33. lucifer

75.3K 17.9K 6.2K
                                    

Aku masih terdiam di tempat ㅡmempertimbangkan untuk lari atau pura-pura bodoh atau meladeni arwah anak kecil yang melangkah semakin dekat ke arahku.



"Siapa kamu?" tanyanya sekali lagi. "Nggak ada yang boleh masuk ke kamar-ku."

Aku sudah biasa menghadapi berbagai jenis arwah, saat ini aku bisa merasakan arwah anak ini sangat kuat dan penuh dendam walaupun wajahnya polos.

"Jawab, tolol," katanya dingin.

"Aㅡ aku..." gagapku sambil terus mengawasi matanya yang terus menatapku. "Aku cuma kebetulan lewat. Aku... hantu baru."

Dia berdecak.
"Cih, hantu," ujarnya jijik. "Walaupun aku masih kecil, tapi aku udah mati jauh lebih lama."

"Wow," aku pura-pura terkejut. "Sorry, udah masuk kesini ㅡnggak sengaja."

Dia sepertinya tidak curiga padaku, perlahan ia mendekat lalu menunjuk Jaemin.

"Menurutmu tampangnya lumayan nggak?"

"Eh?" aku tak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

"Kenapa?" tanyanya dengan alis terangkat. "Udah jawab aja, nanti kamu boleh pergi dengan selamat."



Dengan selamat?

Memangnya apa yang biasa anak ini lakukan pada arwah lainnya?






"Ah, oke," aku melirik Jaemin yang tampak tenang dalam tidur panjangnya. Setengah mati aku berusaha tidak sedih melihat ia begitu nyata ada di hadapanku.
"Dia... yah, lumayan."

Anak itu menyeringai senang.
"Sebentar lagi, aku bakal hidup lagi, tau?" ujarnya santai. "Sebagai dia."









Apa?




Oke ㅡsaat ini aku benar-benar harus menjaga sikap, atau aku akan ketahuan. Jadi walaupun kaget setengah mati, aku berusaha tenang dan mengorek lebih banyak darinya.







"Hidup lagi?" tanyaku. "Emang bisa? Aku juga mau hidup lagi!"

Dia tertawa riang namun terdengar mengerikan bagiku.

"Ini cuma buat orang-orang tertentu, bukan arwah biasa macam kamu," ujarnya. "Kamu tau siapa aku?"






Aku menggeleng pelan.




Gotcha.

Dalam hati aku bersorak karena anak bodoh ini sudah membuka kartunya sendiri.






"Aku Lucifer," ucapnya angkuh. "Lucifer Byun."

Aku mengikuti jari tangannya yang menunjuk ke arah langit-langit dengan inisal L besar.







Lucifer.

L untuk Lucifer, bukan Livia.








Aku merinding.










"Oh, hai, Lucifer," ujarku canggung.

Dia menatapku dingin. Di saat yang sama aku merasa pergelangan tanganku memanas.

Astaga! Aku lupa, waktuku terbatas.




"Mm... aku harus pergi kayaknya," ucapku pada Lucifer Byun setelah melirik ke arah Jaemin. "Ini kan kamarmu, sorry aku masuk sembarangan."

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora