6. Khitbah yang Tak Di inginkan

3.6K 210 21
                                    

Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.
-Ali bin Abi Thalib-

🌹🌹🌹

Mata salwa berbinar. Sempat ia terharu dan sedikit mengeluarkan air mata karna bahagia. Mendengar kalimat yang dilontarkan dari mulut Yusuf.

"Iya Mas aku mau." Yusuf berdiri dan tersenyum.

"Kira-kira Zava bakalan jawab seperti itu ga ya? Mmm Tadi terlalu lebay ga sih?"

Salwa membeku seketika. Apakah yang dimaksud hanya latihan untuk melamar sahabatnya? Hatinya hancur. Ia menahan isak tangisnya.

"Ma-maksud, Mas?" Salwa berbicara terbata-bata. Menanyakan kembali untuk meminta kejelasan.

"Tadi saya latihan untuk ngelamar Zava. Kira-kira dia bakal nerima ga ya? Sal, dia juga suka bunga mawar kan?"

Deg!

Salwa memalingkan wajahnya mengusap air mata yang hendak jatuh ke pipi. Rasanya ini tidak adil. Kenapa perasaannya untuk Zava? Ia kembali menatap Yusuf menahan kegetirannya.

"Insha Allah, Mas. Pasti di terima. Dia suka bunga tulip." Raut wajah Yusuf kembali semangat.

"Mas, aku pergi dulu ya karna ada hal penting. Maaf."

"Oh iya nggak apa-apa. Makasih ya, Sal."

Salwa berlari sekencang mungkin. Ia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Sesak. Ya, tentu. Hatinya tidak bisa berbohong. Orang yang ada di dalam do'anya mencintai sahabatnya sendiri. Salwa benci dengan kedua orang yang ia sayangi.

Hujan turun ke bumi sepertinya langitpun ikut menangis melihat seorang wanita yang hatinya hancur mengharapkan manusia yang belum pasti.

Salwa merasa dirinya bodoh telah mengharapkan sosok pria yang belum pasti berjodoh dengan dirinya. Ia juga menyesal karna sempat menaruh hati kepada seseorang yang salah. Rasanya tak layak menduakan cintanya kepada Rabbnya.

***

Zava berdiri berjalan mondar mandir memikirkan sesuatu tentang pria kutub bernama Hizam. Hatinya seolah menolak ta'aruf dengannya tapi di satu sisi hatinya ia ingin mengenal pria itu.

"Astaghfirullah kenapa aku mikirin dia sih?! Aish.." Tangannya memukul kepala pelan.

"Mungkin karna jatuh cinta kali." Celetuk Hafizh di ambang pintu. Zava melirik tajam. "Wih matanya euy udah kaya elang yang siap mengejar mangsanya."

"Hafizh!!"

Adiknya bernama Hafizh berlari karna takut amarah Zava makin membeludak. Hendak ingin mengejar Hafizh, benda yang ada di genggamannya bergetar. Tertera nama Yusuf menelfonnya. Ia menggeser panel hijau.

Wajah Yusuf mengukir senyuman indah di balik telfon padahal Zava tidak akan tahu dia tersenyum.

"Assalamu'alaikum. Zav, tar malem saya mau ke rumahmu," ucap Yusuf di seberang.

"Wa'alaikumussalam. Mmm buat ap-"

Tut..tut..tut..

Belum sempat bertanya, telfonnya di matikan secara sepihak.

"Dasar aneh."

Mr Cold ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora