Antonim

537 30 5
                                    

Untuk menyelesaikan soal antonim dalam Tes Potensi Akademik, konsentrasi dibutuhkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk menyelesaikan soal antonim dalam Tes Potensi Akademik, konsentrasi dibutuhkan. Ingat bahwa yang dicari lawan kata atau kata yang maknanya paling berlawanan. Berikut ini hanya sedikit pasangan antonim yang bisa dipelajari.

Pastikan Sobat dalam kondisi kenyang atau sedang mengemil saat membaca cerita gaje ini.

==================

Sadako sibuk memandangi semangkuk bakso di sebuah kedai bakso. Ini kali pertama ia akan memakan bakso Indonesia. Bakso itu tampak enak dengan satu bakso besar, tujuh bakso kecil, mi, bihun, sayuran, dan kuah terhidang di depan mata. Namun, Sadako agak ragu memakannya.

"Kok dipandangi terus  sih? Bukannya dimakan," kata Genderuwo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kok dipandangi terus sih? Bukannya dimakan," kata Genderuwo. "Itu tuh makanan favorit cewek-cewek Indonesia."

"Takut. Gimana kalau baksonya dikasih fermipan?" sahut Sadako.

"Hah, apa?" tanya Genderuwo bingung.

"Itu loh, fermipan, sejenis larutan pengawet. Tapi mestinya bukan buat makanan. Menurut kabar yang beredar, banyak makanan yang dikasih fermipan biar awet. Padahal kan bahaya."

"Formalin kaleee maksud kamu," koreksi Genderuwo. "Fermipan tuh buat pengembang roti, aman."

"Oh iya, maksudnya itu," kata Sadako sambil garuk-garuk kepala.

"Tadi kan ada bacaannya, 'BEBAS FORMALIN'. Kalau kamu ragu, tes aja. Bakso yang pake formalin tuh kenyalnya beda. Keras gitu kalau ditekan, kayak karet."

Sadako melahap bakso sebulat penuh. "Enak nih, empuk, kayaknya aman. Sekarang aku ga skeptis lagi deh makan bakso di sini, yakin aman, enak pula. Akhirnya nemu jajanan favorit baru selain ramen dan pecel." Dia pun melanjutkan menikmati bakso dengan lahap.

"Kamu tuh kalau lagi makan statis ya," kata Genderuwo.

"Hah, apa?"

"Iya, statis alias diam. Biasanya dinamis, gerak terus ke sana kemari."

"Nghomhong ha-pahh?" Sadako menelan bakso lalu melanjutkan berkata, "Kamu kalau ngomong abstrak deh."

"Ga abstrak ah, orang konkret kok, sesuai kenyataan. Emang susah ngomong sama pandir kayak kamu."

"Pandir apaan?" tanya Sadako sambil mengambil bakso dari mangkuk.

"Pandir tuh, lawannya pintar." Genderuwo menyeruput es kelapa. Dia tidak ikut makan bakso.

"Maksud kamu aku bodoh gitu? Enggak ah, aku ada pinternya juga kaleee."

"Iya, tiap orang juga ada pinternya. Tapi, pandir kamu sekarang lagi menonjol."

"Auk ah gelap."

"Terang begini dibilang gelap," ejek Genderuwo.

Sruuup! Sadako menyeruput kuah bakso dengan nikmat. "Udah deh, jangan ngeganggu aku. Baca komik gih!"

"Gak ada komik di sini. Lagi pula, ogah. Aku lebih suka baca berita daripada komik. Lebih suka fakta daripada fiksi."

"Terserah deh. Ngomong-ngomong, kedai sini nerima pembayaran pake kartu kredit gak ya?" tanya Sadako setelah meneguk segelas air putih.

"Ini kan kedai kecil-kecilan, nerimanya uang tunai. Jangankan kartu kredit, kartu debit juga belum tentu nerima kalau gak ada mesinnya."

"Cara bayarnya sederhana ya, belum canggih."

"Yaaa, namanya juga kedai kecil."

Sadako pun beranjak menuju pedagang bakso dan membayar. Ia keluar kedai dan berjalan di sepanjang trotoar, diikuti Genderuwo.

"Eh, Uwo, harga baksonya murah loh, cuma sepuluh ribu. Kok ramen di sini mahal ya?"

"Mungkin karena bahannya mesti impor dari Jepang. Ekspor-impor barang atau makanan itu kan ada ongkosnya...."

"Oh begitu...."

                                * * * *

Sumber pustaka: http://kbbi.kemdikbud.go.id

Sumber inspirasi: Buku TPA (Test Potensi Akademik)



Cuap-Cuap Bikin PinterWhere stories live. Discover now