaku." Ulya gemas memukul bahu Fareel.

"Clara pergi bukan karenamu. Dia pergi karena sudah takdirnya. Kenapa kalian masih saja menyalahkan diri sendiri? Terutama, kau Fareel. Ini semua bukan kesalahanmu. Kenapa kau terus saja berpikir seperti itu? Aku tak ingin mendengar lagi perkataanmu yang menyalahkan dirimu sendiri. Aku pulang." pamit Ulya begitu saja lalu meninggalkan cafe.

Fareel menatap punggung Ulya yang sudah tak terlihat lagi. Ia mengacak rambutnya frustasi. Apa yang dikatakan Ulya memang benar. Clara pergi karena takdir. Bukan karena dirinya.

Ia mengambil jaketnya, dan bangkit untuk membayar pesanannya. Ia pergi meninggalkan cafe tersebut. Kemudian menuju parkiran motor. Tak seperti biasanya, ia kali ini mengendarai motor. Alasannya agar ia bisa merasakan angin segar yang menerpa dirinya, menciptakan sensasi yang menenangkan.

Fareel memacu motornya ke sebuah tempat. Tempat yang selalu ia rindukan, tempat ia menghabiskan masa kecilnya.


∽介∽介∽介∽


"Tuan muda." sapa salah seorang pembantu membungkuk memberi hormat pada Fareel.

Fareel membuka helmnya dan tersenyum ke arah pembantu itu. Ia setengah berlari dan memeluk pembantu itu. “Bibi Listia, Fareel rindu dengan bibi.” Ucap Fareel sambil memeluk Listia. Maklum saja, Fareel sedari baru lahir diasuh oleh Mamanya dan juga Listia, maka dari itu Fareel sangat menyayangi Listia.

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now