Paris Encounter

4.5K 558 460
                                    

"Wendy, darling, come on wake up, honey, its me".

Suara itu dalam sekejap membuat ku membuka mata dan menemukan seorang raksasa berdiri memerhatikanku.

Oh, ternyata bukan. Itu hanya Bad yang menaiki meja rias di samping lemari yang atapnya baru kutiduri semalam. Di kamar Om Calum dan Bike.

Aku langsung berdiri dan berhambur ke pangkuan Bad. Semalam tadi terasa seperti seribu bulan. Lama banget dia pulang.

Dan karena aku tadi malem ngambek, akhirnya aku memutuskan untuk memanjat lemari dan tidur di atasnya.

Om Calum semalaman terus membujukku untuk turun sampai-sampai kami harus kuat-kuatan gak tidur karena aku takut saat aku tidur, ia akan menggendong ku turun. Dan pada akhirnya Bike berkata kepada Om Calum jika ia harus membiarkan ku tidur di sana. Kata Bike, kalo ngantuk juga nanti turun. Tapi kini aku buktikan padanya jika, lihatlah, aku mampu bertahan di atas sini sampai pagi ini Bad menjemputku.

Bad menciumiku dengan Om Calum yang bersanding di sebelahnya, sementara Bike masih asyik dengan mimpinya dengan gaya seperti foto model di atas kasur. "And now, you're gonna say sorry to Calum or I tell Ibu that you sleep over the wardrobe again?". Suara Bad begitu indah dan tenang. Tapi sangat mengancam ya.

Aku memiringkan senyum dan memegang tangan Om Calum untuk salim. "Sorry," kataku masih setengah sadar.

Lagipula sebenarnya aku tahu aku tidak seharusnya marah kepada Om Calum. Orang dia gak ngomong apa-apa tadi malem. Tapi aku sadarnya telat dan udah terlanjur marah sama dua duanya, jadi biarin ajadeh.

Bad lalu membawaku kembali ke kamar kami dengan Ibu yang masih berleha-leha di atas kasur. Bad bilang ia akan pergi jogging bersama Om Calum, jadi ia meninggalkan kami berdua.

Ibu memeluk ku dengan setengah sadar sebagaimana ia selalu memelukku setiap pagi. "Pagi, Wen, sedih banget mukanya?".

Ibu cantik. Meski tanpa bedak. Tapi aku sebenernya anak siapa ya?

"Bu, aku boleh tanya gak?," aku akhirnya memberanikan diri. Mumpung Ibu belum begitu sadar, artinya dia gak bisa bohong kan.

Dengan mata yang kembali terpejam, Ibu lalu mempersilahkan ku bertanya.

Aku mengembuskan napas sambil bengong ngeliatin langit-langit kamar. "Aku ini anak siapa ya, Bu? Anak Bad atau Om Calum, sih?".

Dan sebagai jawabannya, aku hanya mendengar gelakan ringan dari Ibu. "Pasti kamu digodain Bike lagi, ya?".

Memang setelah semua kebingungan ini, aku beberapa kali mengadu pada Ibu dan Bad tentang apa yang ku dengar. Namun mereka bilang, itu semua hanya bercandaan dan tidak ada kaitannya dengan masa kini.

"Tapi kenapa harus Om Calum gitu kan?".

Ibu lalu membalikkan tubuh dan menatap ku dengan mata yang masih pengen merem. "Wen, kalau kamu anak Om Calum, mana mungkin kamu mirip gini sama bapakmu. Matanya indah, senyumnya indah, rambutnya juga in- ASTAGA WENDY INI APAAN????!!!!!,,,,,".

Pada akhirnya mata Ibu tak lagi mengantuk. Ia lalu bangun dan bergegas mengenggam tangan ku menuju kamar Om Calum dan Bike tanpa sempat aku menjawab pertanyaannya.

Dengan tidak sabar ia menekani bel kamar sambil mengetuk pintu keras-keras tanpa memikirkan kelelapan tidur Bike, karena memang itu tujuannya.

Bike membuka pintu dengan rambut rainbow yang masih acak-acakan walaupun memang selalu acak-acakan.

Belum sempat menyapa ataupun bertanya maksud tujuan kami, Bike langsung terkena semprotan maut Ibu. "INI ANAK GUE LO APAIIIIN, HAAAAH?".

Aduh, Ibu, plis deh, marah-marahnya kaya ibu-ibu di rumah susun gini. Gak style.

AUSTRALIANS 3 [5SOS] (slow update)Where stories live. Discover now