4. Dilema

4.4K 240 13
                                    

Jika namamu yang tertulis di lauh mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan dalam diri kita. Tugasku bukan untuk mencari dirimu, tapi mensholehkan diriku.

🌹🌹🌹

Sepertiga malam adalah kesempatan baginya untuk mencurahkan isi hatinya lagi dan lagi kepada sang Maha pemberi cinta. Tentang kejadian kemarin sore, mendengar perkataan aki mengenai amanah dari orang tuanya untuk menikah di usia 25 tahun.

"Ya Rabb, sang pemberi cinta kepada hamba-Mu. Saya bingung tentang jodoh. Lantas siapakah wanita yang sudah mencuri tulang rusuk inih? Aku masih akan menunggunya, ya Rabb. Mengungkap dia lah yang telah mencuri tulang rusukku dan menyuruhnya untuk tanggung jawab. Menjadikan istriku, bidadari dunia dan akhirat. Ya Allah, Tolong pertemukan kita agar, saya bisa memenuhi amanah dari orang tuaku. Aamiin."

Hizam menutup doa mengusap kedua telapak tangannya ke wajahnya yang putih bersih. Beranjak dari tempat sholat tadi dan melipat sajadah yang menjadi alas baginya untuk menunaikan ibadah.

Ia kembali tertidur di temani benda yang berbahan busa. Terlelap dalam tidurnya mengarungi sebuah mimpi dimana dia menemukan sosok wanita yang tak begitu jelas rupanya. Wanita itu menggandeng tangannya dan tersenyum. Mimpi itu terlintas begitu saja lalu slide ke mimpi berikutnya. Terdapat dua bayi yang satu berjenis kelamin perempuan dan yang satu laginya berjenis kelamin laki-laki. Setelah itu mereka tumbuh sekitar umur 5 tahun. Kedua anak kecil bermain bersama. Berlarian kesana-kemari. Mereka membuat janji untuk selalu bersama sampai maut memisahkan. Tiba-tiba gadis kecil itu kecelakaan, membuat pangeran kecilnya menangis sejadi-jadinya.

Pria yang sedari tadi bermimpi itu terbangun. Mengucap istighfar. Mengusap mukanya dengan kedua tangan. Nafasnya memburu.

"Ya Allah, apa maksud mimpi itu?" Hizam menatap langit-langit kamarnya.

Semenjak kejadian mimpi itu, membuat ia merasakan dilema. Sempat berfikir apa ada kaitannya dengan aki menawarkan ta'aruf bersama anak dari kenalannya.

Tangannya mengetuk-ngetuk meja. Tatapannya kosong melihat laptop. Dia buka laci, disitu terdapat buku diary lamanya yang sudah usang. Berkertas kuning kecoklatan. Ia buka lembar demi lembar. Otaknya kembali ke memori lama. Janji dimana ia berucap kepada peri kecilnya.

"Peri, kita akan hidup bersama. Aku janji akan jagain peri." Terlintas percakapan itu difikirannya.

"Apa maksud semua ini? Apa saya harus menunggu dia? Bahkan sampai saat ini saya tidak tau keadaannya. Setelah kejadian kecelakaan itu, apakah dia masih hidup atau sudah meninggal?"

***

Hizam mendapat pesan dari sahabatnya lewat whatsApp. Pesan itu mengajak dirinya untuk meminum kopi dan mengobrol di caffee. Ia menyetujuinya.

Menempuh perjalanan beberapa menit dari rumahnya ke tempat yang sudah di janjikan. Ia membuka pintu tempat tersebut. Memilih tempat duduk yang berada di pojok kanan. Belum lama menunggu, temannya datang dan menyalaminya.

"Udah lama nunggunya?"

"Ngga ko, Suf. Baru datang."

"Oh oke. Aku pesen kopi dulu ya." Baru saja beranjak dari tempat duduk. Hizam memanggilnya.

"Suf, udah aku pesenin kopi. Duduk aja." Ia duduk kembali.

Mr Cold ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang