8. Sakit Hati Terhebat

3.3K 184 16
                                    

Bunda..
Wanita terhebat.
Mampu menahan semua penderitaan. Berbohong untuk menyembunyikan kesedihanmu hanya demi malaikat kecil.
Allah akan menggantikan pengorbananmu dengan surga yang Allah janjikan. Insya Allah..

🌹🌹🌹

Rahma dilarikan di rumah sakit terdekat. Di samping hanyalah Hizam yang selalu menemani sampai Rahma masuk ke dalam ruangan. Ia mondar-mandir khawatir terhadap wanita paruh baya tersebut. Tanpa berfikir panjang, ia menelfon Zava.

"Zav, ayo dong angkat-angkat," ucapnya sambil menempelkan handphone di telinga.

"Assalamu'alaikum. Kenapa, Zam?" Wanita itu mengangkat telfonnya.

"Wa'alaikum salam. Ma-maaf Zav, Bunda kamu.." Hizam tidak sanggup melanjutkannya.

"Bunda kenapa, Zam?" Zava yang ada di seberang menampakkan wajah yang sangat khawatir.

"Bunda kamu kecelakaan."

"A-apa?! Tolong share loc secepatnya! Aku akan kesana." Zava langsung mematikan telfonnya tanpa mengucapkan salam.

Kepala Hizam bersandar di tembok. Rasa khawatir menyelimuti dirinya. Memang Rahma bukanlah ibunya, tapi di saat ini ia merasakan kejadian dulu yang menimpa dirinya. Menjadi korban sakit hati yang hebat. Kedua orang tuanya meninggal karna pesawat yang mereka tumpangi jatuh ke dasar laut. Kabar itu membuatnya merasakan kehilangan. Berat rasanya mengikhlaskan kepergian kedua sosok yang berperan penting dalam hidupnya. Hingga aki menjadi pengganti kedua orang tuanya.

Setengah jam Hizam menunggu. Zava dan Hafizh datang sambil berlari.

"Zam, gimana keadaan, Bunda?"

"Saya belum tau, Zav. Dokter belum keluar dari ruangan."

Sedari tadi Hafizh menangis, memang ia sudah kuliah. Tapi tidak ada salahnya ia mengeluarkan air matanya untuk seorang bunda.

Hizam terkejut ternyata muridnya adalah adiknya Zava tapi bukan saatnya menegur sapa kalau dia adalah mahasiswanya. Ia mencoba menenangkan hati Hafizh yang hancur melihat bundanya berjuang sendirian disana.

"Fizh, kamu yang sabar yah. Kirimkan do'a untuk kesembuhan beliau."

"Iya, Pak. Pasti saya mendo'akan, Bunda."

Sedangkan Zava mencoba menelfon ayahnya. Tetapi telfonnya tidak diangkat sama sekali.

"Mba, ayah belum ngangkat juga?" ucap Hafizh.

"Belum, Fizh. Mba lagi berusaha hubungin, Ayah. Kamu berdo'a terus ya." Hafizh mengangguk pasrah.

Belum lama kemudian Akhlan mengangkat telfonnya. Zava menceritakan semuanya di telfon. Zava menyuruh ayahnya pulang untuk menemui Rahma yang terbaring lemah di rumah sakit.

2 jam menunggu, dokter keluar dari ruangan Rahma. Buru-buru Zava menanyakan keadaan Rahma.

"Dok, gimana bunda saya?"

"Ibu Rahma sedang kritis. Kamu yang sabar ya. Tolong jangan lupa mendo'akan beliau."

"Dokter, bu Rahma tiba-tiba siuman. Dia ingin bertemu anaknya bernama Zava dan Hizam," ucap suster.

Mr Cold ✓Where stories live. Discover now