Jaga Mulut

58 1 0
                                    

Oke, kita mulai topik ini. Kenapa jaga mulut topiknya? ya, karena semua berawal dari mulut. Kadang kita gak bisa kontrol apa yang kita katakan. Okay let's get to the point. Berapa banyak dari kita yang kalo udah lama  gak ketemu sama temen, keluarga, atau orang terdekat kita, pas ketemu langsung secara spontan ngomong "eh, kok lu gendutan ya?" or maybe "kok sekarang gendut banget sih" or even "eh buset gendut banget lu sekarang". Terkadang iya kita gak bisa kontrol mulut kita untuk mengomentari hal seperti itu. Bisa dimaklumin karena itu sdudah menjadi budaya kita untuk mengomentari hal yang sebenarnya gak penting untuk dikomentari. Atau mungkin sebagian dari kita sering menggunakan itu sebagai awal topik pas kita ketemu orang yang udah lama gak ketemu dan alasannya supaya gak 'awkward'. Well, i did it somehow, ya karena itu udah menjadi budaya sosial. But i try to not to, semenjak saya sendiri merasakan apa yang orang lain yang saya komentari rasakan. Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin menulis ini, dan berpikir cukup panjang tentang alasan kenapa saya harus menulis ini dan berpikir kalau gak perlu banyak orang yang tau soal ini. 

Ya walaupun kemungkinan besar tidak akan banyak yang membaca tulisan saya ini karena kemungkinan banyak orang yang berpikir 'well, mereka aja yang baper'. Tapi setelah sekitar 2 minggu lalu pas tulang (paman) saya meninggal, mama saya bercerita sedikit lewat telfon tentang apa yang terjadi dan siapa saja yang mama saya temui, karena saya merantau dan tidak bisa menghadiri pemakaman paman saya jadi setidaknya saya ingin tahu keadaan disana. 

Banyak yang kita ceritakan, sampai akhirnya mama saya cerita tentang satu anak. Kata mama saya dia ketemu sama sepupu saya yang seumuran dengan adik saya, baru masuk SMA, dia perempuan. "Eh van, tau gak, si ini (sebut saja A), dia sekarang kurus banget, kuruuuusss banget". Iya, si A memang cukup berisi semasa kecilnya. Dari cerita yang mama saya ceritakan, dia sempat diet dengan caranya sendiri selama kurang lebih sebulan, alias tidak makan or skip some meals in a day. And she ended up in hospital, karena kekurangan gizi, dari berat sekitar 60 kg, turun drastis menjadi 36 kg. Hancur hati saya saat mendengar itu dari mama saya. Jadi dia harus dirawat dirumah sakit pada saat minggu Ujian Nasional untuk anak-anak SMP dan harus ikut susulan, dan hasilnya pun tidak sesuai yang diharapkan. Well, would you expect more when you just suffered from eating disorder? Mama saya bilang kalau si A ingin jadi pramugari ke teman-temannya, bukannya dukungan yang didapat tapi malah ejekan yang keluar dari mulut mereka "ah gendut masa bisa jadi pramugari". Kita gak bisa sepenuhnya menyalahkan anak-anak yang mengatakan hal itu, semua pasti ada mulanya, entah dari orang tua dari anak-anak tersebut yang memperkenalkan kata 'gendut' atau budaya sosial sekarang ini. Banyak orang yang berpikir kalau itu hanya sekedar guyon dan tidak perlu dibawa perasaan. Saya juga sering berpikir untuk tidak terlalu membawa hati ke semua komentar orang. 

Saya juga kadang suka berpikir kenapa saya terlalu berperasaan atau 'baper'. Tapi sebenarnya yang salah bukan di saya atau di orang-orang yang di bilang 'baperan', tapi orang -orang yang tidak bisa menjaga mulut dan sikap lah yang salah. Kadang mungkin sebagian dari kita tidak menyadari apa yang kita sampaikan lewat kata dan perilaku kita malah melukai perasaan orang disekitar kita. At the same time i also want to tell, why did it hurt me when i heard about those things? Seperti yang saya bilang, sudah cukup lama saya mau menulis ini tapi masih tidak tau alasan tepatnya, sampai akhirnya saya memberanikan diri, not to get some attentions tapi untuk mengingatkan sekitar saya untuk bersikap.

Yes, i have an eating disorder, gangguan makan yang saya miliki mungkin sebagian anak perempuan atau gadis muda Indonesia juga mengalaminya bahkan kecanduan dan susah lepas. Padahal ini sangat menyiksa dan cukup menguras tenaga untuk melakukannya. Bulimia Nervosa. Sebagian penderita (bulimic) juga memiliki overeating disorder atau mungkin juga anorexia nervosa. Sebagian orang mungkin sudah tau tentang istilah-istilah ini atau mungkin punya kerabat yang menderita penyakit ini. Ini bukan pernyakit yang dengan mudah ditinggalkan terus sembuh. They can even stick in your mind, body, and soul forever. Saya pernah menonton sebagian cerita dari youtube, bahwa masih ditemukan bebrapa wanita berusia 50an masih menderita bulimia nervosa.

Eating Disorder AwarenessWhere stories live. Discover now