I love you forever

7K 922 801
                                    

Selesai makan malam, aku langsung bergegas menuju loteng tempat dimana tadi malam aku menghabiskan waktu bersama Om Calum. Kembali duduk terdiam masih dengan iPod ku yang mengumandangkan lagu dari band Turnover yang berjudul Like Slow Disappearing.

Ibu bilang, saat masa kuliah, dia menggalaui mantan-mantannya melalui lagu-lagu dari Turnover. Dan tentu saja Ibu tidak memperdengarkan ku lagu dari EP perdana mereka, karena saat itu musik mereka masih terdengar terlalu keras untuk ku. Jadi benar, album pertama mereka lah yang Ibu perdengarkan pada ku. Judulnya Peripheral Vision dan aku sangat menyukai mereka.

Over our heads in a daze,
We sat and watched while the setting changed into,
Something I read in a book that I loved when I was young

Dan bersamaan dengan satu angin yang berhembus, Om Calum datang dan duduk di samping ku lagi seperti tadi malam.

Entahlah, aku juga tidak mengerti apakah perasaan sakit hati yang ia timbulkan adalah wajar atau tidak untuk seorang anak kecil seperti ku yang bahkan belum sepenuhnya mengerti kerumitan orang dewasa.

Aku ingat saat bersamaan dengan cerita di balik lagu ini, Ibu mengatakan bahwa suatu saat aku akan mengerti tentang segala hal secara perlahan dan pada akhirnya semuanya akan terasa masuk akal. Saat itu umur ku tujuh tahun dan aku adalah seorang anak yang selalu ingin tahu segala hal.

"You're being so silent this afternoon, got a story?," tanya Om Calum sambil melilitkan ku selimutnya. "Also, you came earlier here".

Aku hanya mengedik dan menarik napas, lalu mengistirahatkan pipi ku pada selimut hangatnya.

Dan ya tuhan, menatap Om Calum kini rasanya sangat berbeda dan aku mau nangis.

Apa yang haru ku lakukan? Apakah aku harus bertanya langsung padanya? Atau aku hanya harus pura-pura tidak tahu sebagaimana tiga jam belakangan berlalu.

"Om?". Pada akhirnya aku tidak tahan untuk berbicara kepadanya. Mungkin aku sudah cukup sedikit dewasa untuk mengetahui sesuatu seperti apa kata Ibu.

Om Calum malah tertawa. "You know what? You never called me like that with those eyes and now you're scaring the shit out of me. But what's up?".

Bayangan wajah Bad seketika terlintas di benak ku. Dan segala kemungkinan saat dia tahu apa yang tadi terjadi. Tentu saja semua itu membawa air-air dari dalam tubuh ku memaksa keluar walaupun sekuat tenaga aku berusaha untuk menjadi sedikit dewasa.

"When Bad was away yesterdays, and I was left alone with you guys, why would you be able to take care of me, you know, and did everything?".

Tidak langsung menjawab, Om Calum malah menatap ku. "You are my niece, and away from parents, Ashton was busy with Toby and you just couldn't easily rely on Michael, so you must be know who was left there?".

Ya tuhan, kalian tahu kan lagu Bad dan kawan-kawannya yang berjudul Vapor. Dan bagaimana situasi ini mengingatkan ku pada baris liriknya. If I don't look into your eyes, its almost like a perfect lie. Kira-kira begitu baris yang ingin ku nyanyikan di depan Om Calum. Tapi sayang suara ku tidak sebagus Bad dan aku sudah mulai sesegukan.

"What's going on here, little darling? What's with the crying???". Om Calum terdengar sangat mendesak untuk ku memberikan jawaban. Tapi apakah semuanya akan baik-baik saja saat aku mengeluarkan segalanya?

AUSTRALIANS 3 [5SOS] (slow update)Where stories live. Discover now