Orang Tua ku Mengkhianati Ku

5K 752 1.2K
                                    

Angin musim panas Paris terus menerpa rambut ku. Dan bagaimana hal tersebut harus membuat ku berkali-kali menyibakkannya ke belakang, sebelum akhirnya Bad menyisirinya dengan tangan, lalu mengikatnya.

Aku, Bad dan Ibu. Akhirnya liburan musim panas ini terdengar indah. Dengan menara Eiffel menjulang tinggi sebagai pemandangannya, Bad lalu kembali menopang tubuhnya dengan kedua tangan ke belakang sebagai penyangga. Lihatlah, panjang rambutnya kini hampir mengalahkan ku. Monang.

Ibu sibuk menyiapkan perbekalan yang kami bawa untuk piknik sore ini di lapangan dekat menara Eiffel. Ternyata nasi liwet dengan resep rahasia nenek adalah pilihan Ibu kali ini. Tidak lupa dengan ayam goreng dan sambel terasi kesukaan Bad ala Ibu.

Piknik keluarga seperti ini sebenarnya sering kami lakukan saat Bad pulang ke Bandung. Bersama keluarga Ibu tentunya. Atau juga saat keluarga Bad berkunjung ke Bandung. Kita akan beramai-ramai piknik di belakang rumah Nenek. Tapi sekarang, dengan menara Eiffel sebagai latarnya, tentu piknik ini bukan piknik biasa.

"WENDY JANGAN LARI-LARI NANTI KAMU KESELEK!". Teriakkan Ibu membuat ku menghentikan langkah. Melihat ke sekeliling ku yang kini juga ikut memerhatikan Ibu. Mungkin mereka semua namanya Wendy. Hehe.

Haduh Ibu gatau apa, aku lagi caper sama anak bule yang main bola di sana?

Iya. Anak bule yang mungkin seumuran ku. Yang sekarang sedang main bola bersama adiknya mungkin. Atau kakaknya. Atau sepupunya. Atau tetangganya? Gatau deh.

Aku berbalik dan menghampiri keluarga ku lagi dengan masih menatap anak bule itu.

Kalau aku bilang sama Ibu, anak bule itu ganteng, pasti dimarahin deh. Soalnya kata Ibu aku gak boleh suka-sukaan sebelum aku mens. Tapi kenapa Ibu terus-terusan mau jodohin aku sama tukang cilok??? Pusying.

Ibu lalu kembali menyuapi ku dengan nasi dan ayam. "Kamu tuh kalau lagi makan ga boleh jalan-jalan tau, duduk aja di sini udah".

"Wen, guess where am I going to take Ibu tonight?," Bad mencoel lengan ku dengan senyum sok menggodanya pada Ibu.

Aku terdiam. Tentu saja Bad melupakan sesuatu. Betul. Dia melupakan ku. Dia lupa untuk menambahkan kata 'Wendy' pada kalimatnya. "Ibu and me?," koreksi ku cepat. Mungkin dia lupa kalau dia udah punya anak.

"Luke, she's not gonna be pleased," Ibu menggeleng cepat kepada Bad sambil melotot.

Wah gaenak nih perasaan saya.

Bad lalu memasang wajah menyesal. Lebih tepatnya menyesal karena keceplosan menanyakan hal itu kepada ku. "I'm sorry darling, I intended to have a romantic dinner with Ibu, just both of us," Bad lalu pura-pura cemberut padahal dalam hati berkata alhamdulillah gak ada wendy.

Aku langsung memonyongkan mulut ku dengan nasi yang masih belum ku telan sambil melirik kedua orang tua ku sinis. Apakah mereka membawa ku sore ini ke sini hanya untuk menyogok ku?

Kenapa mereka berdua tega melakukan ini semua kepada ku? Akukan anak mereka. Harusnya mereka ajak aku juga kan. Parah dah.

Apa aku kabur aja ya terus kawin lari sama anak bule yang lagi main bola itu? Ah tapi Bad sama aku juga cepetan Bad kan larinya, pasti nanti aku dikejar.

Aku menyeka air mata ku yang tak ku niatkan. Tak menjawab sama sekali semua hal yang mereka katakan.

Ibu terus menyalahkan Bad atas apa yang dia lakukan. Membuat ku menangis dan tak mau menelan makanan. Bahkan usapan di kepala oleh Ibu tak mampu meredam tangis ku. "Perasaan kemarin pas ditinggal Bad pulang, kamu gak nangis kan? Ko ini nangis mau ditinggal sebentar aja?".

Yeh. Dia gatau aja aku tersiksa.

"You will stay with Calum and Michael, Wen. I have asked them to take you to the carnival tonight, okay?," rayu Bad dengan senyum yang katanya bisa memabukan wanita sejagat raya uhuy.

AUSTRALIANS 3 [5SOS] (slow update)Where stories live. Discover now