40. fate

79.7K 18.5K 4.6K
                                    

"13 Agustus 2000, ada dua pasang bayi kembar yang lahir di tempat yang sama," tanpa mengendurkan cengkeramannya di leherku, Livia terus bercerita. "Itu aku, Lucifer, Na Jaemin dan Na Jaeyoon."















"Terus kenapa...? Apa salahnya dua pasang kembar lahir di waktu dan tempat yang sama?" tanyaku to the point.

"Tentu ada salahnya," Livia menyeringai. "Aku yakin kamu udah tau cukup banyak tentang keluarga kami. Kami bukan orang biasa ㅡsemua kesuksesan yang keluarga kami punya itu karena leluhur."

Aku tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa mengejek.
"Ya ampun ㅡini udah abad 21. Aku nggak menyangka kamu sekuno itu."

"Kuno? Noㅡ we just follow the rules."

"What rules?"

"Apapun yang leluhur kami bilang," jawab Livia. "Dan sialnya, di hari itu muncul ramalan; dari empat anak, cuma dua yang bisa bertahan hidup."

"Apa?" aku sangsi. "Itu cuma ramalan ㅡcome on, kita hidup di jaman modern yang semuanya serba masuk akal!"

"Itu menurutmu," sangkal Livia. "Kamu nggak tau apa-apa. Coba kamu tanya berapa kali Jaeyoon dan Jaemin hampir celaka selama hidupnya?"








Aku melirik Jaeyoon yang sepertinya mulai dilumpuhkan cairan yang terinjeksi ke kakinya.







"Let's just get this straight ㅡmaksudnya apa sih sebenernya?"

"Udah cukup jelas, kan? Ramalan itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Harusnya kalau Lucifer mati, Na Jaemin juga mati.
Tapi dia hidup! Curang, kan?"

"Itu bukan curang! Itu takdir!" protesku.

"Takdir yang curang," Livia menggertak. "Tapi ternyata ada cara lain, Lucifer bisa hidup dalam tubuh Jaemin atau Jaeyoon ㅡkarena ikatan takdir diantara kami."







Selama beberapa saat aku mencerna omong kosong Livia. Masih percaya hal semacam itu ㅡdia ini bodoh atau apa?







"Oke, aku ngerti," ujarku. "Tapi aku bingung... darimana kamu tau semua ini?"

"Mendiang ibuku, dan dia," Livia menunjuk Lucifer yang sedang menyeringai mengerikan padaku.

"Liv, aku mungkin nggak tau apa-apa tentang keluarga kalian ㅡtapi yang aku tau, arwah nggak akan bisa bertahan sampai selama ini di dunia," ujarku. "Kecuali ada campur tangan iblis."

Seringai di wajah Lucifer lenyap, berganti dengan kemarahan.
"Jangan dengerin dia, Liv."

"Iblis?" Livia mengacuhkan adiknya.

"Ya, mungkin selama ini dia bukan Lucifer," ucapku lirih.

"Nonsense! Liv, time's up ㅡliontinnya, ambil liontinnya!" desak Lucifer.







Livia tampaknya ragu karena didesak dua pihak, tapi tetap saja tangannya terarah ke dadaku.







"Liv, please. Pakai akal sehatmu," bisikku padanya sambil mencengkeram liontin di dadaku. "Lucifer udah meninggal, itu takdirnya dan harusnya kamu membiarkan dia tenang di alamnya."

"Shut the fuck up," desis Livia. "Kamu tau? Mereka lebih suka Lucifer yang tetap hidup, karena dia laki-laki penerus garis keturunan Byun. Ibuku juga meninggal karena nggak bisa terima kenyataan anak kesayangannya mati mudaㅡ"

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora