14. Aroma Maskulin

3.3K 197 18
                                    

Wanita itu seperti cermin kalau sudah pecah memang bisa di satukan lagi tapi pantulannya tidak sempurna. Seperti halnya wanita mudah memaafkan tapi sangat sulit melupakan.

🌹🌹🌹

Kedatangan Aki yang mendadak membuat pasangan suami istri gelagapan. Mereka berdua mencoba berakting layaknya suami dan istri sebenarnya.

Ruang tamu.

"Kalian apa kabar?"

"Alhamdulilah Aki, kita berdua baik," jawab Zava. "Aki sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulilah Aki sehat. Kalian berdua belum sempet honeymoon kan?" Mereka berdua menaikan satu alisnya. Terlihat raut wajah kebingungan diantara keduanya. Entah angin apa yang membuat Aki menanyakan hal tersebut.

Kata honeymoon itu masih berputar-putar memenuhi otak Zava. Apa mungkin secepat ini dia harus mengikhlaskan tubuhnya untuk memenuhi hak suaminya. Sedangkan di hatinya masih belum ada sepercik cinta.

"Iya Ki, memangnya kenapa?" ucap Hizam dengan lemah lembut.

"Ini ada 2 tiket ke Bali buat kalian. Mungkin aja sepulang dari Bali, Aki punya cucu dari kalian."

Zava dibuat melongo mendengar perkataan Aki, sedangkan Hizam sendiri masih stay muka datar.
"Insya Allah, Ki. Nanti diusahakan."

Hah apa dia bilang diusahakan? Ini beneran?

"Zava ko melamun terus, Apa kamu lagi sakit, Nak?" Ucapan Aki membuat lamunannya membuyar. Sebaik mungkin ia mengatur mimiknya.

"Ngga ko, Ki. Zava baik-baik aja."

"Yasudah, Aki pulang dulu ya."

Mereka berdua mengantar Aki sampai ke pintu depan. Kemudian mobil pria tua itu menghilang meninggalkan pelataran.

Hizam pergi ke kamar, sedangkan Zava kebingungan tentang hal ini. Kemudian Zava memilih untuk membicarakan semuanya kepada Hizam.

Tok..tok..tok

"Masuk," sahut pria dari dalam.

"Zam, aku ganggu kamu ga?"

"Ngga, memangnya kenapa?"

"Hmm masalah-"

"Kita akan liburan ke Bali besok. Jangan lupa siapin baju kamu." Hizam memotong pembicaraan Zava. Dia tau arah pembicaraannya akan kesitu.

Zava mengangguk, nggak mungkin ia membantah perkataan suaminya. Bisa-bisa ia berdosa karna itu.
"Nanti malam aku siapin baju kamu juga ya."

Lalu ia pergi meninggalkan Hizam yang masih terdiam. Pria itu sangat suka diam, padahal kemarin-kemarin ia begitu hangat kepada Zava. Sifatnya yang berbeda membuat Zava pusing menyikapinya.

Malam itu Zava menghampiri kamar Hizam, ternyata dia sedang membaca buku. Zava mengambil koper yang ada di atas lemari, sampai-sampai ia menggeser kursi untuk mensejajarkan tingginya dengan lemari. Tangannya susah meraih koper tersebut, karna tingginya masih kurang untuk mengambil benda itu. Zava tidak sadar, kalau kaki satunya akan terjatuh.  Hingga tubuhnya merasakan kehilangan keseimbangan...

"Aaaaaaaaaa.." Zava merasakan tubuhnya ditangkap oleh seseorang. Ia buka matanya pelan-pelan. Ternyata benar, posisi Zava sedang ada di pelukan Hizam.

Jantung Zava berdetak kencang, apakah pria itu mendengar suara jantungnya yang tidak beraturan?

Koper yang ada di atas seperti menggeser ke bawah. Hizam yang mendongakkan kepalanya, mencoba untuk menghindar dan menarik Zava kedekapannya.

Mr Cold ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang