3. Permintaan Aki

4.7K 272 9
                                    

Menyegerakan menikah perihal yang baik untuk menjaga diri.

🌹🌹🌹

Lelaki pemilik berbahu lebar keluar dari kamar mandi. Ia mengelap badannya yang masih basah. Memantulkan sosok dirinya di depan cermin.

"Tampan." Memuji diri sendiri.

Terdengar suara ketukan pintu kamarnya dari luar. Pria itu memilih untuk menjawab dari dalam kamar.

"Iya?"

"Den, sarapannya sudah siap," ucap wanita paruh baya berkerja sebagai pembantu.

"Oke, Bi. Makasih."

Tangannya sibuk membenarkan dasi panjang yang menggantung di lehernya. Ia menyerah. Akhirnya ia keluar dari kamar untuk menyantap makanan yang sudah di siapkan.

Ia mengambil nasi goreng teri kesukaannya. Mencium aroma masakan bi Inah yang sedap dan menyantapnya. Bi inah memperhatikan leher majikannya yang masih belum di bentuk.

"Den, itu dasinya?"

"Ah iya, Bi. Biarin aja," jawabnya santai sambil menyendokkan nask goreng ke mulutnya.

"Sinih biar bibi bantu." Pria itu mengangguk. Setuju. Bi inah merapikan dasinya dengan lihay.

"Makanya den, cari istri biar ada yang makein dasi."

"Uhuk..uhuk."

"Ya ampun, ini den minumnya." Tangannya meraih minuman dengan cepat.

"Kan ada bibi yang bisa makein dasi."

"Kalo bibi terus yang makein nanti bisa-bisa den Hizam jatuh cinta sama bibi."

"Haha, si bibi bisa aja." Hizam menggeleng-geleng mendengar jawaban pembantunya.

"Oh iya, Den. Barusan aki nelfon. Katanya mau berkunjung kesini."

"Hmm aki ada apa ya, Bi. Tumben beliau kesini."

"Bibi kurang tau, Den. Soalnya aki cuma bilang mau berkunjung aja." Hizam memanggut-manggut sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.

Selesai sarapan aktivitas seperti biasa pergi ke kampus sebagai dosen. Ia menyalakan mesin kuda besi lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Hizam memakirkan mobil berwarna silver. Matanya melihat seorang pria yang pernah ia ditabrak olehnya.

"Assalamu'alaikum akhi." Sapanya.

"Wa'alaikumussalam, eh pak Hizam."

"Kamu yang saya temuin di gramed kan?"

"Ah iya, Pak." Hafizh menjawab kikuk. Ia merasa bersalah karna menabrak dosennya.

"Saya duluan ya, Fizh." Hizam menepuk bahu Hafizh lalu tersenyum.

Hizam berjalan santai ke tempat ruangan dosen prodi matematika. Ia di buat terkejut melihat mejanya penuh kado tepak makan, bunga serta coklat. Berkas-berkas dan buku tertutup semua.

"Pak, bu.. ada yang mau makanan ga? Mubazir nih, di meja saya banyak banget."

Para dosen berebut mengambil makanan yang ada di atas mejanya.

***

"Iya wa'alaikum salam. Masya Allah, aki apa kabar?" Hizam seraya tersenyum mendengar suara akinya dari benda persegi tipis itu.

"Alhamdulilah, aki baik. Nanti sore kamu pulang cepet ya. Aki mau ngomong sesuatu."

Hizam mengiyakan di telfon. Ia juga sudah menahan rindu kepada aki. Selepas kepergian kedua orang tuanya lebih tepatnya lagi meninggalkan untuk selama-lamanya bertemu sang maha pencipta. Aki lah yang menjadi pengganti kedua orang tua Hizam. Pria itu sangat menyayangi aki selebih beliau telah membantunya untuk biaya kuliah bahkan sampai sesukses ini. Aki menjadi perantara dari Allah.

Mr Cold ✓Where stories live. Discover now