18. ji hansol

89.6K 19.6K 1.2K
                                    

"Jelasin dari awal. Semuanya."
  
   
   
   
  
   

  
  
  
Setelah kejadian di salon tadi, seperti orang bodoh kami ㅡaku, Yura, dan Hansol, berpura-pura pada Lijin kalau namaku adalah Jaemin dan kami teman yang sudah lama tak bertemu.
  
  
Sesegera mungkin kami menuju flat Yura dan meluruskan semuanya ㅡwalaupun kami semua sama-sama bingung harus mulai darimana...
   
   
  
Sementara Jaemin mengulang semua ceritanya pada Hansol, aku melirik Yura yang tampak pucat dan berkeringat dingin.
   
   
   
 
"Yura, kamu kenapa?" tanyaku mengguncang pundaknya.
  
  
Yura menoleh padaku.
"Menurut lo?!" desisnya pelan. "Tiba-tiba gue ketemu dua orang yang bisa liat dan ngobrol sama hantu, dan hantu itu ada di rumah gue, dan hantu itu Jaemin?"
   
   
Aku meringis.
Tidak salah sih kalau Yura kaget, semua ini memang tidak masuk akal dan sebelumnya Yura tidak tahu tentang 'kelebihanku'.
   
    
     
"Sorry," ucapku. "Yeah, aku nggak tau harus bilang apa lagi."
  
  
    
Yura menepuk-nepuk pipinya sendiri lalu berjalan ke kulkas untuk minum air dingin.
   
   
 
"Hey," Hansol menepuk pundakku dari samping.
  
  
Aku menoleh.
"Y-ya?" tanyaku canggung.
   
   
"Gue udah denger semuanya dari Jaemin. Thanks ya, udah jaga dia sampe sekarang," ucapnya.
  
  
"Hmm," gumamku sambil mengangguk.
 

Aku memiringkan kepalaku sehingga pandanganku tidak terhalang pundak Hansol.

Kulihat Jaemin masih duduk di tempatnya dengan ekspresi aneh, seperti sedang brainstorm.
   
   
  
"Dia kenapa?" tanyaku pada Hansol sambil menunjuk Jaemin.
   
  
Hansol menghela nafas.
"Mungkin dia makin bingung. Yeah, gue nggak bisa bantu banyak.
Sebelum gue 'diasingkan', gue cuma sempet denger nama Jaemin disebut-sebut Sarah dan Jeremy waktu ada pertemuan gankster di SM sekitar setahun yang lalu."
   
  
"Jeremy?" ucapku tanpa sadar.
Nama itu rasanya pernah kudengar ㅡtidak banyak nama Jeremy di Korea.
   
  
"Yeah, bagian dari kerjasama SM dan gankster Black Byun ㅡah, terlalu panjang ceritanya. Gue pusing," Hansol mengerutkan dahinya.
  
  
"Kamu sendiri kenapa bisa ada disana waktu itu?" selidikku.

Well, tidak ada salahnya kan waspada.
   
  
Hansol tertawa getir.

"Gue tau lo fangirl NCT. Lo pikir kenapa?" tanyanya dengan senyum sarkastik.
"Gue lagi protes lah karena nggak debut-debut!"
   
     
      
Aku jadi merasa tidak enak.
Pasti menyakitkan rasanya sudah trainee bertahun-tahun lalu dibuang begitu saja.

"Ng... Sorry. Aku nggak bermaksud..."
   
   
"Nggak apa-apa," jawabnya enteng. "Lagian sekarang gue udah bebas sepenuhnya. Gue udah leave, officially."
  
 
     
Hatiku mencelos mendengarnya.

Walupun sekarang batas antara kenyataan dan dunia fangirl bagiku terasa kabur, tapi aku pernah menjadi salah satu dari fans mereka.
  
Aku pernah menjadi fangirl normal yang histeris menonton rookies channel, nct life, showcase...
   
  
Yeah, rasanya itu sudah lama sekali.
   
   
   
 
"Maaf hyung, ini semua gara-gara gue," kata Jaemin yang tiba-tiba bergabung dengan kami.
  
 
Hansol menggeleng.
"Enggak. Gue cuma ada di tempat dan waktu yang salah."
  
  
"Sebentar..." aku menyela. "Kenapa nggak ada yang tau kalo kamu bisa liat arwah?"
  
  
"Hmm," gumam Hansol. "Karena gue benci kemampuan itu. Gue berusaha menganggap kalo gue nggak punya kemampuan itu."
  
   
      
Aku menghela nafas.
  
Masuk akal sih, kadang-kadang juga aku benci melihat arwah-arwah mengerikan mengikutiku, menyentuhku, memelototiku.
 

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt