Decision

1.6K 188 6
                                    


Sudah sejak seminggu sejak pesta penyambutan pengurus OSIS baru, Jungkook dan Taehyung tak lagi bicara akrab satu sama lain. Hubungan keduanya jelas terlihat canggung. Namun satu hal yang jelas berubah, panggilan Jungkook pada Taehyung tak lagi seakrab dulu. Hal ini tentu membuat Jimin bertanya-tanya.

"Taehyung-ssi, kau menjatuhkan sapu tanganmu."

Jungkook memungut benda kecil itu, lalu menghampiri Taehyung dan Jimin yang pada akhirnya menoleh ke belakang—mengamatinya. Ia sodorkan lembaran kain tipis lembut itu. Tanpa senyuman sedikitpun, Jungkook langsung mengangguk dan pergi setelah Taehyung menerimanya.

Jimin sendiri bisa merasakan betapa buruknya atmosfer yang ada di sekitar keduanya. Tentu saja ia makin senang jika Jungkook tak lagi macam-macam dan berhenti mengejar Taehyung. Tapi pasti hal itu ada sebabnya. Tak mungkin anak itu mengurungkan niatnya secara tiba-tiba. Jungkook tidaklah gampangan seperti itu.

"Hei, ada apa antara kau dengan Taehyung?" Lantas ia bertanya pada sang adik kelas saat berhasil menarik Jungkook menjauh dari keramaian.

Jungkook terdiam dengan ekspresi beku, seolah benar-benar muak bertatap muka dengannya.

"Bukan urusan Sunbae." Jungkook hendak berlalu begitu saja, tetapi Jimin mencengkram pergelangan tangannya agar tak pergi.

"Katakan padaku." pinta Jimin tegas.

"Sudah kubilang bukan urusanmu!"

Jungkook menarik tangannya kasar.

"Kau harus senang, Taehyung-sunbae menganggapmu lebih baik dari aku. Aku sudah kalah sebelum benar-benar berperang."

Jungkook pergi menjauh, meninggalkan Jimin yang masih dalam kebingungannya. Ia lantas mengambil kesimpulan bahwa anak itu sudah menyatakan perasaannya pada Taehyung dan ditolak. Lalu dia bilang dirinya dianggap lebih baik. Apa itu artinya Taehyung lebih suka padanya?

Jimin harusnya senang. Bukankah hal ini yang selama ini selalu diimpikannya? Taehyung menyukainya, mungkin sama sepertinya. Namun jika ia dan Taehyung bersama, bagaimana dengan Yoongi?

Cepat atau lambat, Jimin harus mengambil keputusan. Yang terbaik untuk dirinya sendiri, Taehyung, maupun Yoongi. Ia tak bisa begini terus.

***

Yoongi sudah sadar sejak beberapa hari lalu. Taehyung sudah menjenguknya dua kali dalam seminggu, meninggalkan buket Lili kesukaannya dan sekeranjang apel. Tahu benar anak itu dengan kesukaannya. Jungkook juga datang secara terpisah. Yoongi tak mengerti mengapa anak itu tidak mau datang bersama dengan Taehyung atau temen-temannya yang lain dari OSIS. Dia datang sendiri dengan berbagai macam alasan yang entah mengapa terdengar klise. Jelas sekali tampak kebohongan dari nada bicaranya. 

Jungkook menjenguknya hampir setiap hari. Ia beralasan bosan karena tak ada yang benar-benar dikerjakannya sepulang sekolah. Yang aneh darinya adalah saat Yoongi membicarakan soal Taehyung, anak itu terkesan cuek atau mengalihkan pembicaraan. Dari situ, Yoongi mulai merasa curiga jika ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Hanya saja ia tak sampai hati memaksa anak itu bicara. 

Lalu Jimin—

Hoseok bercerita padanya bahwa anak itu tak henti menemaninya saat ia tak sadarkan diri. Ia bahkan pernah menginap 2 kali. Kakaknya yang tak sampai hati mengusirnya membiarkannya. 

Mendengar itu, Yoongi merasa hatinya kembali bergetar. Ia ingin berharap lebih. Ia tahu Jimin selalu menyayanginya, tetapi itu bukanlah cinta sama sekali. Bukan. 

Setelah ia sadar, Jimin tak lagi datang—itulah yang dikatakan sang kakak padanya, tak tahu kenyataannya. Mungkin saja anak itu hanya bersembunyi di balik pintu dan tak punya cukup keberanian untuk menemuinya. Jimin selalu berhati lembut, terutama padanya dan Taehyung. 

LOVE - FIGHT - OH! [ KookV / KookTae]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora