Feeling 1

1.6K 175 26
                                    

Taehyung diam tercenung di apartemennya, dengan Jimin yang duduk di hadapannya. Kepala pemuda bersurai abu itu menunduk dalam. Ekspresi wajahnya tampak beku dan merana. Taehyung tak tahu apa yang harus dikatakannya.

Sahabat baiknya baru saja mengungkapkan perasaan padanya.

Taehyung bahkan belum memberinya jawaban, tetapi Jimin sudah seperti orang yang patah hati begini.

"Jiminnie, a-aku"

"Tae. Apakah kita bisa menjadi sepasang kekasih?"

Perkataan Taehyung pun berhenti tepat di ujung lidah, meninggalkan tak lebih dari rasa hampa. Jimin bahkan tak ingin mendengarnya. Pemuda itu ingin Taehyung yang mendengarkannya.

Lebih dari siapapun. Jimin adalah orang yang paling terakhir yang ingin disakitinya. Arti sahabatnya itu sungguh besar baginya.

"Apa kau bersungguh-sungguh padaku?"

Jimin mengangguk. Namun matanya menyorot pada kedua tangannya yang bertautan dengan rasa cemas. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

"Lalu kenapa kau membawa-bawa soal Yoongi-hyung?"

Keheningan kembali terjalin untuk beberapa saat. Taehyung sengaja menunggu Jimin bersuara.

"D-dia... Yoongi-hyung menyukaiku."

Jadi begitu...

"Dan kau menyukaiku?"

Jimin mengangguk.

"Sejak dulu. Sejak lama sekali."

Taehyung menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Segala hal jadi begitu kompleks dan membingungkan. Ia tak suka kondisinya kini, seolah ia berada di ujung tebing tanpa ada tempat yang benar untuk berpijak.

"Kau mau memilihku dan menolak perasaan Yoongi-hyung?" tegas Taehyung.

"K-kurasa begitu." Suara Jimin bergetar ragu.

"Kau yakin?"

Jimin mengangguk perlahan, meski tampaknya setengah tak ikhlas.

Sama sepertinya yang tak ingin menyakiti perasaan Jimin, Jimin pun tak ingin menyakiti perasaan Yoongi. Keduanya sama-sama serba salah.

"A-aku belum tahu bagaimana perasaanku padamu..." Taehyung berkata jujur. Ia sangat menyayangi Jimin. Namun ia tak yakin kalau perasaannya ini mengarah pada cinta.

"K-kau bisa memikirkannya pelan-pelan. Aku tidak memaksamu, tetapi kuharap kau memberiku kesempatan." Jimin mengangkat wajahnya, menunjukkan rupa frustasinya.

"Kau mau menunggu?"

"Aku bahkan sudah menunggu selama bertahun-tahun untuk menyatakan perasaanku padamu. Mana mungkin aku tak mampu?"

Taehyung mengangguk.

"Aku akan memikirkan perasaanmu baik-baik."

Setelah percakapan singkat itu, Jimin pamit pulang tak lama kemudian. Taehyung langsung berderap pelan ke arah dapur. Ia mencari sesuatu untuk diminum. Setelah menenggak segelas air di kulkas, ia usap kepalanya yang berdenyut nyeri.

"Andai aku punya penyelesaian yang memuaskan semua orang."

***

Taehyung sengaja tak membereskan barang-barangnya di atas meja sore itu setelah rapat OSIS. Hampir semua anggota telah meninggalkan ruang OSIS kecuali dirinya dan seorang lain.

Jungkook masih diam di kursinya setelah memasukkan alat tulis maupun notesnya ke dalam tas hingga keheningan cukup lama terjalin di antara keduanya.

LOVE - FIGHT - OH! [ KookV / KookTae]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora