Min Yoongi

3K 320 30
                                    

Min Yoongi sebenarnya bukan orang yang tidak sabaran, ia termasuk tipe kalem condong ke malas, tetapi sarkastik. Ia juga sangat menyukai uang dan makanan, hingga terkadang berani melakukan hal-hal di luar kewajaran untuk mendapatkannya. Sahabatnya Kim Taehyung dan Park Jimin, tentu mengenal sifatnya ini luar dalam. Alih-alih ikut ambil bagian dari sikap menyebalkannya ini, mereka terkadang menghindarkannya secara tak langsung untuk berhenti melakukan pemerasan ke sejumlah siswi sekolah tak berdaya yang berlebel fans berat Taehyung atau Jimin. Sejujurnya keduanya hanya takut pada pria yang lebih tua dari mereka setahun itu. Terkadang mereka harus membujuk Yoongi dengan sangat hati-hati, jangan sampai melukai perasaannya, karena Yoongi yang marah sejujurnya sangat merepotkan. Ia akan mendiamkan kedua sahabatnya itu, terkadang bersikap kasar saat Taehyung dan Jimin mencoba memaksa untuk berbicara dengannya. Dan hal itu bisa terjadi selama lebih dari sepekan.

Pria berkepala gelap itu mengetuk-ngetukkan jemarinya dengan malas ke meja di sebelah tempat tidur. Ia dalam lamunannya, tidak memikirkan apapun yang serius. Saat suara getar ponselnya mengejutkannya sedikit, ia meraih benda persegi panjang itu dan mengecek siapa yang tengah mengiriminya pesan.

Hyung, kau tau dimana Jiminnie? Dia tak membalas pesanku sejak tadi siang. Kau juga menghilang begitu saja sepulang sekolah. Apa kalian sedang bersama?

-TaeTae-

Diliriknya jam pada ponsel itu, waktu menunjukkan pukul 8 malam. Sudah berapa jam ia tertidur? Satu setengah jam mungkin. Ia mengacuhkan pesan Taehyung dan berbalik badan, mendapati sosok yang lebih muda darinya. Matanya tertutup rapat, menampakkan bulu mata panjangnya. Dengkuran napasnya yang lemah memenuhi rongga telinga Yoongi seperti sebuah alunan musik. Rambut abunya yang tebal, disibakkan ke belakang. Tak tahu lagi berapa banyak Yoongi menjambaknya hari ini. Tangannya meraih helain halus surai abu itu, membelainya lembut tanpa kata.

Bagaimana pun kau takkan pernah melihatku, Park Jimin.

Yoongi menarik tangannya perlahan. Ia beranjak turun dari ranjang tanpa suara, mengumpulkan seragam dan hoodienya yang berserakan di lantai, kemudian mengenakannya satu persatu.

"Jimin-ah, aku pulang." ujarnya lirih. Ia menyambar tas sekolahnya di meja dan dengan perlahan membuka pintu kamar dengan bunyi decitan yang keras itu.

"Hyung?" panggil Jimin lemah. Ia mengucek matanya perlahan. Ia pun mencoba bangun dengan segera.

Langkah Yoongi terhenti sesaat. Jimin tak melepaskan kesempatan itu. Ia berlari mengejar Yoongi dan memeluknya dari belakang.

"Sudah kubilang Hyung tidak boleh pulang." ujarnya manja. Ada sedikit nada resah dalam ucapannya.

"Aku capek, Jimin-ah. Lepaskan. Kau sudah puas memainkanku hari ini. Biarkan aku pulang." keluh Yoongi datar.

"Memainkan? Hyung kita sudah sepakat untuk melakukan ini..."

"Diam. Balas saja pesan Taehyung sana. Dia sampai mengirimiku pesan karena khawatir padamu."

"Taehyung?" Jimin melemahkan dekapannya. Yoongi melepaskan kedua tangan mungil Jimin dan pergi menjauh.

"Aku pulang."

Yoongi menarik pintu kamar agar terbuka lebar.

"Tunggu Hyung!" Jimin menarik lengan Yoongi, membuat si pemuda yang lebih tua itu tersentak. Dengan kasar ia melepaskan genggaman tangan Jimin.

"Selama aku masih bisa sabar, jangan buat aku marah, Park Jimin." Dengan kasar Yoongi berbalik dan meninggalkannya sendiri.

"Hyung marah?" gumam Jimin lirih. Ia berhenti di sana, tak lagi mengejar sosok berkulit pucat itu.

LOVE - FIGHT - OH! [ KookV / KookTae]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin