35. plan

79.7K 19.5K 4.9K
                                    

"NGGAK BOLEH."






Bibirku mengerucut mendengar tolakan mentah-mentah ayahku.
Ini sudah ketiga kalinya aku bilang aku sudah sembuh dan aku mau membantu investigasi kepolisian, dengan sukarela menyusup ke lantai 13 ㅡbangsal khusus Black Byun.

Aku sudah membaca dan hafal di luar kepala isi flash drive dari Ten setelah mempelajarinya beberapa hari belakangan. Ternyata mereka memang gangster besar ㅡcukup kaya untuk menyewa satu bangsal rumah sakit menjadi 'hotel' pribadi.


"Please," aku memohon lagi. "Aku pasti nggak dikenali mereka, kemungkinan berhasilnya lebih besar."

Ayahku menatapku galak.
"Ini semua nggak segampang itu, Kim Alice," ujarnya. "Mereka itu gangster jinak, tapi beberapa anggotanya ada yang berbahaya."

Aku mengerjap karena tidak mengerti kiasan yang digunakan ayahku.
"Appa," suaraku mulai putus asa. "Masalahnya, nyawa seseorang bisa terancam kalau kita nggak bergerak cepat."

"Siapa? Siapa sih sebenernya seseorang itu?"

Walaupun mulutku sudah terbuka, aku menutupnya lagi karena belum menyiapkan jawaban yang tepat.

"Dia..." aku melirik Jaemin. "Temenku, temennya Mark juga, inget kan?"

"Si Magu?"

"Ya, Magu," aku mengangguk walaupun nama itu benar-benar membuatku geli.

"Hadeh," ayahku menghela nafas sambil bersandar di sofa. "Remaja jaman sekarang makin aneh aja pergaulannya."

"Appa~" rengekku. "Please~"

Ayahku menatapku curiga, tapi dia tampak mulai luluh ㅡentah karena kasihan atau bosan mendengar ocehanku.

"Kamu yakin, dia ada di sana?" tanya ayahku serius.

"Yakin," aku mengangguk mantap walaupun dalam hati tidak begitu yakin. Ahㅡ andai saja aku bisa mengingat dimana tepatnya Jaemin disembunyikan.
"Kami curiga sama Livia Byun, by the way."

"Livia?" ayahku mengerutkan dahi. "Catatan kriminalnya bersih. Dia nggak mencurigakan, tapi dia datang ke lantai 13 cukup rutin."

Aku menahan nafas dan bertukar pandang dengan Jaemin.

"Appa ingat Na Jaeyoon?"

"Jaeyoon... Ah, ya anak itu. Kenapa?"

"Yang diculik Livia itu kembarannya," ucapku perlahan.

"Hah?" ayahku kaget. "Kim Alice, sebenernya udah sejauh apa sih kamu terlibat?!"

Jauh, sangat jauh.

Beyond infinity.

"Appa," ucapku lesu. "Aku cuma mau bantu mereka, that's all."

Lagi-lagi ayahku hanya bisa menghela nafas serba salah. Selama ini aku selalu menjadi anak penurut, jadi dia percaya saja dengan semua perkataanku.

Akhirnya ia berjalan mendekat, lalu duduk di samping tempat tidur pasien.
"Oke, nak, kita buat perjanjian aja," ucapnya. "Kamu jangan nekat terlibat lagi, tolong."

"Tapiㅡ"

"Sebagai gantinya," ayahku memotong. "Biar nanti polisi yang urus semuanya. Bukti dan perintah penangkapan Byun Daesik hampir lengkap. Nanti, waktu penangkapan, appa janji bangsal itu digeledah total."

Aku terdiam mencerna kata-kata ayahku.
"Dan kalau dia ada, appa janji mau bawa dia keluar?"

Ayahku mengangguk.

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Where stories live. Discover now